Part 11

7K 60 1
                                    

Tika menatap pemandangan luar kamar kosnya melalui jendela yang ada di kamar kosnya.

Pikirannya melayang jauh memikirkan kabar adik perempuan satu-satunya yang ia miliki, ibunya dan juga ayahnya.

Tika bisa menebak dengan jelas kehidupan keluarga pasti serba kekurangan.

Sungguh dalam lubuk hatinya yang paling dalam ia merindukan keluarga kecilnya itu yang serba kekurangan.

Tika rindu pada kebiasaan Della adiknya yang selalu protes jika makanan yang ibunya siapkan hanya sebatas tempe goreng dengan kecap. Ia rindu melihat ibunya berkutat dengan mesin jahitnya hingga larut malam. Ia rindu melihat ayahnya merengek meminta segelas kopi hangat pada ibu di setiap paginya. Ia juga rindu melihat ayahnya diomelin ibu karena masa penganggurannya yang tak pernah usai. Sungguh ia rindu pada segala hal yang hanya bisa ia rasakan ketika berada di rumah itu.

Tika membuka salah satu laci lemari yang berada di kamarnya. Ia mengeluarkan sebuah frame foto. Di pandanginya foto yang berisi anggota keluarganya yang sedang tersenyum seakan mereka lupa jika mereka hidup dalam keadaan kekurangan.

'Della, ibu, ayah Tika kangen kalian. Tika pingin balik ke rumah.' batin Tika saat masih saja memandangi foto itu.

Air mata tanpa Tika sadari sudah membasahi kedua pipinya. Sungguh saat ini Tika sedang ingin berada dalam pelukan ibunya dan melihat Della adiknya bercerita sesuatu padanya.

Kring!

Suara telfon rumah terdengar hingga ke kamar Tika. Tika segera meninggalkan kamarnya dan bergegas mengangkat telfon itu.

"Hallo?" sapa Tika.

"Hallo ini ka Tika ya?" ujar seseorang disebrang telfon yang tak lain adalah Della adiknya.

"Della.. Della ngapain nelfon?" ujar Tika dengan nada lembut karena ia tahu betul jika adik semata wayangnya itu paling benci ketika dibentak.

"Della kangen kakak. Della pingin kakak pulang ke rumah. Della kangen ngejahilin kakak." sahut Della hingga membuat Tika benar-benar tak kuasa menahan air matanya agar tidak jatuh.

'Iya Dell, kakak juga kangen kamu, ibu sama ayah. Kakak kangen rumah. Kakak pingin balik ke rumah, tapi kakak ngga bisa Dell sampai kapan pun kakak ngga akan pernah bisa balik ke rumah itu.' batin Tika sambil menghapus air mata membasahi pipinya.

"Kak .. Kak Tika dengerkan yang Della omongin barusan. Kakak kapan balik ke rumah? Cepet balik ya ka, Della kangen kakak." sambung Della saat ia tak mendapat jawaban dari kakaknya.

"Iya sayang, kakak pasti bakal secepatnya balik kok. Kakak titip pesan ke kamu ya Dell, kakak minta kamu selalu ngejagain dan ngga akan pernah bikin mereka kecewa. Yaudah ya Dell,kakak banyak urusan." sahut Tika berbohong jika ia mengatakan ia akan balik dan segera memutuskan sambungan telfon dengan Della karena ia tak mau mendengarkan adiknya terus berbicara dan menyebabkan air matanya keluar begitu saja tanpa bisa ia bendung.

'Kakak juga kangen sama kamu Dell. Kakak pingin banget meluk kamu. Maafin kakak ya udah boong sama kamu.' batin Tika setelah memutuskan sambungan telfon dengan Della yang notabenenya adalah adiknya sendiri secara sepihak.

Tika memutuskan untuk kembali ke kamarnya dan memejamkan matanya.

******

Dessy kembali dikejutkan dengan kehadiran laki-laki berambut gondrong yang biasa menerornya bahkan laki-laki itu pernah mencoba membunuh dirinya.

Tebakan Dessy selama ini salah, ternyata laki-laki itu belum kapok untuk mengintai kehidupannya.

Jujur, sebagai seorang perempuan Dessy merasa takut ketika kehidupannya sedang diawasi oleh seseorang yang sama sekali tidak ia kenal. Sebagai seorang perempuan jelas Dessy ingin ada seseorang yang selalu menjaganya dari marabahaya apapun. Tapi lagi-lagi ia sadar, perempuan seperti dirinya tak akan pernah menemukan seseorang yang dengan tulus mencintainya.

VirginiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang