Chapter 11 (Sebatas Teman)

82 15 2
                                    

Disini aku berada, di tempat ini, duduk dikursi ini, tempat dimana aku bisa berfikir jernih, tanpa harus memikirkan tentang perasaan.
Taman ini, taman yang dibuatkan oleh orang tuaku, sebelum mereka pergi meninggalkanku dan kakak laki-laki ku. Pergi entah kemana dan tidak pernah memberi kabar sampai usiaku sekarang yang menginjak umur 16 tahun.

--FlashBackOn--

*6 TAHUN SILAM*

"Mah, Pah, bikin taman dong dibelakang rumah, buat tempat mainnya Tania sama Kak Uti." Ucapku.

"Iya sayang, nanti papah buatkan ya buat kamu sama kak uti." Jawabnya sambil mengusap rambutku.

Selang 2 minggu taman itu selesai, di taman itu banyak sekali arena untuk bermain. Aku dan kakak ku setiap sore selalu bermain disana, dengan kedua orang dewasa itu yang selalu menemani. Bercanda, tertawa bersama.
Tetapi 1 bulan kemudian, mereka meninggalkan kami. Mereka tidak meninggalkan pesan. Sampai sekarang..

--FlashBackOff--

Kurasakan semua kenangan itu, semuanya. Dan tanpa ku sadari air mataku jatuh beriringan.

Mah, Pah Tania butuh kalian, kapan kalian kembali?.

Ketika aku sedang mengenang masa lalu, ada yang menutup mataku dengan telapak tangan. Tangannya sangat dingin, aku bisa merasakan itu.

"Ehh ini siapa?." Ucapku sambil berusaha melepaskan tangan itu.

Aku masih berusaha melepaskan tangan itu, dan akhirnya terlepas.

"Hey, ngapain lo disini tan?, galau terus." Ucapnya tanpa merasa bersalah dan langsung duduk disebelahku.

Aku terkejut ternyata itu Haechan.

"Lah?, harusnya gue yang nanya, lo ngapain disini?." Ucapku dengan kesal.

"Lo masuk kerumah gue udah izin sama kakak gue belum?, main nyelonong aja." Lanjutku.

"Udah." Jawabnya.

"Lee Donghyuck, sekali lagi gue nanya, lu ngapain kesini?."

Tapi Haechan tidak menjawab, ia malah mendekatkan wajahnya ke wajahku, semakin dekat, dan akhirnya aku memejamkan mata sambil ketakutan.

"Ehh lo mau ngapain Haechan." Ucapku panik.

Pahit, pahit, pahit. Ucapku dalam hati.

Aku merasakan tiupan di kening ku, dan sentuhan jari. Sepertinya Haechan hanya ingin membersihkan sesuatu dikeningku.

"Gue cuma mau bersihin kening lo, ada noda tadi." Ucapnya dingin sambil mundur dan kembali membenarkan posisi duduknya.

Bego lo tan, kenapa lo ke gr an, oke tania lo  harus tetap rileks anggap aja kejadian tadi gapernah terjadi.
Pikirku sambil mengetuk kepalaku dengan tangan.

"Ngapain lo tan? kepala lo pusing?, lo demam?." Tanyanya sambil memegang keningku.

"Eh gausah pegang-pegang, yakali gue sakit mukul-mukul kepala." Jawabku sambil melepaskan tangan Haechan kasar dari keningku.

"O." Jawabnya singkat, padat dan jelas.

"Lo habis nangis tan?. Kenapa nangis? Jaemin macem-macem sama lu?."

Aku bingung harus menjawab apa.

"Engg.... Engga kok chan, ganangis, udah lah ya. Lupakan." Jawab ku terbata-bata.

"O begitu." Ucapnya singkat.

"Temenin gue beli ice cream yok!, kalau lagi sedih enaknya makan ice cream wkwkwk" Ajakku.

Belum sempat ia menjawab aku langsung pergi.

"Lah?. Katanya minta temenin, malah pergi duluan." Ucapnya sedikit berteriak.

Aku langsung berlari menuju motor gede yang ter parkir didepan rumahku. Itu motor Haechan. Kami pun langsung menuju Toko Ice Cream.

*Toko Ice Cream*

Kami duduk di kursi yang sudah tersedia di toko ice cream itu, dan duduk berhadapan. Lalu pelayan datang sambil membawa buku catatan menu.

"Mas pesen ice cream rasa bubble gum ya, 3 cup ok?." Ucapku dengan riang.

"Siap mba, ada lagi?." Ucap pelayan itu.

"Lo mau pesen apa chan?" Tanyaku.

"Terserah apa aja, asal dari lo gua terima kok hihihi." Jawabnya tanpa meninggalkan ekspresi muka datarnya.

"Sejak kapan lo jago gombal chan?. Lo sakit?." Tanyaku dengan menyelidik.

"Sejak kita jalan bareng." Jawabnya sambil tertawa. Memang cowok ini susah ditebak.

Deg

Tenang tan rileks terus ok?. Batinku.

Gue baru kali ini liat Haechan ketawa. Aneh aja, seorang Haechan yang sifatnya datar bin dingin bisa ketawa. Lupakan.

"Apaan sih chan, galucu ih".
"Mas pesen ice cream green tea nya 2 cup"
Lanjutku.

"Oke mas mba, tunggu sebentar ya".

"Iyaa" Jawab kami berbarengan.

Seketika kami saling menatap dan suasana menjadi hening dan canggung.

"Tan gue ke toilet bentar ya." Ucapnya memecah keheningan

Aku pun mengangguk.

Aku pun mengotak-ngatik handphone ku, tidak ada notifikasi 1 pun. Aku pun mulai bosan menunggu, ketika aku menoleh ke kaca toko ice cream yang menghadap ke arah jalan raya. Ada 2 orang yang terlihat tidak asing. Kulihat dengan cermat ternyata MEREKA. Jaemin dan Putri . Mereka bergandengan mesra selayaknya orang berpacaran.

Aku pun mulai emosi, aku harus bertanya kepada Jaemin tentang kejadian kemarin.
Aku pun keluar dari toko ice cream, dan menghampiri mereka.

"Jaemin, tunggu.!" Ucapku berteriak.

Mereka berdua berhenti.

"Gue mau nanya sama lo, kemarin lo baik sama gue kenapa?, kalau lo emang gasuka sama gue kenapa lo ngasih harapan palsu ke gue, gaguna tau enggak!?." Ucapku sambil menahan tangis

Jaemin pun maju selangkah kehadapan ku.

"Tan dengerin gue, gue baik sama lo bukan berarti gue suka sama lo, gue cuma balas budi, kita gaada hubungan apa-apa tan. Kita cuma SEBATAS TEMAN." Jawabnya dengan pelan.

Mendengar itu, emosi ku langsung meluap. Aku langsung menamparnya.

Plakk

"Aw!" Ringisnya.

Putri yang sedari tadi diam, langsung memegang pipi Jaemin.

"Untuk kesekian kali, tamparan dari gue ini ga sebanding dengan apa yang lo lakuin ke gue." Ucapku masih sambil menangis.

Ketika aku ingin menamparnya lagi, ada seseorang yang menahanku, menahan tanganku. Haechan, dia menahan, belum sempat aku berkata apapun kepada Haechan ia langsung menurunkan tanganku.

"Tania, ayo kita pergi." Ucapnya dingin dan langsung menarikku pergi dari Jaemin dan Putri.

MY FULL SUN ☀ [Lee Donghyuck Nct Dream] *REVISI*Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang