20. BERJUANG

3.1K 163 19
                                    

~

Adakah hal terindah di dunia ini selain dirimu

~

Tubuhnya seketika lemas tatkala melihat seseorang yang berdiri dihadapannya. Tatapannya masih terkunci pada seorang pria yang saat ini mulai bergerak mendekat ke arahnya.

Maura membeku, ia tidak menyangka akan bertemu dengan Alvano secepat ini. Saat jarak yang memisahkan keduanya tinggal beberapa langkah lagi, Maura melangkah mundur. Hal itu membuat langkah Alvano terhenti, terlihat sangat jelas keterkejutan di wajahnya saat Maura menjauh seolah tak ingin ia dekati.

"Bisa bicara sebentar?"tanya Alvano hati - hati dengan pandangan masih terpusat tepat di manik mata Maura

Maura tetap bungkam, tidak merespon pertanyaan Alvano. Tidak ingin berlama-lama, Maura membalikkan tubuhnya hendak melangkah lagi "Tolong" sergah Alvano mencoba menghentikan Maura "Sekali ini aja" lagi - lagi Maura mengurungkan niatnya untuk pergi, langkahnya terhenti beberapa saat bersamaan tarik-kan napas panjang

Sekuat tenaga Maura berusaha melangkahkan kaki dari tempatnya berdiri, sangat sulit rasanya seperti ada tumpukan lem dibawah telapak kakinya yang membuatnya melekat begitu erat sampai tidak bisa beranjak.

Bayang-bayang masa lalu itu tiba - tiba muncul begitu saja saat Maura hampir meng-iyakan permintaan Alvano, membuatnya mau tidak mau sadar kalau semuanya sudah berakhir , tidak ada lagi hal yang perlu di bicarakan.

"Plis, kali ini aja" gerak cepat Alvano menahan tangan Maura . Maura tidak lagi bisa menahannya, Maura menyentakkan tangan Alvano yang mencekal pergelangannya.

Hanya dengan merasakan sekali sentuhan Alvano, membuat pertahanan Maura dengan mudahnya runtuh dan berakhir mengikuti kemauan Alvano.

Tidak ada gunanya juga menolak, karena Alvano pasti akan terus memaksanya sampai mendapatkan apa yang dia inginkan. Maura benar - benar paham tabiat pria dihadapannya itu.

Alvano menghela napas lega saat Maura mengangguk samar.

Alvano membuat Maura mengikutinya ke taman rumah sakit yang bisa dibilang sepi dari biasanya, pilihan tempat yang tepat untuk bicara.

Keheningan mulai menyelimuti dua orang yang tengah duduk berdampingan di bawah pohon yang cukup rindang untuk mendamaikan suasana.

Canggung, hanya kata itu yang sempurna menggambarkan suasana di antara mereka. Maura terlihat menjaga jarak dengan Alvano. Sedangkan Alvano hanya diam menautkan kedua tangannya di atas paha, sesekali mencuri pandang ke arah Maura.

Beruntungnya cuaca pagi ini benar - benar mendukung, begitu juga dengan keadaan taman yang biasanya ramai dipenuhi pasien juga pengunjung , kali ini benar - benar sepi, hanya beberapa pasien yang sekedar lewat, tidak berniat berlama - lama. Tapi hal itu malah membuat Alvano mati gaya, karena tidak ada bahan pembicaraan atau hanya basa - basi untuk menghidupkan suasana. Hening.

Alvano tidak tau bagaimana cara memulai pembicaraan. Sudah sejak lama ia menyiapkan begitu banyak kalimat yang ingin ia katakan pada Maura. Tapi saat benar-benar bertemu dengan Maura, semua kalimat yang ia persiapkan lenyap sudah. Kepalanya kosong, tidak terpikirkan satu katapun untuk diucapkan, bahkan untuk bernapas saja rasanya sulit. Alvano hanya diam, sedangkan Maura menatap ke arah lain tak peduli.

Waktu berjalan begitu cepat dan terbuang sia - sia, tidak ada yang berniat memulai pembicaraan. Maura sedari tadi menatap ke arah lain, sedangkan Alvano masih sibuk dengan pikirannya sendiri, sangat sibuk sampai membuatnya bingung harus memikirkan apa.

WEKKERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang