Aku berjalan sambil menjaga jarak dari Nico dan Tiara. Mereka saat ini sedang jalan berdampingan, untung saja tidak pegangan tangan. Oh iya, tentu saja aku mengikuti mereka setelah membayar kekurangan tadi. Sebenarnya, tadi itu uang yang ku berikan Rp10.000, bukan Rp20.000, jadi ya harus nambah. Jangan pikir aku orang yang langsung kabur setelah makan!
Tapi, ada perasaan bersalah menyelimuti setiap langkahku. Apa aku harus berhenti? Tidak baik kan memata-matai urusan orang? Apalagi sahabat dan pacar sendiri. Tapi tak apalah, toh mereka yang mengundang.
Mereka berhenti di salah satu kios baju setelah sebelumnya berbelok ke kiri. Aku pun berhenti di kios sebelum mereka berbelok, dan langsung melihat-lihat boneka di depanku untuk kamuflase. Apa?! Boneka?! Sialan aku berhenti di toko yang salah.
"Yang itu lucu loh, mas, buat pacarnya," ucap seorang wanita muda yang kukira adalah penjualnya sambil menunjuk boneka beruang berwarna pink.
"Oh, yang itu berapa?"
Mengapa aku jadi bertanya?!
"Sembilah puluh, mas,"
Aku manggut-manggut sambil mengambil boneka beruang pink itu.
"Kalo yang itu?"
Mengapa aku bertanya lagi?!!!
"Yang Baymax itu ya? Yang kecil seratus dua puluh, kalo yang besar seratus lima puluh,"
Aku kembali mengangguk. Aku ingat apa yang sebenarnya harus ku lakukan.
Aku mengintip Nico dan Tiara. Mereka sudah tidak ada disana! Sial! Gara-gara keasikan memilih boneka! emmm... maksudku berkamuflase.
"Oh, makasih ya mbak, lain kali." Aku segera berjalan cepat dan sempat melihat wanita itu mengangguk sambil senyum terpaksa. Kasihan, sepertinya aku perlu membelinya. Tidak, tidak ada waktu untuk itu! Aku harus mencari mereka.
Aku melanjutkan pencarianku melewati beberapa kios dan menerobos kerumunan pengunjung. Aku hampir kehilangan mereka. Untung saja, mencari mereka tidak terlalu sulit, karena Tiara memakai pakaian yang entah-apalah-itu sangat mencolok. Mereka sedang bertanya-tanya di salah satu kios baju distro. Kali ini aku berhenti di pagar pembatas sambil melihat-lihat ke lantai bawah.
"Sendiri aja, mas?" Suara berat yang gemulai tiba-tiba muncul di sebelahku.
Firasatku mengatakan untuk segera pergi. Tapi aku penasaran, sangat penasaran. Aku menengok perlahan dan... DUARRR! ada wanita cantik di sebelahku! Rambut pirang lurus dan wangi itu, bulu mata yang lentik, lipstik merah yang menempel merona di bibirnya, kulit cokelat seperti atlet renang antarpulau, otot-ototnta lebih besar dari pada ototku. Ia tersenyum menggoda kepadaku. Aku mau muntah. Dia banci!
"A-a-anu, lagi nunggu temen, mas," Jawabku terbata-bata, lalu menelan ludah agar muntah tidak keluar.
"Loh, kok mas? Panggil saya tante," kilahnya dengan nada yang dibuat-buat dan diikuti gerakan tangan gemulai yang lebih menjijikan.
"O-oh, maaf, tan-te," kataku.
"Ayo, dong, kita jalan," pintanya sambil menggoda.
"Ma-maaf, lagi sama temen, lain kali aja, ya,"
lain kali?!! Mulut ini berbicara seenaknya saja!
Aku segera berjalan meninggalkan orang itu tanpa meliriknya lagi.
Disaat yang bersamaan, mereka bergerak! sepertinya mereka tidak jadi membeli. Kembali aku melangkahkan kakiku berjalan normal agar tidak mencurigakan. Aku fokuskan perhatianku kepada mereka. Lagi-lagi mereka berhenti di toko baju.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diorama
Подростковая литератураTentang aku, kamu, dan cerita yang tak akan pernah terjadi lagi. Amazing Cover By : @itsbee