The Powerful

735 42 12
                                    

Sekumpulan anak berumur 6 tahunan itu sangat asyik bermain, usiakupun setara dengan mereka. Tapi aku hanya bisa melihat mereka bercanda ria dari balik jendela rumah.

Terbawa oleh suasana mereka yang mengasyikkan, tanpa sadar aku berlari-lari kecil menghampiri pintu. Menggenggam kenop pintu dan menekannya kebawah. Lalu, kudorong pintu perlahan.

Hangat menerpa wajah serta sinarnya yang membuat mataku yang tadinya berbinar makin terlihat bersinar. Kulengkungkan bibirku berharap sebentar lagi dapat bergabung dengan mereka. Langkah-langkah kecil telah membawaku ke arah mereka. Tiga detik, dua detik, satu detik,

"Bolehkah aku bergabung dengan kalian?" tanyaku penuh harap.

Aku tak mendapat jawaban dari mereka, yang terlihat mulut mereka seperti mengoceh. Terdengar suara-suara kecil.

"Menjijikan."
"Hiih, mengapa ia dekil sekali."
"Uwwh betapa baunya anak ini."

Aku terdiam, mataku yang tadinya berbinar nampak ingin mengeluarkan air mata, lengkukan di bibir sudah tak terlihat.

Mereka tak meninggalkan jawaban untukku. Melainkan meninggalkan aku.

Aku mencoba untuk menahan air mata yang tadi sudah hampir keluar. Kutatap mereka yang pergi meninggalkan aku. Terdapat dua orang anak perempuan berambut pendek serta seorang anak laki-laki. Kutatap mereka yang tak ingin bermain bersamaku.

Tatapanku semakin mendalam terhadap mereka dan terbesit amarah untuk mereka. Rahangku nampak mengeras, geram dibuatnya.

Angin siur mulai bersahut-sahutan dengan cepat. Langit cerah berubah menjadi mendung. Gemuruh mulai muncul, membuat semua yang mendengarnya menjadi kaget. Seperti akan ada badai yang datang.

Derr, gemuruh mendatangi mereka

"AAAA!!" teriak segerombolan anak tersebut dan mereka mulai berlari.

Aku pun panik dengan situasi ini. Walaupun begitu mataku tak lepas dari mereka. Tiba-tiba bongkahan kayu besar menghantam anak-anak itu. Dan mereka terjatuh.

Aku kaget dengan hal itu. Bagaimana bisa kayu itu menimpa mereka. Padahal tidak ada pohon disekitar mereka. Aku menutup mulutku yang menganga tak percaya.

Aku dekati mereka dan ternyata mereka tak sadarkan diri. Tapi tidak, tidak semuanya, salah seorang anak perempuan masih sadarkan diri.

"Tolong.. Tolong akuu," pintanya dengan suara agak serak.

Dia mengulurkan tangannya. Aku ingin menolong, kusambut tangannya. Saat ingin kutarik tangannya. Teringat memori kecil, saat mereka mencaciku. Aku terdiam. Dan terlihat ada sebongkah batu yang tiba-tiba melayang tepat di atas kepala perempuan yang tadi ingin kutolong.

Refleks aku berjalan mundur. Keringat bercucuran di keningku. Aku takut saat ini. Takut. Tetapi anehnya aku juga merasa sedikit lega sekarang.

Aku langsung berlari ke dalam rumah dan mengunci pintu dari dalam. Pergi ke atas, menuju kamar. Mengintip kondisi di luar dari jendela kamar. Dan kau takkan percaya ini.

Langit yang tadinya mendung, berubah menjadi cerah kembali ditambah matahari yang menyinari makin terang. Burung-burung berterbangan di atas langit berkicau merdu.

Warga yang menyadari hal itu, langsung keluar menatap langit heran. Dan cepat saja, anak-anak yang mati terbunuh di tempat juga telah dikerubungi oleh warga.

Bunyi ambulance berbunyi dan berlalu, tanda korban telah dibawa ke rumah sakit. Tangisan orang-orang terdengar sampai kerumahku. Dan sayup-sayup terdengar suara polisi yang menanyakan apa sebab anak-anak itu meninggal dan mereka mengira karena badai yang tiba-tiba datang.

Aku mendengar kenop pintu rumah dibuka. Sepertinya keluargaku juga penasaran dengan apa yang telah terjadi.

Aku rebahkan diri ke kasur menutup mukaku dengan bantal. Takut dengan omongan orang diluar, takut akan semua yang telah terjadi dan satu hal lagi-

Takut akan perasaanku yang tidak sedih saat ada seseorang yang tewas terbunuh di depan mataku.

•••

Jadi chapter selanjutnya adalah kumpulan cerita horror. Bukan creepypasta tapi dari ketikan tanganku dan ide dalam otakku.

Dukungan, saran dan kritik akan diterima dengan tangan lebar. Terima kasih.

Aur

Mistery In MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang