15. ARSEN FERNANDEZ GUSTAVO (2)

2.7K 93 2
                                    

~

Karena hidup terlalu indah untuk disia - siakan

Karena hidup terlalu manis untuk diakhiri

Karena hidup terlalu berharga untuk menderita

~


Waktu berjalan begitu cepat tanpa aku sadari. Pagi berganti malam tanpa henti hari demi hari. Tak terasa dua pekan berlalu dengan kenangan indah yang terekam jelas dalam relung ingatanku.

Meskipun tersisa sedikit kenangan yang belum juga bisa aku lupakan, setidaknya semua kenangan indah itu cukup membantu untuk menutupinya.

Malam itu adalah kali pertama juga terakhir aku bertemu gadis itu, aku berharap bisa bertemu dengannya lagi sejak malam itu.

Bahkan setiap hari aku menghabiskan waktu di pantai tempat pertama kali aku bertemu dengannya, berharap bisa melihatnya.

Hingga sudah tiba waktunya aku harus meninggalkan pulau indah ini. Tapi sayangnya sampai saat itu tiba, aku tidak pernah melihatnya lagi.

Aku tidak punya maksud lain padanya, aku hanya ingin melihatnya dan memastikan dia baik - baik saja, aku hanya ingin melihatnya menjalani hidupnya dengan baik. Hanya itu.

Entah kenapa aku merasa peduli padanya, sebelumnya aku juga tidak pernah mengenalnya, bahkan baru pertama kalinya aku melihatnya. Tapi aku tidak mengerti, kenapa semudah itu aku peduli dan mengkhawatirkannya.

Yahhh... Mungkin aku tidak akan melihatnya lagi. Tidak masalah untukku, aku akan selalu mendoakan dimanapun dia berada, semoga dia menjalani hidupnya dengan baik .

"Arsennnn, cepat turunn" suara Mama terdengar begitu keras sampai - sampai membuyarkan lamunanku.

Aku bergegas turun dengan membawa koper , tas ransel, juga gitar kesayanganku. Sampai dibawah Papa membantuku memasukkan barang - barangku ke bagasi.

Setelah semua barang sudah berada di dalam bagasi, aku melangkahkan kakiku ke bibir pantai sekali lagi. Berjalan ditemani angin semilir yang begitu menenangkan pikiran.

Berdiri tegap menatap hamparan laut biru dengan pantulan cahaya matahari yang terasa semakin hangat. Deburan ombak juga masih terdengar merdu di telingaku, aku membiarkan air laut membasuh kakiku menggerus butiran pasir putih yang kupijak.

Rasanya aku tak ingin meninggalkan pantai ini, semua yang ada begitu indah untuk ditinggalkan. Semuanya.

"Kita berangkat?" tanya Papa yang sudah berada di sampingku.

"Ayo sayang" kata Mama memeluk bahuku dengan tatapan lembutnya.

Aku mengangguk melingkarkan kedua lenganku di pinggang mereka. Melangkah pasti dengan senyuman yang terus menghiasi wajahku. Sudah waktunya aku pergi, tapi suatu saat nanti aku akan kembali.

***

Kami tiba di Ibukota setelah lebih dari satu jam berada di udara. Orang suruhan Papa juga dengan mudah mengenali kami sehingga kami tidak perlu waktu lama untuk menunggu.

Sepanjang perjalanan aku memandang keluar kaca mobil, melihat jalanan kota Jakarta untuk pertama kalinya. Langit terlihat mendung hari itu, bunyi guruh juga beberapa kali terdengar walaupun samar - samar.

Titik - titik air mulai turun membasahi jalanan saat kami baru memasuki kawasan perumahan dimana tempat tinggal baru kami berada.

Mataku masih menatap jalan yang mulai basah karena air yang berjatuhan semakin deras. Pandanganku juga semakin memburam karena hujan yang meninggalkan bekas berupa titik - titik air di kaca sehingga menghalangi pandanganku.

WEKKERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang