4- The Day

459 19 2
                                    

Satu bulan telah berlalu

Tak terasa satu bulan sudah berlalu, dan ini adalah hari dimana pertunanganannya akan dilangsungkan malam nanti.
Semuanya sudah siap, gaun, tempat, cincin dan lainnya.
Adrena dan adrian tidak pernah lagi bertemu sejak kejadian waktu itu.

Dan adrena tahu diri, jika adrian masih kesal padanya.
Waktu mereka pulang malam itu.
Mamanya adrian terlihat tak kalah cemas dari kedua orang tuaku, saat melihat didahiku sedikit memar, adrian mengatakan kalau aku ceroboh saat berjalan, alhasil aku menabrak sesuatu.
Dan aku hanya mengiyakan saja.
Tapi itu tidak membantunya sama sekali, karena mamanya adrian langsung mengatai anaknya tidak becus dalam menjagaku.

Adrena sekarang sedang berada dikamarnya, daritadi pagi dia hanya duduk diam dikamarnya tanpa melakukan aktifitas apapun.
Dia hanya diam, diam dan diam.
Entah apa yang sedang dalam pikirannya.

Pikirannya buyar, kala mendengar suara pintu yang menandakan ada seseorang masuk kekamarnya, tapi adrena masih diam.

"Princess, are you ok?"
Ternyata itu adalah ayahnya, dia hanya menatap lurus seperti biasa, lalu tersenyum kearah sembarangan.

"Aku tidak apa-apa, hanya sedikit takut pas malam nanti"

"Oh kau gugup hah?"adrena hanya tersenyum mendengar ejekan ayahnya. Apakah dia harus menanyakannya?

"Yah?bisakah aku bertanya sesuatu?"

"Of course princess"

"jika ayah adalah pria seumuran adrian, apa ayah mau dijodohkan oleh gadis buta sepertiku?" Adrena kembali mempertanyakan pertanyaan yang pernah ia tanyai kepada ibunya. Ya, rasanya tidak puas saja saat mendengar pernyataan ibunya, karena ia tahu jika ibunya tidak mau melihatnya sedih.

Belum ada jawaban apapun, dia hanya mendengar helaan nafas ayahnya.
Apakah jawaban ayahnya akan sama dengan ibunya?

"Princess, apa hal ini yang membuat kau menjadi pendiam?" Ya ayah iya, dan aku butuh jawabannya untuk sekedar memastikan saja.
Setidaknya aku sudah mendapat gambaran bagaimana sikap adrian nantinya?walau dia tahu adrian akan tetap membencinya.

Adrena tidak menjawabnya melainkan memainkan kedua tangannya, dan semakin menundukkan kepalanya.

"Well, ini adalah jawaban dari seorang lelaki ya, bukan dari seorang ayah. Mungkin kalau ayah menjadi adrian, ayah akan lebih mengenal sosok adrena itu lebih dalam, mencari tahu siapa itu adrena, walau mungkin dengan kenyataan kau buta, membuat hatinya sedikit kecewa.
Tapi, ayah yakin adrian akan berusaha untuk membuatmu bahagia walau dengan caranya sendiri, percayalah"

Jadi, walau dengan cara dia menyakitiku itu adalah cara bagaimana dia membahagiakanku?

"Intinya my dear, kau tidak boleh berpikiran negthink kepada siapapun sayang, jika kau percaya, maka semuanya akan berjalan dengan baik, kau paham?" Adrena hanya menganggukkan kepalanya sembari mencari dimana ayahnya, dan memeluknya erat, ayahnya juga membalas pelukam itu sambil mengecup dahi putrinya.

*****

Adrena nampak sangat cantik, dengan gaun selututnya berwarna putih-onmulmed
Dia dan adrian sudah berdiri, dan saling berpegangan tangan.
Adrian juga nampak gagah dengan setelan jas mahalnya.

Adrena seperti biasa, karena dia tidak buta, maka dia hanya menatap lurus saja.
Dan ini adalah saat pemasangan cincin tunangan.

"Baiklah, dipersilahkan untuk adrian mengaitkan cincin ke jari adrena"

I'm Not PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang