lima

6.7K 260 20
                                    

Hari ini adalah hari yang selalu kutunggu-tunggu. Hari dimana Ibuku bertambah usia yang ke-48. Ya, jika saja Ia masih hidup saat ini, mungkin sekarang kita akan merayakannya bersama sama. Berkumpul di halaman belakang, memanggang barbecue,  Calum yang selalu menyanyikan lagu selamat ulang tahun dengan gitarnya, dan oh satu lagi momen yang paling kurindukan, saat kami bertiga mengucapkan wish untuknya. Lalu Ia akan menangis dan memeluk kami semua.

Itu dua tahun yang lalu. Semuanya berbeda saat ini.

Sekarang, hanya ada aku dan Calum di rumah yang dulu selalu menjadi tempatku untuk mencari hiburan. Ayahku sendiri bekerja di Jerman, di salah satu perusahaan mesin. Entahlah, aku tidak pernah tahu pasti apa yang dikerjakannya disana.

Minggu yang seharusnya diisi dengan canda tawa seperti dahulu, sekarang sudah tidak ada lagi.

"Hey, mau kubuatkan sesuatu?"

Suara berat itu mengawali pagiku. Calum yang baru saja turun dari kamarnya berjalan langsung ke dapur dan seperti biasa, Ia selalu membuka kulkas terlebih dahulu.

"Tidak, aku tidak lapar." Jawabku, sambil sibuk membuka lembar demi lembar foto yang ada di album ini.

Calum tertawa kecil, aku bisa mendengar suara gemanya dari seluruh sudut rumah.

"Ayolah, aku tahu kau lapar, Clem. Jangan berpura-pura tidak lapar hanya karena kau tidak mau memakan masakanku."

Ya, aku sudah tahu jika memang masakan yang Calum buat tidak seenak masakan Ibuku, namun ya, aku memang sedang tidak berselera untuk itu. Mungkin aku akan puasa seharian ini.

"Terserah kau, Calum."

Aku terdiam sesaat, ditemani suara bising dari dapur yang Calum timbulkan. Melihat sebuah foto yang mungkin jika aku terus melihatnya akan menguras air mataku.

"Kau lihat apa?" Tanya Calum yang tiba tiba saja berjalan ke arahku dengan membawa sepiring spaghetti-nya.

Aku menghela nafas, "Entahlah, aku hanya ingin bernostalgia." Jawabku asal, tidak ingin Calum tahu jika mataku berkaca-kaca saat ini.

Ia membanting tubuhnya di sebelahku, menopang piring itu di tangannya dan melahap semua yang ada di atasnya.

Ia melirik ke arah foto yang juga sedang kulihat.

"Kau harus tahu, setelah kita berempat selesai berfoto kau langsung muntah muntah, dan kau juga harus tahu betapa paniknya Ibu saat itu."

Jelas Calum, dengan makanan yang masih berada di mulutnya.

Aku hanya tersenyum kecil, hampir tidak sama sekali. Menatapi foto masa kecilku saat aku berumur 5 tahun, dan Calum yang saat itu berusia 8 tahun. Kami berempat sedang berlibur di sebuah pantai. Aku yang sedang duduk di pangkuan Ibuku sambil tersenyum sangat lebar, dan Calum yang duduk di pasir bersama Ayahku dengan beberapa mainan di depannya. Entah siapa yang mengambil gambar tersebut.

Itu semua sangat berharga.

"Sekarang hari ulang tahunnya, dan aku selalu berpikir jika Ia masih ada disini."

Aku menutup buku album itu dan menaruhnya di meja.

Calum meneguk segelas air putihnya kemudian bersandar nyaman di sampingku, merangkulku.

brother complex // calumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang