Chapter 9 (Come Back)

185 27 3
                                    

Foto: Na Jaemin.

"Sumpah!. Beneran seorang Tania Wulandari langsung luluh sama cowok kek gitu?." ucap Candra.

Ya aku sudah menceritakan kejadian hari itu kepada Candra.

"Gimana gak luluh dia ngebaperin mba." jawabku.

"Terserah lu aja deh Tan, jangan terlalu tinggi berangan-angan, menurut gue Jaemin tuh cuma ngebaperin lu aja Tan. Dan menurut gue aja sih, tipe-tipe cowok kek gitu cuman manis di awal doang, terserah mau percaya atau enggak."
ucap Candra memberi saran.

Aku hanya terdiam, mendengar kalimat-kalimat yang dilontarkan oleh Candra.

"Au ah dark can, gue gak denger, gue pakai sandal." jawabku meracau.

"Aelah, ni orang dibilangin malah bercanda." cecar Candra dengan tatapan tak sukanya.

Aku meninggalkan Candra yang sedari tadi bersandar di depan pintu.

"Eh Tan, mau kemana!. Jangan tinggalkan aku seorang diri." tanya Candra ngawur.

"Mau kekantin. Oiya Can tolong ambilin bingkisan sama bekal yang ada di tas gue!." jawabku sambil berteriak.

"Siap mba!."

*Kantin*

Beginilah suasana kantin selalu ramai dan pengap. Aku sangat benci keramaian. Entah sejak kapan aku membencinya. Dan hari ini aku akan melawan rasa kebencian ku itu yaitu dengan cara makan siang dikantin.

Oiya, dari awal aku masuk sekolah, kalau istirahat selalu nongkrong di gazebo atau taman sekolah. Karena hanya di 2 tempat itu tempat yang sepi.

"Tan ngapain sih harus makan?." tanya Candra.

"Pake nanya lagi, karena seorang Tania Wulandari lagi laper lah." jawabku jutek sambil membuka tutup bekalku.

"Kenapa makannya harus di kantin?. Kok gak di gazebo?, tumben." ucap Candra heran.

"Karena gue ingin melawan rasa kebencian gue Can, eh lebih tepatnya ketakutan gue." jawabku lagi sambil menyendok nasi gorengku.

Candra yang sedari tadi heran, hanya menjawab dengan anggukan dan ekspresi muka yang datar.

"Sebentar ye, mau beli es teh." ucapku sambil meninggalkannya sendirian.

Aku pun mulai melangkah dengan ragu-ragu, menatap kantin yang sangat ramau, hitungan beberapa detik kemudian, aku memantapkan langkahku.

Bismillah Tan, ayo lawan!.
Batinku

Ketika aku ingin membeli dikantin aku berpapasan dengan Jaemin.
Dia menatapku dengan sinis, dan tanpa sadar aku juga menatap nya dan

Deg

Jantung ku lagi dan lagi berdegup kencang. Mulut ku terkunci.
Diam dan membisu.
Ketika aku sadar aku langsung bergegas ke kantin.

"Bu, mesen es teh satu ya." ucapku dengan nada yang ramah.

"Maaf mba, tolong ambil sendiri aja." jawab ibu kantin itu sembari tangannya bekerja menjual pesanan para siswa.

Wajar saja ibu kantin berucap seperti, keadaan kantin saat itu sangat rame, padat, macet, ughhh udah kaya Jakarta. Eh, lupakan skip skip.

"Oyasudah ini Tania ngambil es tehnya ya." ucapku sambil bergetar mengambil gelas itu.

Ketika aku berbalik aku menabrak seorang siswa laki-laki dan aku terjatuh dan otomatis gelas yang ada ditanganku jatuh dan mengenai lantai lalu pecah. Saat aku jatuh semua kegiatan di kantin saat itu terhenti seketika, mata semua orang memandangku, banyak yang kaget dan juga banyak yang tertawa.

"Aw!." ringisku.

Tiba-tiba ada uluran tangan dihadapanku, seolah-olah tangan itu ingin memberi pertolongan padaku. Ketika aku melihat ke atas ternyata itu tangan Jaemin.

Tania, kamu gamimpi kan? ini beneran Jaemin?.
Ucapku dalam hati.

Aku menatap matanya yang coklat. Dia juga menatapku penuh arti. Tanpa aku sadari aku memandangi ia terus menerus-menerus.

"Hei, Tan?. Ayo bangun, ga malu diliatin murid-murid satu sekolah?." tanyanya.

Aku tidak menjawab. Aku langsung menyambut tangannya.
Ketika aku menggenggam tangannya, semua orang yang ada di kantin berteriak, mereka berteriak 1 kata yang sama yaitu Cie.
Aaa!, pengen meledak telinga.

Kami berjalan menuju Candra, yang sedari tadi senyum-senyum gajelas ngeliat moment absurd tadi.

"Yaudah, gausah didenger mereka ngomong." ucap Jaemin.

"Ya." jawabku singkat, padat dan jelas.

Tiba-tiba Candra memberi kode.

"Ssstttt." desis candra.

dan matanya memberi isyarat untuk memberi bingkisan kado ultah yang tertunda kemaren.

Huft, bismillah Tan.
Pikirku.

"Oiya Jaem, mau ngasih sesuatu." ucapku memulai obrolan.

Aku langsung memberi bingkisan tersebut kepadanya. Dia memberi respon yang baik.

"Makasih ya Tan." ucapnya sambil tersenyum manis.

Subhanallah, Itu senyum atau gula sih manis banget.
Ucapku dalam hati.

"Iya, sam.."

Belum sempat aku menjawab, Candra berteriak memanggil ku.

"Tania!, beling-belingnya dibersihin."

"Iya Can bentar." jawabku.

Tanpa berpikir panjang aku langsung berlari dan langsung membersihkan serpihan serpihan kaca.
Ketika aku membersihkan serpihan itu, ternyata serpihan kaca tersebut mengenai ibu jari ku.
Dan keluar lah darah segar yang mengalir.

"Aduhh!" ucapku.

Aku meniup luka yang ada ditanganku itu.
Jaemin yang melihatku seperti itu, langsung menghampiriku.

"Tan lo kenapa?." tanyanya sambil memegang jemariku.

"Gapapa kok." jawabku dengan santai.

"Gapapa gimana, ini luka loh kalau gak diobatin nanti infeksi, ke UKS ya?." ucapnya

"Gak usah. Aku gapapa kok." jawabku mengelak.

"Gue gak mau ngeliat lo kenapa-kenapa." ucapnya.

Deg

Seperti biasa jantungku berdegup dengan kencang. Hanya bisa diam dan menatapnya.

"Tan?." tanyanya

"Iya?, ya ke UKS aja." Jawabku.

"Makasih Jaem." ucapku lagi sambil tersenyum manis.

MY FULL SUN ☀ [Lee Donghyuck Nct Dream] *REVISI*Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang