Prolog

32.6K 228 16
                                    

Tika melangkahkan kakinya menelusuri koridor sekolah mencari keberadaan Anggi yang sudah lama Tika anggap sebagai teman baiknya namun dengan teganya memfitnah Tika pelacur di hadapan ayah Anggi.

"Gue mau ngomong sama elu!" Teriak Tika saat bertemu dengan Anggi yang sedang asyik mengobrol dengan beberapa teman sekelasnya.

"Bentar ya guys gue ngomong sama Tika dulu."

"Maksud elo apa?! Elo tega ya ngefitnah gue di depan bokap elo!" Amuk Tika penuh emosi.

"Sorry Tik, gue terpaksa ngelakuin itu biar gue bisa bebas dari segala tuduhan bokap gue." Ujar Anggi dengan raut wajah penuh penyesalan.

"Hebat ya elo Nggi ngejadiin gue korban biar elo bisa nyelametin diri elo dari tuduhan bokap elo! Otak lo dimana si?! Pake otak lo dulu sebelum ngelakuin sesuatu!" Ujar Tika lagi.

"Sorry Tik sorry banget." Sahut Anggi berusaha meminta maaf pada Tika.

"Percuma ya ngomong sama pelacur kaya elo! Nih gue balikin duit elo!" Sahut Tika sambil melempar uang milik Anggi lalu pergi meninggalkan Anggi.

Seluruh pandangan murid yang berada di koridor sekolah tertuju pada Tika yang namanya sedang merajalela sebagai seorang pelacur.

Tika dengan tampang cueknya tetap berjalan menelusuri koridor sekolah tanpa mau peduli dengan tatapan-tatapan tajam seluruh murid satu sekolahnya.

"Tik elo ditunggu di ruang kepala sekolah." ujar salah seorang murid ketika bertemu dengan Tika.

"Gue ditunggu? Elo serius?." tanya Tika tak percaya.

"Iya gue serius Tik. Tadi pak Ari guru BK elo nyuruh gue nyari elo dan nyampain pesen kalo elo ditunggu di ruang kepsek." jawab murid itu lagi.

"Oke thanks." sahut Tika sambil bergegas menuju ruang kepala sekolah.

Tika merasa cemas ketika akan melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruang kepala sekolahnya. Di lihatnya keadaan ruang kepala sekolahnya itu lewat kaca jendela, Tika terkejut setengah mati ketika melihat Ibu dan Ayahnya sudah ada di dalam ruang kepala sekolahnya.

'Gue tahu, ini Pasti ada urusannya sama ulah si Anggi. Sialan tuh anak!" gumam Tika sebelum akhirnya ia memutuskan untuk masuk ke dalam ruang kepala sekolahnya itu.

Bu Berta kepala sekolahnya tersenyum ke arah Tika saat melihat Tika yang baru saja melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangannya.

"Silahkan duduk Tika." ujar bu Berta.

Tika segera duduk di samping ibunya.

"Jadi begini bu, kami pihak sekolah terpaksa mengeluarkan Tika anak ibu dari sekolah ini." sahut bu Berta dengan penuh Wibawa.

"Dikeluarkan? Anak saya salah apa bu?" tanya ibu Tika heran.

"Saya tahu ini sungguh sangat mengecewakan bagi ibu, tapi salah seorang wali murid sekolah ini melapor pada saya jika Tika anak ibu adalah seorang pelacur di salah satu club malam." jelas bu Berta.

Ibu Tika sangat kaget mendengar kenyataan itu. Air mata mulai jatuh di pipinya ketika harus mendengar pernyataan yang di katakan bu Berta.

"Demi Tuhan bu, Tika bukan pelacur. Ibu harus percaya sama Tika." ujar Tika mencoba memberi penjelasan pada ibunya.

Ibunya hanya diam lalu pergi begitu saja meninggalkan ruang kepala sekolah. Tika segera berlari mengikuti kemana ibunya pergi.

Plakk!

Sebuah tamparan mendarat di pipi Tika. Tangan ibunya dengan tega menampar putrinya. Langsung saja seluruh murid mengalihkan perhatiannya pada Tika.

VirginiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang