Biar kuceritakan sedikit atas kekacauan yang sedang terjadi. Tim Guntur dan Tim-ku bertahan di sekitar pos jaga dan di antara beberapa rumah. Butuh waktu sekitar 10 menit untuk menahan para tentara bayaran sialan itu. Tim Guntur tidak banyak, hanya 8 orang, dua telah tewas setelah mereka digerebek duluan. Penjaga kampung—begitu kami menyebutnya—yang berjaga di daerah utara langsung merespon dan mengangkat senjata mereka. Namun, beberapa orang kewalahan, karena persenjataan dari tentara bayaran itu tidak bisa dianggap remeh.
Aku dan beberapa keamanan kampung turut membantu. Kami membagi menjadi dua kelompok untuk mempertahankan sisi timur dan sisi barat pos. Cecunguk-cecunguk itu menyerang dari dua arah. Beberapa orang mencoba mendekat dengan memutari rumah di dekat pos barat, yang syukurnya, berhasil diantisipasi oleh Rusya dari kamar atas rumah kepala desa—pusat komando kami—,menembaki para 'pembokong' itu dengan Intervention M-200-nya. Jarak dengan pusat kurang lebih delapan ratus meter.
Aku bukan penembak yang baik, juga lebih sering menyergap para cecunguk itu dari balik tembok. Entah berapa orang yang telah kubunuh dengan sebilah golok. Tiga orang mungkin? Dua orang mencoba menembakku, tetapi mereka ditembak duluan oleh Rusya. Beberapa orang memberondong kami dengan tembakan. Kunyalakan bom asap, lalu mulai mengitari, membidik, dan menembaki mereka dari samping.
Tim Guntur dan beberapa orang keamanan kampung menghadapi musuh di sebelah barat laut. Mereka jauh lebih mudah memukul mundur, karena tim musuh membagi kelompok lagi untuk mencoba menyerang dari sisi kampung sebelah barat. Sementara itu, baku tembak tidak terhindarkan ketika beberapa kelompok mencoba menyusup dari arah barat, melalui kebun bertingkat dan balai kesehatan. Aku bisa pastikan makian yang terdengar nyaring itu dari Septian. Terjadi ledakan, yang berasal dari arah kebun bertingkat.
Vido dan Tiara sukses menyelamatkan penduduk nonkombatan untuk keluar dari kampung, menuju barak evakuasi di dekat generator listrik sebelah selatan kampung. Arjuna sudah bersiap dengan tim pemburu, sukses menyerang para cecunguk dari belakang. Kebanyakan dari mereka memakai senjata panah atau crossbow untuk menyergap mereka. Arjuna memasang jebakan jerat atau spring-trap untuk orang-orang yang kabur ke hutan. Sisanya, disergap dari atas pohon.
Total waktu yang diperlukan untuk menangani serangan, tiga puluh menit.
*****
Kami pastikan tidak ada yang kabur setelah penyerangan yang melelahkan. Langit subuh mulai terlihat, ayam-ayam yang panik berkokok lebih pagi daripada biasanya. Beberapa mayat, baik dari para tentara bayaran yang menyerbu kampung atau keamanan kampung yang tewas dalam penyerbuan. Empat belas orang-kami menjadi korban. Tidak ada yang patut dirayakan. Beberapa keluarga yang ditinggalkan oleh mereka yang mati sangat sedih hari itu.
Guntur menjelaskan maksud kedatangannya. Ia adalah utusan dari pemerintahan baru, yang kini bekerja sama dengan UFCA. Tujuan mereka hanya satu, mencari kami, lalu mengakhiri konflik dingin yang timbul antara kami dan pemerintah. Di sisi lain, Guntur mulai mencurigai bahwa, pascarevolusi yang telah berlangsung lima tahun lalu memunculkan beberapa fraksi. Ada fraksi yang menginginkan pemerintahan baru dan ada pula fraksi yang menginginkan untuk mengembalikannya pemerintahan lama seperti sedia kala.
Tahun Kelabu merupakan aib terbesar pemerintahan Indonesia, pascatragedi 1998. Pihak ASEAN dan DK PBB hampir ikut turun tangan, jika UFCA dan pemerintah tidak tanggap untuk melaksanakan referendum. Meskipun begitu, kedua fraksi masih memanas hingga saat ini. Teror politik dan permainan mafia kekuasaan, menjadikan masyarakat berada tepat di tengah-tengah pertempuran. Terombang-ambing menjadi korban tidak bersalah.
Hal lainnya adalah mengenai Vido dan 'ponsel saktinya'. Kemungkinan banyak yang akan mengincar alat tersebut dan Vido dalam bahaya. Asumsi bahwa bila dua kali penyerangan ke kampung ini, ditujukan untuk mencari perangkat tersebut, maka sudah pasti ada pihak-pihak ketiga yang memanfaatkan ketegangan internal pemerintahan. Lebih buruk lagi, jika pihak asing yang ikut mengendus keberadaan ponsel ini. Kemungkinan terjadi perang dunia tidak terelakkan, bila alat yang dimiliki Vido kali ini, adalah kartu AS dalam memainkan peranan kekuasaan dunia. Mungkin ini terlihat berlebihan, tetapi akan sangat cepat dampaknya bila itu jatuh ke tangan yang tidak diharapkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
CIVITAS : ALEGORI SIMULACRA
Mystery / Thriller[PG 18+] [SEKUEL KETIGA DARI SERI CIVITAS] Terjebak dalam intrik dua kelompok persaudaraan kuno. Hari-hari mendadak dipenuhi pengkhianatan, ketamakan akan kekuasaan, serta kehancuran sebuah kelompok, memaksa Rimba Eka Putra terus dihadapkan pada...