[WARNING]
CERITA INI MENGANDUNG KATA-KATA KASAR, PEMBACA DIHARAPKAN UNTUK MENYIKAPINYA DENGAN BIJAK..
Tok tok..
"Silahkan masuk," guru yang sedang mengajar itu pun membalas. Memperbolehkan orang itu untuk masuk ke dalam kelas walaupun belum melihat wajah si pengetuk pintu.
Pintu terbuka perlahan, lalu si pengetuk pintu masuk ke dalam kelas.
Membuat semua orang di dalamnya terbelalak dengan kehadirannya.
Jeon Jeongguk?! Orang yang tidak tampak satu minggu itu muncul?!
"Maaf mengganggu sebentar, ssaem. Saya hanya ingin memeriksa sesuatu," ucap Jeongguk.
"Aku izinkan,"
Jeongguk membungkuk sembilan puluh derajat, mengucapkan terima kasih. Lalu berjalan ke arah tempat duduk Hana, barisan paling belakang.
Apa-apaan ini?
Dimana mejanya?
Disini hanya ada tas dan kursinya, dimana mejanya?"Maaf, ssaem.. Dimana meja Hana?"
Guru itu tersenyum. Ya, semenjak Jeongguk masuk ke kelas, beliau memang tidak melanjutkan pengajarannya. Beliau memilih untuk memperhatikan Jeongguk.
Mari kita lihat, apa yang akan ia lakukan sekarang.. ucapnya dalam hati sambil tersenyum miring.
"Ah, jadi kau belum tahu?"
Guru itu berjalan mendekati Jeongguk.
Selangkah demi selangkah.
Dengan tongkat kayu kecil sepanjang 30cm ditangan kanannya, memukulnya perlahan ke telapak tangan kiri.
"Sebenarnya aku sangat malas menerangkan hal ini pada orang seperti dirimu, orang yang bahkan tidak sadar bahwa dia telah menghancurkan segalanya,"
"Tapi, karena aku sudah terlanjur memulai penerangan ini, maka akan kulanjutkan,"
Guru itu berjalan dengan kepala tertunduk, membuat senyuman sinisnya tidak terlihat.
"Kau perlu tau ini, Jeongguk. Kau pikir dengan adanya dirimu, Hana tidak akan mendapatkan hinaan?"
"Oh maaf, kau salah besar, nak!"
"Justru dengan keberadaan dirimu yang selalu berada di dekatnya, membuat kebencian yang ia dapat semakin besar,"
"Dan kini, Hana di teror oleh teman satu kelasnya. Kau tau itu karena apa?"
Guru itu sudah tepat di depan Jeongguk.
"Kau,"
Guru itu menunjuk Jeongguk dengan tongkat kecilnya. Sedangkan Jeongguk hanya terdiam.
"Itu karenamu, Jeongguk. Karena dirimu! Sadarlah!"
Dan guru itu mendorong pundak kanan Jeongguk secara kasar dengan tongkat kayu itu, lalu berbalik ke depan kelas.
"Ah, kau ingin tau seperti apa terornya?"
"Mereka menuliskan kata-kata ini di meja Hana dengan lipstik merah, cat merah, bahkan darah segar yang aku tidak tau mereka dapatkan darimana."
"Kembalikan Jeongguk ku, dimana Jeongguk ku, dasar perempuan tidak tahu diri, perempuan tidak tahu diuntung, dan lainnya."
"Dan kau tahu? Bully seperti ini tidak pernah terjadi kepada siapapun selain Hana,"
"Orang yang mem-bully itu beraksi diam-diam, seakan tidak terjadi apa-apa."
Hei, guru ini mengetahui aksi kita, bagaimana ini?!
Sudahlah, mungkin dia hanya menerka-nerka.
Terdengar beberapa orang berbicara sambil berbisik.
"Lalu mengapa engkau tidak melaporkan mereka, ssaem?" Jeongguk menundukkan kepalanya.
"Semua kejadian itu terjadi di luar sekolah, jadi aku tidak bisa berbuat apa-apa."
Huft, aku sedikit lega..
Ya, aku juga..
Murid itu tetap saja berbicara sambil berbisik.
Guru itu tersenyum.
Dasar murid yang bodoh, suara sebesar itu siapa yang tidak mendengarnya?
"Tapi aku mengabadikan momen itu, aku merekamnya. Jadi jika mereka berani bertindak seperti ini di sekolah, maka aku bisa dengan mudahnya menyebarluaskan rekaman itu."
A-apa?!
Reaksi Jeongguk dan seisi kelas itu sama, terkejut.
"Ssaem," ucap Jeongguk kemudian.
"Te-terima kasih sudah membantuku sejauh ini, a-aku benar-benar berterima kasih.."
"Ya, aku hanya bisa membantu sampai disini. Sisanya harus kau lakukan sendiri," ucap guru itu.
"Dan selanjutnya aku ingin bertanya dengan manusia tidak punya akal di kelas ini," Jeongguk berjalan ke depan kelas.
Dan tibalah dia di depan kelas itu, "Apa yang kalian inginkan?"
"Aku menjauh dari Hana?"
"Ah, itu saja tidak cukup, bukan?" Dia tersenyum.
"Kalian ingin aku membencinya?"
"Aku beri waktu sepuluh detik, dan jika kalian diam, maka memang itulah kemauan kalian."
"Sepuluh,"
"Sembilan.."
..
..
"Dua.."
"Hahaha, aku sudah tau ini akan terjadi."
Ia tersenyum lagi. Senyuman mirislah yang ia tunjukkan sedari tadi.
"Baik, akan kulakukan." ucap Jeongguk mantap.
"Jeongguk, jaga ucapanmu!" ujar guru itu.
"Tidak, ssaem. Aku akan melakukannya untuk Hana, apapun. Dan jika inilah yang mereka inginkan, maka akan kulakukan."
"Aku akan mengundurkan diri dari sekolah, dan menjauhi Hana. Terima kasih atas perlakuan kalian selama ini,"
Jeongguk membungkuk, lalu berjalan ke pintu keluar.
Hana-ya, mengapa semuanya menjadi seperti ini?!
♪••••••••••••♪•••••••••••♪••••••••••♪••••
Jangan lupa beritahu aku kalau ada typo atau kata yang kurang jelas, karena cerita ini masih banyak kekurangannya dan aku masih harus mengembangkan tulisan tidak jelas ini.
Sekali lagi, aku membutuhkan saran dan kritik kalian.
Vomment nya juga butuh, sih..
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream [BTS Jungkook FF]
FanfictionDream = Mimpi. Mimpi = ... mimpi /mim•pi/ n ¹sesuatu yang terlihat atau dialami dalam tidur ² ki angan-angan bermimpi /ber•mim•pi/ v ¹melihat (mengalami) sesuatu dalam mimpi ²berkhayal; berangan yang bukan-bukan memimpikan /me•mim•pi•kan/ v ¹bermimp...