30. KONTRAKSI

3K 140 34
                                    

~

Faktanya, hidupku begitu sempurna karena adanya dirimu

~

Maura sontak terbangun, kali ini bukan karena mimpi buruk atau napasnya yang tiba - tiba sesak karena perutnya yang kian membesar. Melainkan karena kilauan cahaya matahari yang membangunkannya.

Saat menoleh ke samping kanannya, mendapati seorang pria yang tengah terlelap dengan mata terpejam, damai... ditambah dengkuran halus yang sesekali terdengar.

Tangan kurusnya perlahan tergerak menelusuri pahatan sempurna di wajah suaminya. Sejenak gerakannya terhenti saat salah satu lengan Alvano menarik tubuhnya mendekat, dan lengannya yang lain menyusup di punggungnya.

"Kamu bolos lagi?" tanya Maura membelai rambut pria yang memeluknya erat itu

Bukannya menjawab, Alvano malah semakin mengikis jarak diantara mereka.

"Sejak kapan kamu ganti nada dering?" tanya Maura menyadari nada dering ponsel Alvano tak lagi Four Five Second milik Rihana. Alvano hanya menggumam tidak jelas, dan semakin menenggelamkan wajahnya dilekuk leher Maura, tempat favoritnya.

Maura geleng - geleng kepala, mencoba meraih ponsel dibelakang punggung Alvano. Dugaannya tepat, Lisa.

"Kamu bolos lagi hari ini?" tanya Maura yang lagi - lagi hanya mendapat gumaman tak jelas "Kasihan sekertaris kamu, jangan mempersulit orang gitu ah, gak baik" tambahnya

Alvano bergeming.

"Alvano Dirta Mahardika" ujar Maura lagi dengan sedikit penekanan.

Alvano berdecak pelan sebelum mengambil alih ponselnya dari tangan Maura. Mendekatkan benda kotak berwarna hitam itu ke telinganya malas "Hm"

Maura mencubit pelan lengan Alvano, membuat Alvano menaikkan alis bertanya. Belum sempat menjawab, Maura dikejutkan dengan refleks Alvano yang tiba - tiba terduduk dengan mata membelalak sempurna "Hah" hanya satu kata itu yang keluar dari mulut Alvano, tanpa harus bertanya Maura mengerti benar bahwa ada yang tidak beres.

Alvano mengusap wajahnya gusar bersamaan dengan ponselnya yang sengaja ia lempar diatas nakas.

"Aku bisa jaga diri, kamu ke kantor aja" ujar Maura menyentuh bahu Alvano mencoba menenangkan.

Alvano menoleh menggeleng pelan "Gak akan"

Maura bangkit membuka lemari, menyiapkan pakaian Alvano.

"Kamu mandi sekarang, siap - siap, aku siapin sarapan dulu" ucapnya menaruh setelan jas berwarna abu - abu muda diatas kasur.

Maura berbalik menyadari tidak ada pergerakkan dari pria yang masih terbalut selimut itu "Alvano" panggil Maura sambil melipat tangan di dada.

"Aaaa gak mau ngantorr" Maura melotot mendengar Alvano yang tiba - tiba merengek seperti bayi kesetanan.

Maura mengesah pasrah mendekat ke arahnya, tepatnya ke arah nakas dimana ponsel Alvano berada.

"Hallo kak, ini Maura. Kakak bisa kerumah sekarang gak? Temenin aku dong, sebentar aja sampai Vano pulang? Gimana? Bisa?"

Maura menunggu jawaban di seberang sana. Senyumnya terbit setelah mendengar persetujuan serempak dari tiga orang di seberang sana . Sebaliknya, Alvano menatap nanar istrinya itu yang malah balik memelototinya.

"Cepet mandi. Aku tunggu 10 menit dibawah" telak Maura

***

Rumah tak lagi tenang setelah kedatangan pasukan dugong yang membuat seisi rumah dipenuhi gelak tawa, candaan, juga obrolan - obrolan tidak penting lainnya.

WEKKERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang