Banyak hal yang terjadi dalam dua puluh empat jam ini. Satu ibu kota negara lumpuh, enam orang teman kami mati, Rusya—perempuan yang selama ini terobsesi denganku, yang kini telah menjadi istriku—berkhianat dan bergabung dengan Charles Marute, pemimpin Anak Kuasa, sesudah kematian Harman Sastranagara.
Setelah mengumpulkan berbagai informasi dari intel SA, diketahui bahwa Charles Marute adalah orang di balik kematian Harman Sastranagara lima tahun lalu. Dia adalah salah satu dari anak emas persaudaraan Anak Kuasa yang selalu diandalkan. Bila Kesatria Masa memiiki keluarga Germain sebagai ujung tombak yang ditakuti, Anak Kuasa memiliki seseorang yang cukup sepadan berhadapan dengan mereka.
Charles Marute. Bocah lugu, penakut, dan linglung itu adalah seorang bedebah paling menyebalkan yang pernah kutemui. Vido, Tiara, Willi, Marrisa, Ammar, dan Hafizh telah mati di tangannya. Ah, tidak, ia tidak akan mengotori tangan liciknya semudah itu. Ia lebih menyerahkan kematian kami kepada orang di bawahnya. Ia ingin terlihat bersih sebagai seorang Grand Master—begitulah sebutan untuk ketua tertinggi persaudaraan.
Tidak mengherankan ketika Charles Marute, menyingkirkan Harman Sastranagara, karena posisi orangtua itu sudah dianggap rentan menyebabkan kehancuran sekali lagi bagi Anak Kuasa. Apa lagi, Harman terlalu lambat dalam bergerak dan mulai mengabaikan pola-pola serangan yang agresif, pascakejatuhannya lima tahun lalu. Kejatuhan ketika Thomas Germain, berhasil mengobrak-abrik keadaan dengan tangannya sendiri. Ketika persaudaraan tidak ada minat, Charles pun menusuk dari belakang, lalu menduduki tahta tertinggi persaudaraan dengan mudahnya.
Yang perlu dikhawatirkan sekarang adalah Miriam Rosemary. Kita sudah siap dengan segala kemungkinan yang terjadi, tetapi semua orang tidak ingin terjadi pertumpahan darah dengan sia-sia seperti sebelumnya. Yang paling resah kini adalah dua orang yang terseret hidupnya dalam keadaan semacam ini. Aku dan Arjuna.
Titik tekan setiap orang berbeda-beda. Tekanan yang dihadapi Arjuna bukanlah sembarang tekanan. Ia turut menyumbangkan sentimen kepada orang-orang yang kini menjadi target incaran Charles dan Anak Kuasa. Miriam adalah istrinya, dia juga memiliki seorang anak. Program perlindungan SA tidak akan cukup kuat untuk membendung serangan Charles yang sporadis. Anak Kuasa ada di mana-mana. Menyelinap dari balik bayang-bayang tembok rumah. Siapa saja bisa jadi salah satu di antara mereka, sama seperti Shadow Anonymous.
Langit malam Bandara Halim Perdanakusumah tampak cerah, walaupun beberapa asap sisa kerusuhan Jakarta masih belum surut.
"Wuah ... luar biasa ... bahkan aku tidak tahu kalau istriku sendiri adalah pemegang kunci, setelah lima tahun bersama. Penyamaran yang sangat luar biasa. Mungkin ini yang kaurasakan ketika mengetahui siapa Rusya sebenarnya?" tanya Arjuna. Aku hanya mengangguk diam.
"Hah ... hidup ini penuh kejutan yang indah sekali. Aku berharap kejutan ini tidak membunuhku," cerocos Arjuna, berbicara keluar jalur. Tidak biasanya ia berbicara keluar dari topik semacam ini. Aku tahu, ia memiliki bakat melawak—walaupun masih kalah dengan septian—yang tidak bisa dianggap sebelah mata, tetapi kali ini, ia seperti memiliki suatu hal lain di luar pikirannya.
"Apa tindakanmu selanjutnya?" tanyaku akhirnya mencoba untuk menimpali pembicaraannya.
"Tindakan? Apa maksudmu tentang tindakan ini?" tanya Arjuna balik.
"Kautahu. Kau telah memiliki kehidupan sendiri dengan seseorang. Terlebih lagi, ini perempuan. Kau masih tenang-tenang saja menghadapi semua ini?" ujarku heran. Arjuna malah menanggapi dengan tawa.
"Tidak, jangan terlalu serius dalam menghadapi mereka. Orang-orang yang terlalu fokus pada satu titik, menghiraukan titik yang lain, saat itu lah kelengahan seseorang terlihat. Jangan terlalu menampakkan sesuatu yang terlalu terlihat," tanggap Arjuna. Namun, sepertinya ia mulai menampakkan raut kecemasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
CIVITAS : ALEGORI SIMULACRA
Mystery / Thriller[PG 18+] [SEKUEL KETIGA DARI SERI CIVITAS] Terjebak dalam intrik dua kelompok persaudaraan kuno. Hari-hari mendadak dipenuhi pengkhianatan, ketamakan akan kekuasaan, serta kehancuran sebuah kelompok, memaksa Rimba Eka Putra terus dihadapkan pada...