14

18 2 0
                                    

Ardhi mengantar Shalin pulang, ketika di tengah perjalanan ponsel Ardhi berbunyi. Ardhi berhenti dan mengangkatnya, ternyata yang menghubunginya ialah Alex.

Shalin tetap fokus mendengar apa yang diperbincangkan Ardhi dan Alex.

"Ha? Kenapa?" tanya Ardhi.

"..........."

"Yauda lo sini aja, gua di jalan sono nomer 88 deket taman"

"............."

"Hmm. Gua ada sama Shalina"

Seketika sambungan terputus secara sepihak. Shalin masih asik dengan lamunannya, mencoba memahami apa yang dikatakan Ardhi dalam teleponnya.

"Kenapa?" tanya Ardhi tiba-tiba

"Alex kenapa Ar?" tanya Shalin

"Gue juga kagak tau, tapi nanti dia kesini" jawab Ardhi "eh tapi lo kagak apa2 kan nunggu Alex dulu disini" sambungnya.

"Oh enggak. Asal itu sama lo haha" jawab Shalin dengan tawanya

"Yaila lo mah, serius enggaknya, kagak ada bedanya" kesal Ardhi.

"Ya gue tadi serius elah" jawab Shalin

Seketika mata Ardhi berbinar, ia senang sekali.

Shalina dan Ardhi berbincang sambil menunggu Alex.

"Oyy sorry lama macet tadi" ucap seseorang yang empunya suara sudah dikenal Ardhi dan juga Shalin.

"Slow down baby. Lo kenapa?" tanya Ardhi.

"Gua mau pinjem motor lo Ar, lo nanti pake mobil gue aja. Motor gue ada di bengkel" ucap Alex.

"Emang lo mau kemana?" tanya Ardhi penasaran.

"Kakak gue jatuh Ar, sekarang di rumah sakit. Kalo gue pake mobil bakal lama kena macet" ujar Alex

"Hah? Lo serius?" Ardhi tak percaya.

"Serius elah" cuek Alex.

Shalin yang mendengar hanya mengaga tak percaya, pasalnya ia baru chatting dengan kakaknya Alex yang selama ini dekat dengannya.

Alex adalah anak kedua dari dua bersaudara, ia memiliki kakak yang terlalu amat baik parasnya dan elok rupanya. Namanya Indira. Ya Indira arsenio.

"Lo bawa aja motor gue" ucap Ardhi. "Nih kuncinya" kasih Ardhi.

"Makasih ya Ar, gue bawa dulu motor lo, dan ini kunci mobil gue" serah Alex.

"Oh ya bonyok lo gimana? Udah tau belom" tanya Shalin yang membuka awal pembicaraannya.

"Udah tadi gue telpon, besok baru terbang ke Jakarta" jawab Alex "yaudah ya gue duluan kasian kakak gue" sambungnya.

"Iya ati-ati ya lex" ucap Ardhi dan Shalin berbarengan.

Motor yang dikendarai Alex pun melesat dengan mulus, tanpa meninggalkan sejejak asap pun.

'Satu bantuan materi yang kita berikan kepada sahabat kita tak akan ada bandingannya ketika sahabat memberikan satu bantuan untuk kita tersenyum dan tertawa. Karena materi hanya lah hal yang fana'

*****
Dari hembusan angin itulah sebenarnya yang membuat usia semakin pendek. Semuanya itu soal waktu. Dan cinta juga soal waktu.

Shalin menyusuri koridor sekolah didampingi alunan musik melalui earphone yang setia menemaninya.

Bersama dengan dentuman musik, Shalin mengangguk-anggukkan kepalanya mengikuti setiap bait nada.

Tanpa kesadaran Shalin, ada yang mengekorinya diam-diam dengan membawa sekotak brownies.

Dengan wajah seenaknya ia berjalan cepat mendahului Shalin dan berhenti tepat di depan Shalin.

"Pagi rapunzel kesayangan abang" sapa seseorang itu yang ternyata adalah Ardhi.

"Dangdut bego" jawab Shalin yang masih geli dengan sapaan Ardhi.

"Tapi seneng kan dipanggil RA.PUN.ZEL.?" tanya Ardhi dengan penekanan pada kata Rapunzel.

"Rapunzel nya sih seneng, tapi KE.SA.YA.NGAN A.BANG. itu yang dangdut, gimana sih lo?" cecar Shalin yang tak mau kalah.

"Yauda yauda" putus Ardhi. "Nihhh gua kasih" serah Ardhi.

"Brownies? Waduu pas banget gua laper" bohong Shalin. Sebenarnya itu untuk menutupi kegugupannya.

'emang dasar nggak ada cewek- ceweknya banget, nggak ada kaget- kaget nya, nggak ada seneng-seneng nya. Tapi gua cinta'. Batin Ardhi terkikik geli.

"Gua kan perhatian sama lo, sampe-sampe gua tau kalo lo lagi laper" ujar Ardhi.

"Semerdeka lo dah, btw makasih ya bang" jawab Shalin sekenanya.

"Dangdut bego" timpal Ardhi dengan meniru gaya bicara Shalin.

Shalin masuk ke dalam kelasnya dengan perasaan yang sebenarnya bahagia tapi ia tutupi.
Mely melihat sekotak brownies di tangan Shalin menelan salivanya dalam-dalam. Shalin yang mengetahuinya pun sontak mennyomoti Mely satu brownies.

"ahmmpppff...."

nyaam nyaaam nyaammm

"sumpah nikmat banget" ujar Mely

"ya nikmat orang gratisan juga" jawab Shalin.

"hehe.. lo dapet dari mana Shal?"tanya Mely .

"dikasih abang Ardhi hahahahaha" jawab Shalin dengan tawa yang petjah.

"hahahahha tumben banget" ujar Mely.

"entah. Ardhi akhir-akhir ini lebih perhatian ke gua mel" curhat Shalin.

"tuh kan. gua udah tebak kalo Ardhi cinta sama lo" tebak Mely.

"ah lo bisa aja mel" jawab Shalin

'gua juga kayaknya cinta deh sama Ardhi. cinta kan soal waktu. cinta itu mutlak kayak HAM, gua sekarang sadar cinta itu indah, sekarang gimana caranya gua mengaplikasikan cinta itu supaya nggak salah' batin Shalin.

Mely melambai-lambaikan tangannya di depan muka Shalin.

"oyy lo ngapain ngelamun?" tanya Mely.

"oh enggak kok" jawab Shalin sekenanya.

"orang aneh lo" ejek Mely.

"oaza ya sist"gurau Shalin. "noh pak heri mau nyampek kelas" sambungnya.

"oaza" jawab Mely.

"dasar gila" ejek Shalin dan berlangsung duduk di tempatnya bersamaan dengan Mely.

Banyak tertera rumus-rumus di papan tulis yang membuat kelas dan seisinya menjadi bungkam memperhatikan, sama hal nya dengan memperhatikan seseorang yang telah mengusik hati, tanpa diperintah pun akan menjadi bungkam juga.

Rentetan rumus yang semula tertera dengan elok nan rapi akan hilang satu per satu ketika suara bel yang melengking menampakkan empunya.

Kriiiiingggg

"Yeeeeee"

"Alhamdulillah"

"Engkau baik ya Allah"

"Akhirnyaaa"

"Legaaa boossss"

"Hayati jadi semangat lagi"

"Nur sudah lapar, hayati yang cantik temani nur ke kantin yuk"

"Hayuukk nur"

Timpalan celometan selalu hadir ketika jam istirahat tiba.

Semua teman sekelas Shalin keluar dengan rasa yang bahagia.

Selamat malam readers😘😘akhirnyaaa😭😭😭minta votement nya yang banyak dan yang ikhlas ya😘😘makasih banyak untuk readers😍😍😘😘

Maafkan aku ya update nya lama 😭😥😂










Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 10, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mengapa Harus Rumit?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang