Sepulang Ardhi dari rumah Alex, Ardhi mendiall nomor shalin.
Tuuut tuuut tuuut
Hanya nada sambung yang terdengar, setelah sekian lama menunggu, akhirnya nada sambung tersebut berganti dengan sapaan yang lembut.
"Helaw ar" sapa shalin
"Emm shal mau nggak jalan sama gue" ajak ardhi ragu ragu
Shalin memang sangat ingin jalan tadinya, berhubung dia nggak ada temen ya jadi gitu lah masih nangkring di rumah.
"Mau ar mau bet"
"Oke 15 menit lagi gue sampe di rumah lo" jawab ardhi dengan senyum yang mengembang.
"Siiip"
Entah persetan dari mana ardhi berani mengatakan hal yang tudak biasanya ia katakan.
"Dandan yang cantik ya bek" ucao ardhi dengan sedikit gugup
"Haah??? Lo bilang apa tadi ar?" shalin samar samar mendengar ucapa ardhi 'dandan yang cantik ya bek' hatinya shalin bertanya tanya apakah ardhi yang dimaksud alex.
'tau ah jalani aja dulu' batin shalin.
"Emm eng.. Enggak kok shal" jawab ardhi dengan kikuk
Untung saja shalin tudak mendengar ucapan ardhi. Ardhi sangat gugup dan kikuk.
"Yaudah shal ge lanjut nyetir ya" sambung ardhi yang tidak mau berlama lama membahas yang tadi.
"Oke ati ati ar" jawab shalin
Deeggg
Ardhi begitu senang shalin berkata seperti itu, rasanya tidak mau pisah dengan shalin.
Ardhi menjalankan motornya dan menuju rumah shalin.
*another side*
Shalin bersiap-siap mandi dan memakai jogger pants dan kaus yang terkesan simple tetapi terlihat anggun di tubuh shalin. Tidak lupa shalin memberikan make up yang natural dan membiarkan rambutnya tergerai dengan dipasang bando bak gadis kecil.
Shalin masih berkutik di kamarnya.
Sedangkan ardhi sudah menunggu di rumah shalin. 15menit ardhi menunggu shalin akhirnya shalin keluar dan menghampiri ardhi."Oiit, udah nyampek? Sorry ya lama" ujar shalin
"Gue udah biasa nunggu kali, bahkan nunggu cinta dari lo" ucap ardhi yang keceplosan dengan spontan ardhi menutup mulutnya.
Shalin yang mendengar pun terbelalak kaget.
'gue bingung deh sama ardhi, apa bener ardhi cinta sama gue? Tapi kan ardhi sahabat gue' batin shalin.
Cinta memang tak memandang siapa orang yang kita cintai. Cinta nggak butuh alasan. Jika cinta memandang status, selamanya pun tidak akan pernah ada apa itu cinta.
Ardhi menjadi gugup seketika dan shalin menegang memikirkan ucapan ardhi.
"E..eee...ee yaudah yuk shal jalan" alih ardhi.
"Ehh iya yuk" jawab shalin.
Selama diperjalanan hanya deru motor yang bersuara.
Ardhi bingung ingin membuka pembicaraan bagaimana, begutupun dengan Shalin. Keduanya terjebak dalam situasi awkward.
Setelah lama di perjalanan, mereka pun sampai di taman kota yang di depannya terdapat caffe yang cukup sederhana.
"Ar duduk sana yok" ajak Shalin yang menunjuk kursi panjang di tengah-tengah bunga-bunga cantik.
"Yuuk" jawab Ardhi menarik pelan tangan Shalin.
Mereka duduk di kursi panjang berdua. Hening yang terjadi guys, keduanya bingung ingin memulai pembicaraan bagaimana.
Awkward yang mereka alami saat ini.
"Ekkhmm" dehem Ardhi.
"Btw lo mau apa Shal?" tanya Ardhi.
Shalin sedari tadi hanya melamun dan merasa kaget ketika ardhi bertanya padanya.
"Gue mau elo" jawab Shalin dengan tampang watados nya.
Ardhi menggaruk tengkuk nya yang jelas tidak gatal.
"Gue juga mau elo selalu sama gue Shal" timpal Ardhi.
Mereka berdua sama-sama terhanyut dengan obrolan yang jujur dan dari hati.
"Eh sorry Ar gue nggak maksut bilang kaya gitu, gue cuma becanda" bohong Shalin.
Jdaaaaarrrrr
Ucapan yang singkat namun sangat menohok hati Ardhi. Ardhi kecewa, tetapi bukan Ardhi namanya jika tidak terus berjuang.
"Nggakpapa ko Shal, tapi gue nggak becanda" ujar Ardhi dengan senyuman tertulus nya.
Shalin merasa kasihan dengan Ardhi, tetapi ia juga belum tahu pasti apakah dia bener cinta atau tidak?.
Shalin bingung harus bagaimana. Ia ingin menerimanya karena kasihan bahwa Ardhi sahabatnya, ia pun tidak ingin menerima karena takut persahabatannya kandas jika mereka putus suatu saat nanti.
Dua hal yang membingungkan dan telah membuat Shalin uring-uringan.
********
Setelah pdkt berminggu-minggu, Ardhi tidak menyerah sedikitpun.
Walaupun kadang Shalin membuatnya kecewa. Tetapi ia hanya berpikir bahwa itu adalah resiko orang pdkt.
Dan masalah diterima ataupun tidak itu juga resiko orang menyatakan cinta. Bukankah semua itu ada resikonya? Iya, semuanya ada resikonya. Tinggal kita saja mau mati karena kecewa atau mau bangkit karena kecewa.
Ardhi berpikir bahwa ini adalah waktu yang tepat untuk menyatakan cinta kepada Shalin.
Cara Ardhi menyatakan cinta kali ini berbeda dari yang lain.
"Shal ntar sore ikut gue ya! Nggak terima penolakan." ucap Ardhi tepat saat bel pulang sekolah.
"Ck. Kebiasaan lo" jawab Shalin "kemana emang?" sambungnya.
"Main ke hati gue" gombal Ardhi yang dihadiahi Shalin jambakan rambut hahah.
"Aaaww sakit ayaang" rintih Ardhi.
"Belom resmi aja udah kaya gini, gimana ntar kalo udah resmi?" dumel Shalin yang pasti kedengaran oleh Ardhi.
"Kalo udah resmi gue jinak ko beekkk". Celetuk Ardhi.
Shalin semakin geram dan terus menjambak rambut Ardhi dengan keras.
"Cewe mah selalu bener" dumel Ardhi.
"Iyalah emang" jawab Shalin yang kelewat santai.
"Lepasin dooongss" rengek Ardhi.
Tangan Shalin yang semula seperti kuli menjambak rambut Ardhi, sekarangpun luluh karena rengekan Ardhi. Shalin tidak tega jika ada orang yang merengek padanya.
Akhirnya Shalin melepaskan jambakan mau tersebut.
"Makanya lo nggak usah gombal-gombal gue nggak suka" ujar Shalin dan berlalu pergi meniggalkan Ardhi sendiri di dalam kelasnya.
Ardhi pun hanya menggelenggelengkan kepalanya.
"Kenapa gue bisa jatuh cinta sama lo ya Shal? Ckck, hahah" ucap Ardhi sraya meninggalkan kelasnya.Jatuh cinta tak memandang siapapun orangnya dan bagaimanapun sikap dan sifatnya.
Minta vote nya yang banyak yaaa😘😘 sorry kalo slow update lagi sibuk soalnya wkwkw😃😂😘

KAMU SEDANG MEMBACA
Mengapa Harus Rumit?
Teen FictionCinta itu mutlak seperti HAM. Tak bisa disalahkan, jika cinta itu salah jangan salahkan cintanya but salahkan bagaimana caramu mengekspresikannya