*Author's Note:
HAAALOOO SEMUAAAA!! HAHAHAHAH
Setelah menjadi Bang Toyib yang 3 kali puasa 3 kali lebaran tidak update (iya ga sih? Kurang? Apa lebih?) akhirnya saya pun kembali muehehehhe. Biar ga sakit hati amat kemaren2 anggep aja ada tulisan on hold nya y. Mau nambahin tapi mager masa.
Tapi tadi surprisenya gagal gara-gara udah kepublish padahal belom selese ngetik JDJFHSJSJFJ kesal saya. Ya udahlah ya, nikmati saja ceritanya.
Daku berjanji, apabila umurku mencukupi, akan menyelesaikan cerita ini meskipun entah berapa lama yha. Kita juga tidak lama lagi akan mencapai ending kook!! Semoga saja ceritanya bisa tersampaikan dengan baik ya muehehe
Update kehidupan: sekarang akoe adalah seorang mahasiswi HAHAHAHAH +jadi anak rantau looh wehehe dann besok udah UTS tapi saya gatel nulis ini jadi dimohon dengan sangat semoga segala ujianku lancar baik kini dan masa depan dan tidak ada matkul yang ngulang:(
Btw, kalo lupa ceritanya (dan saya sendiri pun sebagai penulisnya lupa masa lololol), sebagai penulis yang budiman saya akan memberikan rekap:
Putra dan Putri tetanggaan tapi jarang ngobrol dan tiba-tiba Putra mendatangi Putri untuk sebuah perjanjian mengejar cinta(?) HAHAHAH ew. Putri pun menyetujuinya dengan terpaksa karena diancam dengan foto memalukannya di masa lalu.
Lama kelamaan, mereka jadi semakin dekat. Selain karena perjanjian, juga karena adik Putra, Amani, yang sering minta ditutori Putri. Putri pun juga dibuat baper dengan sifat Putra yang ternyata tidak seburuk yang dia kira. Sayangnya, saat ia ingin move on ke Putra, si Putra malah berhasil jadian dengan Dinda yang notabenenya sahabat Putri sendiri. Tepat ketika Putri ingin jujur pada Dinda tentang perasaannya untuk Putra sebelum ia terlambat, lagi (yha tapi sayangnya terlambat juga sih).
Bukan hanya Putri yang sakit hati di sini, tapi juga Dimas yang masih suka dengan Dinda. Dimas dan Putri pun sudah sulit berpindah lagi ke lain hati karena sudah nyaman dengan perasaannya masing-masing (iyain dah biar cepet). Hubungan mereka berempat, kecuali Putra dan Dinda, merenggang akibat hal ini. Putra pun merasa tidak enak sama Putri yang menjauh karena sudah merasa mereka cukup dekat dan ada hal lain yang membuatnya tidak bisa bersikap seperti dulu lagi dengan Putri (wah apakah ini spoiler?) sehingga Putra kembali kebingungan padahal mereka baru baikan juga.
Yak, agak absurd dan saya bingung juga tapi kira-kira begitulah ya. Lanjutannya silakan dibaca sendiri di bawah. Tidak terlalu banyak karena memang porsinya segini ya. Happy reading!
p.s: doain aja update selanjutnya ga nyampe bertaon2 lagi HAHAHAHHA
**********
*Putra's POV*
"Kak, Kak, Kak," panggil Amani.
"Paansi?" Gue memencet tombol pause di stik PS. Yaelah, baru ngerebut bola udah diganggu. "Dari tadi manggil doang, nggak ngomong-ngomong."
"Engg.. Kak Putri kapan ke sini lagi?" tanya Amani. "Bentar lagi ada ulangan nih, nggak ngerti apa-apa."
"Ya udah, tanya aja orangnya. Telpon kek, mampir kek ke sebelah. Apa urusannya sama gue?" bales gue, kembali nge-resume game.
"Ya, gimana ya, abisnya, biasanya kan kalian kalo ngobrol di depan gitu, jadi gampang nyamperinnya," ujar Amani, mengedikkan bahu. "Eh, Kak, udahan apa, mainnya. Mau nonton TV juga kali."
"TV nggak ada apa-apa, nggak seru. Seruan juga ini," kata gue. "Lagian di kamar Mama-Papa juga bisa."
"Nggak ada sofa, sakit tau duduk di lantai. Kalo di kasur males beresinnya." balas Amani. "Dasar egois. Bilangin Mama ntar, Kak Putra main PS terus."
KAMU SEDANG MEMBACA
Similarities of Us
JugendliteraturKata orang, kalau banyak kemiripan itu jodoh. Kita lihat cewek-cowok satu ini. Nama? Mirip. Sifat? Mirip. Dan masih banyak kemiripan mereka yang sudah tak bisa diragukan lagi. Tapi, apa hal itu berlaku bagi mereka? Malah, sepertinya, opposite attrac...