4. MENIKAH

5.8K 256 1
                                    

~

Terimakasih. Telah hadir untuk menjadi bagian hidupku

~

Pagi yang cerah, matahari kembali menyinari kota Jakarta yang semakin sesak. Di salah satu rumah bergaya klasik, nampak seorang gadis cantik yang sudah siap dengan gaun pengantinnya.

Gaun berwarna putih panjang, sepatu kaca yang sangat indah dan rambut tergulung ke belakang membuat gadis itu terlihat sangat cantik, begitu sempurna.

***

Sedangkan di kediaman keluarga Mahardika. Seorang pemuda tampan dengan balutan jas putih dan bersepatu putih yang menambah kesempurnaan penampilannya.

Hari ini adalah hari pernikahan Alvano Dirta Mahardika dan Maura Dinta Martadinata , segala persiapan dari gedung, makanan, hadiah, souvenir, dan semua yang dibutuhkan sudah siap dalam waktu satu bulan, tentu itu tidak sulit. Mengingat kekuasaan keluarga calon pengantin itu, tidak perlu waktu lama untuk membereskan semuanya dalam waktu singkat.

Pernikahan itu dilaksanakan di salah satu gereja terbesar di Jakarta.

Alvano yang sudah berada di altar terlihat tenang menunggu pasangannya,tidak ada kecemasan, gugup, atau tegang di raut wajahnya, Alvano tampak datar-datar saja tanpa ekspresi.

Beberapa saat kemudian, semua mata tertuju pada mempelai wanita yang berjalan memasuki altar. Maura melangkah anggun dengan senyuman yang terus terukir di bibirnya bersamaan dengan musik khas yang mengiringi langkah demi langkahnya.

Maura berjalan berdampingan dengan seorang pria yang mengenakan setelan jas hitam dipadukan dengan tuxedo putih. Senang sekali, tidak pernah Maura mengamit lengan Haris seperti saat ini sebelumnya.

Tidak ada,ucapan selamat atau apapun dari Haris, ayahnya. Di hari pernikahannya saja, Haris tetap bersikap dingin padanya .

Maura tidak ambil pusing, Maura hanya ingin bahagia setidaknya untuk hari ini.

Hari dimana Maura akan memulai hidupnya dengan Alvano. Sejak kali pertama bertemu, Maura sudah jatuh hati pada pemuda itu, Maura sudah sangat mencintai pemuda yang sebentar lagi akan menjadi orang yang akan menua bersamanya nanti.

Maura berharap semoga Alvano juga memiliki perasaan yang sama dengannya.

Setelah pertemuan pertama mereka yang sekaligus ditujukan untuk membicarakan pernikahan. Keduanya tidak pernah bertemu lagi, selain karena alasan dipingit, baik Maura dan Alvano, mereka sama- sama sibuk dengan persiapan masing-masing.

Pengepasan baju pengantin saja dilakukan dirumah mereka masing-masing karena tidak ada waktu untuk ke butik tempat baju pengantin di pesan.

***
Maura sudah berdiri disamping Alvano bersiap mengucapkan janji suci pernikahan. Mereka mengucapkannya dengan tenang dan lancar, terlihat raut wajah bahagia tamu-tamu undangan yang hadir, ketiga sahabat Alvano juga hadir untuk menyaksikan hari besar sahabatnya itu.

Maura sendiri tidak ada tamu undangan yang menurutnya penting, karena Maura tidak mempunyai teman atau sahabat dekat. Banyak yang mengaku teman dekatnya, tapi Maura tahu tidak ada yang tulus berteman dengannya, semuanya palsu dan Maura tau itu.

Maura hanya punya satu sosok yang berarti baginya sejak dulu, terakhir ia bertemu 10 tahun yang lalu dengan orang itu, tapi sekarang orang itu sedang berjuang meraih mimpinya, dan entah kapan dia akan kembali, atau mungkin dia tidak akan pernah kembali, Maura tidak tahu. Ia sudah tidak terlalu berharap lagi, karena itu hanya akan berakhir sebagai penantian yang tak berujung, tapi sungguh Maura sangat merindukannya.

WEKKERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang