Pengamatan 9: Dia(n), yang Harus Dikenang

85 8 1
                                    

Inilah akibatnya Karena saya tidak menyelesaikan cerita ini sebelum kenaikan kelas. Jadinya ada part begini di tengah-tengah. Sebenarnya saya bisa saja menaruh part ini belakangan, tapi rasanya saya sudah sangat ingin menulis ini sekarang.

Tentang dia, yang harus kami kenang.

Di XI IPA 7, ada seorang makhluk, namanya Dian. Yang ada di benak kalian bukan anak perempuan kan? Karena di kelas kami Dian adalah anak laki-laki dengan kumis tipis dan janggut sekian helai. Orangnya tinggi, terlalu tinggi malah jika mengingat umurnya yang masih muda-dia lebih muda satu tahun dari saya. Tapi namanya juga anak cowok kan ya, wajar saja kalau tinggi. Lagipula dia bukan satu-satunya makhluk kelahiran 2000 yang badannya tinggi di kelas.

Awal saya mengenal Dian karena kami termasuk di golongan yang sama saat pendaftaran di SMA kami. Kami adalah spesies yang menempuh jalur reguler tapi dari luar daerah. Di hari kedua masa Pengenalan Sekolah, nama saya dan anak-anak luar daerah lainnya dipanggil melalui pengeras suara. Saya yang waktu itu tengah di berlatih yel-yel pucuk-pucuk (ajaran sesat kakak pendamping) keluar dari ruangan dan menuju ke sumber suara. Dan di sana sudah ada 7 makhluk luar daerah lainnya, salah satunya adalah Dian.

Dian benar-benar terlihat mendominasi dan bermulut besar, hanya suaranya yang menggema di koridor yang sepi itu. Sementara anak-anak yang mendengar ceritanya hanya sesekali menimpali atau tertawa. Saya sih tidak gabung dengan mereka, obrolan anak laki-laki. Dan omong-omong, yang perempuan di sini hanya saya dan seorang anak dari smp di Timika, Papua.

Saat menghitung dan melihat bahwa kami sudah lengkap, Bapak Kesiswaan-Pak M-Yu-mengarahkan kami untuk mengikutinya ke terowongan. Di sana, kami disuruh bersaf dari yang paling tinggi ke yang paling pendek-saya di urutan ke-6 karena Alhamdulillah saya lebih tinggi beberapa senti dari si anak Timika tadi. Tau apa yang kami lakukan? Kami disuruh menghafal lalu mengucapkan visi misi sekolah lalu di rekam dalam bentuk video. Katanya sihakan ditaruh di website sekolah, katanya juga video itu akan dikirim ke E-Mail SMP kami masing-masing. Dan sampai hari ini saya tidak tahu apa SMP saya benar-benar menerima video itu, sudahlah yah gak penting juga.

Saat proses perekaman selesai dan kami dibolehkan kembali ke ruangan masing-masing, saya ingat Dian dengan cerewet menyuruh kami melangkah cepat dengan bahasanya-bahasa saya juga sih-gampangnya, bahasa daerah kami. Kami bertujuh juga sempat berkenalan, dan cara pengenalan Dian yang paling saya ingat,

"Gue Dian, pilih gue jadi ketua Osis yah."

Mos saja belum selesai, makhluk itu sudah minta dipilih jadi ketua Osis-_- Tapi usut punya usut, ternyata dia mantan Ketua Osis waktu di SMP nya dulu. Pantas saja, ia selalu terlihat ingin eksis dan mengajukan diri sebagai pemimpin apapun selama kegiatan Pengenalan sekolah hingga MOS.

Kalau kalian ingin tahu, SMA saya ini begitu amat sangat antusias untuk acara-acara yang menguras waktu dan tenaga. Saya, waktu masuk SMA ini, melalui masa Pengenalan Sekolah selama 3 hari, lalu dilanjut Pra-MOS selama 3 hari, lalu Pesantren Kilat selama 5 hari, lalu libur lebaran. Setelah lebaran, kami baru MOS selama 5 hari. Jadi, hampir 3 minggu yang saya dan teman-teman seangkatan saya lakukan hanyalah berkelompok-kelompok dan diajari yel-yel Pucuk-pucuk, Enjes-enjes, eak-eak, dor-dor!! -_-

Tapi seru sih. Dan patut untuk dikenang. Jadi, walaupun pas ngejalaninnya saya berkali-kali mengeluh, waktu acaranya selesai saya tetap merasa kehilangan sih, rasanya kehilangan waktu-waktu yang Cuma dipakai untuk bermain dan tertawa tanpa pelajaran. Hm.

Balik lagi soal Dian, saya sempat menjadi teman se-gugus Dian saat masa MOS. Waktu di sana ia membuat heboh dengan aksi pedekatenya pada anak perempuan yang katanya sejak masa pengenalan sekolah selalu sekelompok dengan Dian.

"Kita tuh jodoh." Koar Dian. Lalu tanpa malu-malu ia melantunkan sebait lagu dangdut untuk anak perempuan yang kini tertunduk malu-malu kucing sekaligus mau nimpuk Dian-kayaknya.

I Am Disa And I'm StalkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang