delapan

4.4K 150 9
                                    

Hari ini Harry menjemputku tepat pukul sepuluh pagi dengan mobil mini cooper hitamnya, setelah kemarin ia mengajakku untuk pergi bersamanya ke ulang tahun sekolahku yang ke-50. Kalian sudah tahu, Calum sangat tidak suka ini, jadi aku memilih untuk menunggunya hingga ia pergi ke kampus sebelum Harry menjemputku. Untungnya, Calum berangkat pukul 9 karena ia bilang ada tugas yang harus ia selesaikan. Semua ini menjadi lebih mudah.

Aku melirik Harry yang tubuhnya dibalut oleh kemeja biru polos dengan kerah yang sengaja dibiarkan terbuka. Ia tidak sadar jika aku sedang memperhatikannya dan terus fokus pada jalan di depannya.

"Harry." Panggilku, mulai mengarahkan pandanganku ke depan.

Harry berdeham dan menoleh kearahku sesaat.

"Maafkan sikap Calum kemarin. Aku tidak tahu mengapa ia seperti itu." Pintaku, merasa sangat tidak enak kepada Harry mengingat selama ini ia telah berbuat baik kepadaku.

Aku melihat dari sudut mataku jika ia hanya tersenyum, memperlihatkan lesung pipinya yang dalam bak sumur nenek.

"Maukah kau memaafkan Calum?" Tanyaku, tidak puas dengan responnya yang hanya tersenyum.

"Well, aku lebih senang jika Calum yang bicara langsung denganku. Tapi lagipula, aku sudah memaafkannya dari kemarin." Cecar Harry, sambil menginjak pedal rem mobilnya yang sudah terparkir sempurna di depan sekolah.

Aku menarik bibirku, tersenyum simpul tanpa melihat kearahnya sama sekali. Akhirnya kami berdua turun dari mobilnya dan berjalan beriringan ke dalam sekolah yang sungguh sangat besar ini. Disini sudah dipenuhi oleh stand-stand makanan dan bazaar yang terdapat di setiap pinggir lapangan. Lalu sebuah panggung lumayan besar beserta dekorasi elegan dan tak terlalu ramai berdiri kokoh di ujung lapangan. Para tamu, murid, guru, staf, bahkan beberapa penjual kantin pun mulai duduk dan mendengarkan Mr.Danish, sang kepala sekolah berbicara di depan.

"Kau duduk saja dulu, aku akan ambilkan minum." Ujar Harry sesaat melihat kursi kosong dan langsung melesat pergi ke salah satu stand minuman.

Akupun duduk dan masih menyisakan satu kursi kosong lagi untuk Harry di sebelahku. Tak lama, satu sentuhan kecil kurasakan di pundakku. Aku menoleh.

"Kau, dekat dengan Harry Styles?"

Mataku terbelalak saat detik pertama melihatnya. Wajahnya sangat familiar bagiku. Dia salah satu teman Calum yang ikut ke Luna Park denganku tempo hari.

"Lu–ke?" Aku membulatkan mataku tak percaya sekaligus bingung. Wajahnya mengikuti ekspresi wajahku yang sangat terkejut, membuatku sedikit kesal karenanya.

"Terkejut?"

Luke mengangkat satu alisnya, tersenyum penuh kemenangan. Menunjukkan bahwa kini ia sudah tahu jika aku begitu dekat dengan Harry, walau sebenarnya aku dan Harry hanya sekedar teman biasa. Crap.

Aku hanya mendengus kesal dan mengalihkan pandanganku dari wajahnya yang sangat menyebalkan, sama dengan Calum. Aku berusaha untuk tetap mengabaikan orang ini dan berpura-pura fokus kepada Mr. Danish yang masih mengoceh. Tak lama, Harry datang dengan dua gelas plastik di kedua tangannya.

"Ini." Harry menyodorkan segelas minuman berwarna cokelat kekuningan di hadapanku. Aku menautkan kedua alisku sesaat sebelum kudengar Harry tertawa.

"Tak usah khawatir, ini hanya root beer. Aku tahu kau tidak boleh meminum beer sungguhan sebelum umurmu 20 tahun." Jelasnya, yang membuatku sedikit lega karena aku tak mau melanggar peraturan yang telah ayahku tetapkan. Kurasa Harry masih mengingatnya dengan baik.

Harry pun duduk di sebelahku dan mulai meminum root beernya dengan santai, seraya berbincang dengan beberapa temannya yang duduk di depannya. Dan aku baru sadar jika Luke sudah tidak berada di sebelahku. Aku masih bertanya-tanya kenapa ia bisa berada disini? Bukankah dia sudah berkuliah? Dan sekarang kemana dia?

brother complex // calumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang