Prolog

974 32 0
                                    

Sepasang remaja berbeda gender duduk bersebrangan di sofa ruang tamu rumah si cowok. Mereka cuma diam sejak satu jam yang lalu. Orang tua mereka sengaja meninggalkan mereka agar ada teman ngobrol. Tapi sepertinya itu tak ada gunanya karena tak ada sepatah kata pun keluar dari mulut mereka. Bahkan hanya sekedar batuk atau bersin sekalipun.

Nama mereka Putra dan Putri. Mungkin orang-orang akan mengira mereka adalah sepasang anak kembar, padahal bukan. Bahkan bertegur sapa pun jarang sekali. Lebih tepatnya hampir tidak pernah.

Padahal rumah mereka bersebelahan. Orang tua mereka bersahabat karib. Mereka satu sekolah, walaupun beda kelas. Tapi mereka bagaikan tak pernah bertemu. Dan mereka tidak tahu bahwa, ketika masih kecil mereka selalu bersama-sama. Dalam hal apapun. Tapi entah kenapa saling melupakan.

Anehnya lagi, mereka seakan punya hubungan batin. Contohnya, sekarang. Mereka sama-sama menggunakan baju berwarna hijau. Ini bukan kebetulan. Seringkali mereka menggunakan baju yang sama. Tak hanya pakaian, kebiasaan pun mirip.

Dan mungkin saja, saat mengupil mereka melakukannya disaat yang bersamaan.

"Lain kali kesini lagi ya," kata mama Putra pada mama Putri.

"Iya. Itu sih masalah gampang," jawab mama Putri, lalu menoleh ke sang anak. "Putri, salim dulu sama Tante. Kan udah mau pulang,"

Putri memutar bola matanya diam-diam. Dia seperti dianggap anak kecil yang tidak tahu kalau harus salim dulu. Padahal udah kelas 2 SMA juga, pikirnya. Menurutnya juga, ia selalu diperlakukan seperti anak kecil.

Putra yang melihat Putri bersikap seperti itu diam-diam tertawa tanpa sepengetahuan yang lain. Dia memang jarang tertawa. Makanya itu adalah hal yang langka.

Putri akhirnya salim pada mamanya Putra. Putra pun juga salim pada mamanya Putri.

Lalu Putri tersenyum kecil dan pamit pada mama Putra. Hanya mamanya, tanpa bicara pada Putra.

~~~~~~~~~~~

"Putri, kamu sekelas nggak sih sama Putra?" tanya mamanya.

"Enggak, Ma," balas Putri. "Beda jurusan juga."

"Tapi kalian satu sekolah kan?" tanya mamanya lagi.

"Iyalah, Ma. Mama liat kan, tiap pagi seragam kita sama," jawab Putri, malas membahas Putra.

"Nah, kok kalian kayak nggak kenal gitu sih? Ngobrol dong. Mama jadi nggak enak," kata mamanya lagi.

"Emang nggak kenal kan? Lagian bingung juga mau ngomongin apa," jawab Putri.

"Nggak kenal gimana? Kalian tuh waktu kecil dulu apa-apa bareng mulu tau," ujar mamanya. "Malah ya, kalian sampe mandi bareng hampir tiap hari. Bener-bener deh, ngapain aja nggak mau dipisah."

Putri mengerutkan dahi. Iya apa? Emangnya aku kenal sama dia? Ngobrol juga kayaknya nggak pernah. Dari dulu juga aku nggak main sama anak cowok.

"Ya.. udah. Kan itu dulu, Mama. Sekarang mah udah beda," kata Putri. "Kan orang juga berubah kali, Ma. Lagian kalo waktu masih kecil kita temenan, bukan berarti sekarang juga harus kan?"

"Tapi tetep aja, masa kalian diem-dieman gitu sih? Kan nggak enak jadinya. Bukannya kalian udah baikan?"

Baikan apa pula? "Ya, udahlah, Ma, biarin aja. Lagian aku sama dia diem-dieman juga bukan akhir dunia. Udah ya, Ma. Aku tidur dulu. Udah ngantuk nih."

Putri pun menuju ke kamarnya dan tiduran di kasurnya. Hanya tiduran, tidak tidur. Memikirkan ucapan mamanya tadi.

Temenan sama Putra dari kecil? Ah masa? Tapi kok nggak inget ya? batin Putri. Uh, ya udahlah, mending tidur dari pada pusing-pusing.

Dan itulah yang ia lakukan, tidur.

**********

*Author's Note:

HAI SEMUANYA! CERITA BARU BTW. Meskipun agak telat, tapi.. HAPPY NEW YEAR! Semoga di 2015 ini aku jadi rajin ya. HAHAHAH. (Jangan sampe setahun lagi ngerjain cerita)

Males ngetik prolog jadi segini aja ya? Hehe. Ntar partnya panjangan dikit kok. Dikit. Nggak juga sih.

Sudahlah, vomment seikhlasnya!:D

Similarities of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang