"RAFA?!" Seorang wanita berteriak histeris ketika mendapati Rafa basah kuyup setelah ia membuka pintu rumah.
"Assalamualaikum! Rafa pulang!" Rafa merentangkan tangannya menyambut wanita yang cantik itu.
"Walaikumsalam, Nak. Ingat rumah juga ya kamu." Sang ibu tersenyum lembut. Dia merindukan anaknya yang lama tidak bersua.
"Papa ada, Ma? Rafa diomelin gak ya kalau pulang?" tanya Rafa setelah salim ke ibunya.
"Masa iya pulang ke rumah diomelin. Biar Mama yang bela. Kamu cepet mandi gih, nanti demam." Dia menyadari anaknya habis mandi hujan.
"Oh iya, kenalin, Ma. Ini namanya Ucica." Rafa menarik tangan Dru. Daritadi Dru hanya bersembunyi dibalik punggung Rafa. Dru takut kalau orangtuanyan Rafa galak.
"Ehh... Anak gadis siapa yang kamu bawa?" Ibunya ikut memegang tangan Dru. Aliran hangat mengalir ke dada gadis itu. Dru mendongak, dan pemandangan yang meneduhkan menyambutnya, senyum ibunya Rafa. "Hai, Ucica. Saya ibunya Rafa, panggil aja Tante Dera."
"Ta--tante Dera... Saya Dru Padi, Tante." Dru menatap wajah Dera yang begitu ramah. Pikiran negatif tentang orangtua Rafa yang galak, sirna sudah. Nyatanya, ibunya begitu lembut dan baik.
"Namanya Dru Padi! Bukan Ucica!" Dera menjitak kepala Rafa.
"Aku manggilnya Ucica. Dia mau neduh, Ma. Dia kedinginan, aku takut dia sakit." Rafa berjalan santai ke kamarnya. Meninggalkan Dru dan Dera berdua di ruang tamu.
Mengerti maksud Rafa, Dera merangkul Dru yang basah. "Tante anterin ke kamar kamu yah."
Masih dengan kondisi bingung, Dru hanya pasrah digiring Dera menuju sebuah kamar yang berada di pojok ruangan. Melihat rumah Rafa yang besar, Dru tahu kalau Rafa berasal dari kalangan orang berada. Yah, dilihat dari tampang juga sudah ketahuan sih.
Dera membukakan pintu, sebuah ruangan beraromakan buah stroberi menyambutnya.
"Ini kamar tamu. Awalnya, ini kamar menantu saya, kalau cucu saya kemari juga mereka pasti nginap di sini. Tapi, sudah jarang. Kamu boleh menempatinya, jangan sungkan ya, cantik." Dera membelai rambut Dru.
Mendengar perkataan ibunya Rafa, rasanya tak pantas jika ternyata dia seorang nenek.
"Makasih, Tante. Baju saya gimana, Tan?" tanya Dru bingung.
"Saya ambilkan baju saya sewaktu muda yah. Badan saya dulu juga sekamu loh. Oh ya, di situ kamar mandi, ada air panasnya. Ada handuk juga." Dera menunjukkan letak-letak benda yang penting untuk Dru saat ini.
"Makasih banyak, Tante." Dru membungkukkan badannya.
"Sama-sama, sayang."
Beberapa menit kemudian, Dru sudah berada di kamar mandi. Mematut diri di depan cermin, tersenyum pada pantulan dirinya.
"Tante Dera cantik ya, baik lagi. Keibuan. Figur mama idaman." Untuk kali ini, Dru harus berterimakasih kepada Rafa karena telah mempertemukannya dengan Tante Dera, ibu kandung Rafa.
***
Di kamarnya, Rafa sedang menyisir rambutnya yang basah. Seragam basah tadi berganti jadi kaus oblong hitam dan celana selutut.
Dia mendengar suara motor yang tidak asing, ketika di lihat lewat jendela kamar, Rasya sudah pulang di tengah gerimis.
Rafa keluar kamar, turun tangga menyambut kedatangan Rasya--ini ada maksud tertentu.
Dan setelah Rasya membuka pintu, seorang yang mirip dirinya sudah menunggu. Namun tampaknya Rasya tidak terkejut. Bagi Rasya, Rafa bisa pulang kapan saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Return Fall [1] : R and D
Roman pour AdolescentsBertemu Dru merupakan takdir yang tidak pernah disangka-sangka oleh Rafa. Bermula dari hukuman Papa yang mengusir Rafa dari rumah, menjadi jalan awal bagi Rafa mengenal Dru. Melalui tingkah konyolnya, Rafa berusaha menggenggam hati Dru. Sayangnya, Z...