Pedalaman Jawa Timur Bagian Selatan
2026
Ada sebuah kisah, di mana sekelompok konvoi kendaraan nampak merayap memasuki pedalaman hutan. Sebuah mobil jip nampak terseok-seok di antara iring-iringan mobil tersebut, serta hari mulai gelap. Makian dari pengemudi mobil melengkapi nasib sial para penumpang mobil jip tersebut.
"Sial! Kenapa mobil ini selalu mogok tidak pada waktunya!" maki sang pria berjenggot tebal yang sering dipanggil komandan oleh beberapa orang lainnya.
"Sori, ndan! Sepertinya mesin ini sudah harus diganti?" celetuk salah satu anak buah sang pria itu.
"Diganti, ndiasmu! Ada apa dengan negeri ini? Apa mereka tak bisa membuat sendiri mesin mobil? Paling-paling hanya berhenti di tahap ujicoba. Lama-lama aku benci juga negara ini!" sang komandan menggerutu. Satu lusin orang-orang misterius itu makin menjelajahi pedalaman hutan dan mereka belum menemui satu pun pemukiman. Mereka berusaha untuk tidak mengeluarkan beberapa barang yang dianggap mencurigakan.
Senja jingga mulai nampak dari balik kanopi hutan. Setelah sekian lama berjalan, ke-dua belas orang tersebut akhirnya sampai di tepi sungai. Komandan kelompok mereka menemukan seseorang yang sedang memanggul cangkul dan menenteng sebuah ember, nampak berjalan menyusuri sungai.
"Lihat! Ada orang menyeberang sungai!" sang komandan menunjuk orang yang dimaksud. Ia sedang memerintahkan anak buahnya untuk menanyakan apakah di dekat daerah itu ada pemukiman. Satu orang laki-laki yang agak pendek berbegas mendekati sang pelintas sungai. Orang yang dipanggil sedikit terheran-heran dengan kehadiran sekelompok orang dari kejauhan, menghentikan langkahnya untuk segera sampai di rumah.
Dua belas orang misterius tersebut beruntung, ternyata laki-laki tadi adalah salah satu warga dari sebuah kampung yang tidak jauh dari tempat mereka kini tersesat. Sang komandan menyuruh beberapa anak buah mereka, agar segera membereskan masalah yang terjadi pada salah satu mobil jip mereka.
"Kita harus memeriksa beberapa komponen pada jip ini begitu sampai di kampung, komandan. Aku harap mereka memiliki beberapa perlengkapan untuk membedah mesin mobil bobrok ini!" gerutu salah satu anak buah komandan.
"Aku harap begitu, anak muda. Kau yang paling mengerti soal mesin mobil di sini," tukas sang komandan.
"Akan saya tunjukkan jalan menuju desa, Pak," ujar sang lelaki desa.
"Berapa jauh jaraknya?" tanya sang komandan.
"Sekitar satu kilometer lagi ke arah tenggara ...," lanjut sang lelaki desa. Iring-iringan mobil jip itu pun kembali bergerak. Konsekuensi yang harus mereka terima, mereka harus jalan kaki sejauh satu kilometer. Mobil jip yang mogok ditarik oleh mobil jip yang lainnya, itu berarti setengah lusin orang harus rela berjalan satu kilometer di medan yang cukup melelahkan.
Barisan pepohonan yang cukup rindang sepertinya tak mengindikasikan kalau di dekat tempat mereka berjalan, ada sebuah pemukiman. Banyak mitos yang beredar kalau daerah-daerah hutan seperti ini sering ditemui portal menuju 'dunia lain', sebuah desa misterius yang muncul tiba-tiba di dalam hutan. Cerita-cerita legenda masyarakat setempat yang menyebut adanya 'desa astral', kampung hantu, atau kota jin sudah beredar di kalangan dua belas orang tersebut.
Well, setidaknya kedua belas orang tersebut membawa peralatan yang cukup memadai. Set perlengkapan untuk berkemah, logistik makanan dan yang tidak kalah pentingnya adalah senjata. Sekotak senapan dan senjata semi otomatis tersimpan di mobil. Sang lelaki desa nampak sedikit curiga dengan barang-barang yang dibawa oleh orang-orang misterius itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
CIVITAS : ALEGORI SIMULACRA
Mystery / Thriller[PG 18+] [SEKUEL KETIGA DARI SERI CIVITAS] Terjebak dalam intrik dua kelompok persaudaraan kuno. Hari-hari mendadak dipenuhi pengkhianatan, ketamakan akan kekuasaan, serta kehancuran sebuah kelompok, memaksa Rimba Eka Putra terus dihadapkan pada...