1. ALVANO DIRTA MAHARDIKA

8.8K 386 8
                                    

~

Sahabat, makhluk hidup yang tetap bertahan meski dunia tak lagi ada dalam genggamanmu

~

TING !

Lift berhenti diangka 15. Pemuda tampan, berbibir tipis itu keluar dari dalam lift. Semua mata menatap-nya kagum. Pahatan diwajahnya hampir sempurna bahkan bisa dikatakan sempurna untuk ukuran manusia. Siapa lagi kalau bukan pewaris utama MD Group, salah satu perusahaan terbesar di Asia.

Alvano Dirta Mahardika

Tatapannya tertuju pada papan nama yang tergantung di pintu.

Yah, itu dia ruangan si tua bangka, batinnya berkata sambil tersenyum tipis.

Alvano melangkahkan kakinya gusar ke dalam salah satu ruangan tanpa adanya salam.

"Apa maksud dari semua ini ?" sambil melempar surat kabar ke atas meja.

"Kecilkan suaramu! Dimana sopan santunmu? Aku ini orang tuamu." Pria paruh baya itu menatapnya dengan tatapan tajam seolah ingin membunuh. Pria itu . . .

Bara Mahardika pemilik perusahaan MD Group

"Kenapa anda mencampuri hidup saya?" ucapnya datar.

"Apa sulitnya menikah, lagi pula aku menikahkanmu dengan seorang gadis, responmu terlalu berlebihan" ujarnya sinis

"Saya tidak mau menikah dengan gadis manapun, dan itulah keputusan akhir saya" Alvano memutar tubuhnya, dan melangkahkan kakinya untuk meninggalkan ruangan itu, tapi sayangnya terdengar suara yang seketika membuatnya menghentikan langkahnya..

Bara berdeham "Jadi kau lebih memilih menghabiskan hidupmu bersama wanita gila itu" sahutnya, memancing emosi Alvano.

Alvano berbalik menghadap sosok pria dihadapannya dengan tatapan lebih tajam dari sebelumnya, Alvano melangkah kearahnya lalu menarik kerah kemeja ayahnya "Tutup mulut anda. Dia seperti itu karena kelakuan bejat anda, sebelum menilai orang lain tolong lihat diri anda sendiri yang bahkan lebih hina , sayangnya saya merasa jijik karena terlahir dari orang tua seperti anda." ujarnya dingin, dengan mata merah yang menatap pria paruh baya itu tajam memancarkan amarah, kebencian, dan sakit teramat dalam, fisiknya memang baik - baik saja, tapi tidak dengan hatinya. Terkadang tidak selamanya hidup berjalan dengan sewajarnya.

Alvano keluar dari perusahaan itu dengan menahan emosi yang bergejolak di dalam dadanya, ia berusaha tenang dan tersenyum untuk membalas sapaan para karyawan di perusahaan.

Dulu ia tidak sudi menginjakkan kakinya di perusahaan ini, tapi sekarang Alvano yang dulu bukanlah Alvano yang sekarang, ia akan membuktikan perkataanya.

Ia memang membenci kedua orang tuanya, tapi disisi lain ia menyayangi mereka, ia berharap keluarganya bisa bersatu dengan cinta dan kehangatan kasih sayang, ia juga ingin mempunyai keluarga bahagia seperti keluarga pada umumnya.

Terkadang ia merasa sangat iri dengan orang yang bisa tertawa bahagia dengan keluarga mereka, ia iri kenapa ia tidak seberuntung mereka, tapi sudahlah, inilah hidupnya, dan yang harus ia lakukan hanya menjalaninya, menunggu dan berharap Tuhan mengambil nyawanya secepatnya.

Flashback on

Pemuda itu memarkirkan sepeda bututnya dihalaman sekolah elite , SMA Nusa Harapan . Semua pandangan tertuju padanya, ada pandangan memuja , pandangan sinis, bahkan ada yang meneriaki namanya histeris, yah tentu saja para gadis yang meneriakinya, dan memuja ketampanannya.

WEKKERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang