Replika II

148 42 19
                                    

"Eh, Nic, dia siapa?" Tanyaku pada Nico sambil menunjuk wanita dengan seragam putih biru sama sepertiku.

"Lah, lo gak tahu?" Nico bertanya balik.

"Kagak, dia siapa sih?"

"Dia anak IX-H, kalo gak salah namanya Tiara. Lu suka sama dia?"

"Enggak, nanya aja."

***

"Ndre!" Suara panggilan itu membuyarkan lamunanku.

"Apa?" Tanyaku dengan malas.

"Kenapa sih lo putus sama Tiara?" Tanya Nico tiba-tiba.

"Kenapa sih lo sewot banget?" aku menaikan nadaku satu oktaf, "kan gue yang putus, bukan lo."

"Suruh siapa kemarin ngasih tahu gue? Gue kan orangnya gampang penasaran."

Oh, iya. Lagi-lagi aku lupa. Kemarin dia orang pertama yang tahu aku putus dengan Tiara.

Aku menghela napasku. "Gue gak tahu Nic. Tiba-tiba aja dia ngajak gue putus."

"Dan lo iya-in aja?" Tanyanya sambil mendekat kepadaku.

Aku sedikit menjauhkan punggungku, "Ya, begitulah,"

"Kenapa sih alasannya?" Tanya Nico lagi.

"Udah gue bilang kagak tahu,"

"Masa? enggak mungkin lah tiba-tiba ngajak putus. Pasti ada yang salah dengan hubungan kalian."

"Ya, mungkin. Semoga aja."

Semoga aja? Ya, aku harap ada yang salah diantara aku dan Tiara. Karena jika tidak, aku tidak akan pernah tahu mengapa kita putus.

"Eh Bu Ridah datang!" Teriak seseorang di kelas. Sontak seluruh murid yang sedang 'travel' ke bangku lain langsung duduk rapih di bangkunya masing-masing. Tak terkecuali aku dan Nico yang juga merapihkan posisi duduk kami.

Perlahan-lahan aura intimidasi guru terasa di leherku. Aku menggigil. Oke, ini berlebihan. Masuklah seorang guru berbadan gempal dengan kacamata menghiasi wajahnya, dia langsung duduk di meja guru. Bukan duduk di mejanya, tapi di bangku buat guru.

"Anak-anak, untuk pelajaran Bahasa Indonesia hari ini, kita akan belajar membuat puisi." Ucap Bu Ridah. Kami semua hanya diam dan mengangguk.

Bu Ridah menjelaskan secara mendetail apa-apa yang harus ada dalam sebuah puisi. Sebenarnya, dia hanya membacakan apa yang ada dalam buku paket.

Bu Ridah menjelaskan bagaimana penggunaan rima.

"Rima dalam puisi itu bermacam-macam. Contoh umum adalah rima a-a-a-a, dan rima a-b-a-b,"

Bu Ridah juga menjelaskan tentang diksi.

"Diksi adalah pemilihan kata. Gunakanlah kata-kata yang membuat puisi kalian semakin indah. Gunakanlah majas jika ingin, itu juga memperindah puisi kalian."

Tapi yang paling seram, dan paling membuat semua murid terintimidasi adalah...

"Kalian, buatlah puisi dengan tema bebas."

DioramaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang