"A-apa ini? Kaupunya ini?" gagapku.
"Video yang kautemukan di Arsip Nasional, sebenarnya ada dua. Itu yang kedua. Aku sengaja memisahkannya, untuk melenyapkan bukti ...," ujar Rusya tenang. Aku kembali terkejut.
Dua video. Ada dua video di dalam SD Card itu!
"Jadi ... ada dua video!?" tanyaku memastikan.
"Oh, yang kalian ketahui hanya satu, tetapi aku sengaja menyembunyikan yang kedua. Thomas Germain terlihat berbeda di video ini, simak baik-baik. Kau disebut-sebut di sini. Aku juga terkejut, ketika ia telah menyiapkan rencana dengan sungguh matang," Rusya mendekat selangkah, memperlihatkan video itu kepadaku.
"Bagaimana bisa ada di kau!?" tanyaku geram.
"Oh ... tentu saja aku tahu!" ucap Rusya dengan sombongnya. Video itu diputar. Di sana terdapat Thomas Germain yang sedang duduk di kursi dengan latar yang cukup gelap, seperti video yang pertama. Namun, kali ini ekspresinya tampak berubah.
"Siapa pun, dengarkan aku baik-baik. Ketika nyawa kalian di ujung tanduk, kalian akan menyadari, kalau kalian sudah ditipu mentah-mentah!" ujar Thomas dari video tersebut. Wajahnya terlihat lebih serius dan lebih cemas daripada yang ada di video pertama. Satu hal yang dapat kuasumsikan adalah, Rusya mencuri video yang kedua untuk menyembunyikan sesuatu yang menyangkut dirinya.
*****
Beginilah isi dari video itu. Aku merangkum kata-kata dari seorang Thomas Germain.
Siapa pun yang percaya dengan omongan seorang yang bernama Rusya Annastasya, dia telah tertipu mentah-mentah. Aku bahkan telah tertipu mentah-mentah. Mungkin seluruh orang yang pernah berinteraksi dengannya telah ditipu mentah-mentah. Kaupikir ini adalah sesuatu yang terlihat nyata? Jangan bodoh! Itu hanya lelucon. Sayangnya, aku baru menyadari hal ini ketika semuanya sudah terlambat. Begitu aku tahu semuanya, aku tertawa hampir semalaman seperti orang yang gila!
Mari kita bicarakan ini dari awal. Kedua orangtuaku mati secara misterius dalam waktu yang hampir bersamaan. Aku memutuskan untuk tinggal di Hereford, ketika Marwan Zubaeydi memintaku untuk ke Indonesia. Pada waktu itu, Marwan menceritakanku mengenai kisah lama Kesatria Masa dan Anak Kuasa. Orangtuaku terlibat dalam hal ini. Tentu saja aku ikut, membalas dendam kepada orang-orang yang telah membunuh orangtuaku. Aku diperkenalkan tentang cerita, sejarah, dan seluk beluk hal mengenai dua pertempuran kuno sejak jaman Kerajaan Kediri itu.
Kami bertempur habis-habisan, membasmi Anak Kuasa, hingga ke akar-akarnya. Namun, kami sadar, kalau Kesatria Masa juga telah dalam batasannya. Hingga pada suatu hari, aku ditempatkan di salah satu sekolah, sebagai tempat persembunyian. Apa yang aku kerjakan di situ? Mengaji Serat Terakhir Jayabaya. Sekilas, cerita tersebut adalah guyonan belaka, bahkan mengenai kutukan yang disematkan jika menyatukan seluruh bagian serat. Namun, seperti yang kukatakan. Sekilas, cerita tersebut adalah guyonan belaka. Memang benar. Setelah hampir lima tahun aku meneliti mengenai itu, aku baru menyadari, betapa mengerikannya sebuah organisasi rahasia yang bergerak di balik bayang-bayang.
Tidak pernah ada yang namanya Kesatria Masa dan Anak Kuasa. Semua itu adalah cerita dongeng yang tersusun rapi dan indah, dipadukan dengan klenik yang luar biasa tinggi, serta kepercayaan orang-orang yang begitu tinggi terhadap sejarah kuno. Semua itu terungkap setelah aku mencoba membawa Serat Terakhir Jayabaya untuk diperiksa di Paris, Perancis.
Empat belas pakar dokumen kuno dari Eropa mengatakan hal yang membuatku terkejut. Serat Terakhir Jayabaya itu ditulis pada tahun 1973, berdasarkan penelitian dari umur kertas dan umur tinta yang digunakan, tes ultraviolet, dan tes perbandingan dengan catatan kuno, yang bahkan umurnya jauh lebih muda dari Kitab Babad Tanah Jawi. Aku berusaha mencari ada apa di balik semua itu. Hingga pada akhirnya, aku mengetahui apa yang terjadi sebenarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CIVITAS : ALEGORI SIMULACRA
Misterio / Suspenso[PG 18+] [SEKUEL KETIGA DARI SERI CIVITAS] Terjebak dalam intrik dua kelompok persaudaraan kuno. Hari-hari mendadak dipenuhi pengkhianatan, ketamakan akan kekuasaan, serta kehancuran sebuah kelompok, memaksa Rimba Eka Putra terus dihadapkan pada...