08:Bad Mood

25 7 1
                                    

Aku membuyarkan lamunanku. Pecahan kaca itu masih belum diperbaiki oleh Ayah. Aku akan menemuinya lagi. Aku keluar dari kamar dan menuju bawah. Rupanya Meghan dan kedua orang tuaku sedang berada di ruang keluarga. "Biarkan dia mengetahuinya..sstt. Orangnya datang". Samar samar aku mendengarnya.

Saat aku sampai, suasana menjadi hening. Oh!, c'mon guys!, sebenarnya ada apa ini?. Segitu bahayanya kah sampai aku tidak diberitahu?.

"Apa yang kalian bicarakan?. Apa maksud 'Biarkan dia mengetahuinya, sst orangnya datang!'?. Apa aku masih terlihat kecil di mata kalian yang tidak boleh ikut campur masalah di sini?. Apa enaknya merahasiakan dariku?, apa ada untungnya?. Aku tidak mengerti dengan kalian". Bentakku dan meninggalkan orang tuaku beserta Meghan.

Baru beberapa langkah, aku membalikkan badanku "Oiya, satu lagi!. Ayah, perbaiki jendela kamarku". Setelah itu aku berlalu sambil menghentak-hentakkan kaki menuju kamarku.

Aku sedikit berteriak di dalam kamarku. Aku menatap cermin di depanku. "Kau kuat Maggie!, kau kuat!. Kau harus mencari taunya sendiri!". Ujarku di depan cermin itu sambil mengarahkan tanganku ke cermin layaknya mengajak untuk bertarung. Aku mengambil nafas panjang dan menghembuskannya pelan. Saat aku berbalik badan, "Woah!, kalian membuatku terkejut!". Ayah dan Ibuku masuk ke dalam kamarku.

Mereka menuju sofa yang terletak di dekat cermin dan menjatuhkan bobot tubuhnya di atasnya. "Begini Maggie, aku tau kau marah". Tutur Ibuku. "Tidak, aku tidak marah". Jawabku masam. "Baiklah, aku tau kau benci, kesal karena masalah ini. Ingin sekali aku memberitaumu yang sebenarnya. Tapi hanya menunggu waktu yang tepat". Tuturnya tulus.

Sedangkan Ayahku, dia memasang kaca untuk jendelaku yang tadi ia tenteng kaca itu di tangannya. Aku memandang Ayahku dan menghiraukan Ibuku. "Tunggulah 'waktu itu' Maggie. Kau juga akan tau semuanya". Kata Ibuku sambil beranjak dan keluar dari kamarku, tapi sebelumnya dia membelai rambutku lembut.

Saat Ibuku keluar dari kamarku, Ayahku juga keluar karena dia sudah selesai dengan pekerjaannya itu. Aku merbahkan badanku di atas tempat tidur dan taklama kemudian titik hitam mengumpul dan akhirnya terlelap.

WASSERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang