Malam yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Calum bilang padaku jika Ia akan menjemput Maddie terlebih dahulu di rumah bibinya, yang untungnya tidak jauh dari rumah kami.
Calum lagi-lagi menyuruhku untuk duduk di kursi belakang, karena Maddie akan duduk di sampingnya. Ya, sudah seharusnya aku menghormati orang yang lebih tua. Namun tetap saja ini sungguh menyebalkan. Seperti mementingkan orang lain ketimbang adik sendiri.
"Hey, mengapa kau melamun?" Tanya Calum yang begitu saja menyadarkanku yang sedang melamun untuk beberapa saat.
Ia melihatku dari kaca spionnya.
"Tidak, aku um- aku hanya, aku mengantuk." Jawabku tak tahu arah.
Ia tersenyum. "Jika kau gugup karena akan bertemu dengan Maddie katakanlah." Balasnya meledek.
Aku hanya memutarkan kedua bola mataku 180 derajat karena orang ini. Dia cukup menyebalkan.
Aku hanya terdiam, hingga beberapa menit kemudian mobil Calum berhenti di depan sebuah rumah yang cukup besar.
"Kau tunggu disini, aku akan menjemputnya di dalam." Ujar Calum sembari membuka pintu mobilnya.
"Oh tidak, mungkin aku akan kabur dari sini dan pergi menyusul Ayah." Ocehku kesal. Lagipula mana mungkin aku kabur disaat seperti ini?
Calum terkekeh kecil lalu pergi ke dalam rumah itu.
Beberapa menit aku menunggu di dalam mobil, dengan mesin yang sengaja Calum matikan agar aku mati kehabisan nafas karena AC yang tidak menyala. Kakak yang baik hati sekali.
Lalu aku melihat seorang gadis memakai dress berwarna pink selutut dengan jaket kulit di tubuhnya. Dia memiliki rambut brunette yang Ia kepang di setengah kepalanya.
Dia Maddie?
Sama sekali tidak mirip dengan apa yang kulihat di foto Calum. Dia tidak berwajah latin.
Calum membukakan pintu untuk Maddie, aku sempat mendengar mereka bercakap-cakap sesaat sebelum akhirnya Maddie benar-benar duduk di kursi depan. Lalu Calum menutup pintunya.
"Oh hey, kau Clementine?" Tanyanya seraya menolehkan kepalanya ke belakang.
Aku tersenyum, mencoba terlihat manis di depan 'kakak ipar' ku ini.
"Ya, dan kau- ya kau Maddie kekasih Calum." Balasku, sesekali melirik Calum yang sudah mulai menjalankan mobilnya.
Calum tertawa. "Kau tak perlu mengucapkannya dengan nada seperti itu, Clem." Balas Calum.
"Bisakah kita memutar lagu?" Tanya Maddie. Kuyakin Ia sedang memotong pembicaraan kami berdua.
"Sure, babe." Jawab Calum tersenyum.
Babe. Mereka lucu sekali.
Eh tidak, ini menyebalkan.
Aku hanya terdiam, seraya membalas pesan-pesan yang beberapa orang kirim ke ponselku.
Lagu Settle Down dari The 1975 langsung memenuhi semua ruang di telingaku.
"Oh aku suka lagu ini." Ujar Calum seraya menggerakkan jari jarinya di setir mobil, mengikuti irama intro lagu tersebut.
"Oh?" Ucap Maddie.
KAMU SEDANG MEMBACA
brother complex // calum
FanfictionIni hanyalah kisah seorang gadis yang mencintai kakak lelakinya sendiri, Calum Hood. 2016 by cakebooty.