Part 6

10.6K 74 2
                                    

Dessy melangkahkan kakinya menuju rumah kos bunda sendirian. Sudah pukul 2 pagi, jalanan sudah pasti sangat sepi. Hanya ada beberapa kendaraan yang berlalu lalang.

Bagi Dessy sudah sangat wajar jika banyak lelaki yang menggodanya karena alasan pakaian yang ia kenakan memang mengumbar auratnya. Namun Dessy tetap cuek saja dan terus berjalan.

Tiba-tiba perasaan Dessy benar-benar tidak enak. Ia merasa jika ada langkah kaki yang sedari tadi mengikuti langkah kakinya.

'Duh kok gue ngerasa kaya ada yang lagi ngikutin gue si? Gue harus cepet-cepet balik.' sahut Dessy sambil melihat sekeliling jalan yang sedang ia lewati.

Setelah memastikan jalanan benar-benar sepi dan tidak ada yang mengikutinya Dessy segera dengan cepat melangkahkan kakinya agar bisa secepat mungkin sampai ke rumah kosnya.

Tiba-tiba saja laki-laki berambut gondrong sedang berjalan menghampiri Dessy dan sontak saja Dessy kaget melihat sosok laki-laki yang sering sekali mengawasi dirinya.

Laki-laki itu menarik Dessy dan melingkarkan tangannya di leher Dessy.

"Tolong tolong!!!!" teriak Dessy mencoba meminta pertolongan.

"Diem anjing! Ngga usah teriak-teriak! Percuma ngga akan ada yang nolong pelacur kaya elo!" ujar pemuda itu sambil menampar pipi kanan Dessy.

"Lo itu siapa si? Lepasin Gue please!" mohon Dessy pada pemuda itu agar melepaskannya.

Namun pemuda itu bukannya melepaskan Dessy malah ia dengan teganya mendorong tubuh Dessy hingga jatuh ke aspal dan menindihinya lalu menampar dan menjambak rambut Dessy.

Dessy terus menangis kesakitan mendapat perlakuan sekejam ini dari pemuda yang sama sekali tidak ia kenali.

"Ngga usah pake nangis anjing! Dasar murahan! Pelacur kaya Elo itu ngga pantes idup anjing!" maki pemuda itu sambil terus menampar pipi Dessy.

"E.. Elo itu siapa si? Gue punya salah apa sama elo?" ucap Dessy sambil terus terisak kesakitan.

"Ngga usah banyak bacot anjing! Elo harus mati ditangan gue njing!"

Pemuda itu terus menyiksa Dessy. Dessy hanya bisa menangis menahan kesakitan.

Tiba-tiba Dessy mempunyai ide untuk memukul punggung pemuda itu dengan kayu yang ada di dekat tangannya. Ia segera mengambil kayu itu dan susah payah memukulkan kayu itu ke punggung pemuda itu hingga membuat pemuda itu kesakitan dan posisinya sudah tidak menindihi badan Dessy.

Dessy segera berlari menjauh dari pemuda itu sebelum akhirnya rasa sakit itu hilang dan pemuda itu makin nekat akan membunuh dirinya.

******

Tika sedang membantu Dessy membersihkan bekas luka akibat semalem ia disiksa oleh pemuda bajingan yang sampai saat ini belum Dessy temukan identitasnya.

Tika merasa iba melihat sahabatnya menahan sakit akibat luka-luka yang timbul karena pukulan-pukulan yang sangat keras.

"Dess kenapa si elo ngga mau lapor ke polisi aja?" tanya Tika saat sudah selesai membersihkan luka yang ada di tubuh Dessy.

"Kalo gue lapor ke polisi nanti malah urusannya tambah panjang Tik. Gue males sama yang namanya polisi." jawab Dessy.

"Tapi kan Dess, ngga nutup kemungkinan juga kan kalo dia bisa lebih parah lagi berbuat yang enggak-enggak ke elo. Mending elo lapor polisi aja deh Dess." ujar Tika memberi saran pada Dessy.

VirginiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang