- 2; pelarian -

238 42 16
                                    

"Kamu sudah merasakan sakit yang sakitnya berkali-lipat daripada sakit dari beling ini,"
-----


Tin tin..

Terdengar suara klakson mobil dibunyikan.

Suara klakson mobil? Hei, darimana asalnya? Suaranya besar sekali, sepertinya mobil pengangkut barang atau mobil besar lainnya..

Aku beranjak dari tempat tidurku, mengambil ponselku yang ada di atas lemari kecil yang terletak tepat di sebelah kiri tempat tidurku. Sudah jam delapan pagi rupanya.

Sekarang hari Minggu, aku harus mengunjungi rumahnya sebentar. HARUS!

Mandi? Ah, siapa yang memperdulikan itu saat kau sudah tidak bertemu seseorang selama satu minggu?

Dan kau tahu? Kami bertetangga!

"Selamat pagi, Ma!" ucapku sembari menuruni tangga. Aku mengikutinya berjalan ke arah yang sama.

"Pagi, kamu belum mandi?" jawabnya.

"Papa dimana?"

"Papa? Kerja. Ada meeting mendadak,"

"Tapi ini hari--"

"Surprise!" ucap seseorang dengan suara berat, sumber suaranya ada di ruangan yang aku tuju. Ruang makan.

"Papa dan Mama jangan sarapan, tunggu aku. Aku ingin melihat Si Kelinciku dahulu. Hanya sebentar," ucapku dan berlari ke pintu masuk rumahku.

"Tapi kamu harus mandi du--" hanya itu yang bisa ditangkap telingaku, karena aku sudah berlari menjauh.

Memakai sandalku, dan membuka gerbang dengan tergesa-gesa. Lalu secara otomatis memutar kepalaku ke sebelah kanan.

Entah apa yang terjadi, orang itu juga memutar kepalanya ke arahku. Dan mata kami bertemu.

Tapi..

Apa yang terjadi?

Mengapa orang-orang itu tampak sangat sibuk dengan kardus-kardus yang kuyakini di dalamnya terdapat barang-barang keluarga Jeongguk?

Lihat saja salah satu kardus itu ada yang terbuka, dan ada sesuatu yang mencuat keluar.

Telinga.

Telinga dari boneka kelinci yang kuberikan saat dia berulang tahun di tahun kemarin. Telinga itu berwarna putih, dan masih bersih. Sama persis dengan saat aku memberikannya.

Ya, tentu saja kelinci.

Karena aku merasa Jeongguk adalah reinkarnasi dari kelinci putih yang sangat bersinar dengan dua gigi yang sangat besar. Yang paling besar diantara yang terbesar.

Aku menelaah keadaan. Saat sudah yakin dengan satu kalimat yang akan kuucapkan di depannya, aku mulai berjalan mendekatinya.

Selangkah demi selangkah.

"Kau ingin pindah?" kalimat itu terucapkan.

Kami berhadap-hadapan sekarang. Dia menundukkan kepalanya.

Dan, balasannya hanya anggukan.

"Aku?" oh tidak, pertanyaan macam apa ini?!

"Mian.."

"Kau akan meninggalkanku?"

"Mi-mian.."

"Ta-tapi kau bilang.. Kau tidak akan meninggalkanku.." aku mengerjapkan mata, masih tidak percaya akan yang dikatakannya tadi.

Dia menarik nafas panjang, dan mengangkat kepalanya, menatap mataku.

Dan saat dia membuka mulut, ibunya memanggil.

Dream [BTS Jungkook FF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang