5. Terpojok

444 36 1
                                    

Joy menurut saja saat tanganya di tarik tapi pandanganya masih lekat menatap baekhyun. Saat sudah dudukpun dia masih melototi baekhyun. "Gemanhae" kata itu membuat joy tersadar siapa yang menariknya barusan.

Dyo : "gemanhae" (sekali lagi dyo berkata kepada joy dari tempat duduknya berusaha menenangkan joy)
Joy :" mianhae, tapi dia sangat menyebalkan"
Dyo: "arayo, bahkan dia lebih menyebalkan dari yang kau tahu"

Joy menatap dyo agar pandanganya tak melayang lagi ke arah baekhyun. Tatapan dyo membuat joy merasa aman karena dia tak sendiri. Dia tahu hanya dyo lah yang mengerti dirinya. Dan itulah yang membutnya semakin merasa bersalah kepada dyo.

***
Tak ada yang keluar kelas walaupun sudah jam istirahat , namun jiyeon memilih meninggalkan kursinya dan membiarkan bukunya tergeletak di atas meja. Dia tidak tahan lagi dengan pandangan semua orang yang ada di sekitarnya. Semua tahu kecuali dirinya dari mana sumber permasalahan ini berasal. Kadang sifat cueknya sangat membantu dirinya terhindar dari masalah orang lain tapi tidak untuk masalahnya sendiri. Mungkin menurut dia ini bukanlah masalah yang perlu di besar-besarkan,lagi pula jiyeon tak mau berurusan dengan baekhyun. Mungkin kalau saja orang itu bukan baekhyun dia akan melawan. Namun ini baekhyun sang penguasa sekolah. Orang tuanya tak lain adalah pak lee pemilik sekolah ini. Jadi siapapun yang punya masalah dengan dia, dia akan tetap menang. Walaupun dia salah sekalipun. Jelas orang tuanya akan membelanya dan menutupi semua kesalahan anak kesayangan mereka.

Jiyeon terus melangkah entah kemana tujuanya.Tanpa sadar dia berada di depan ruang kesehatan sekolah, tanpa pikir panjang dia masuk ke dalamnya. Dia akan mencoba menenangkan pikiranya dan mengobati luka kecil yang ada di bibirnya. Ternyata tanpa jiyeon sadari joy sedari tadi mengikutinya, dia menutup pintu ruangan itu.

"blam" Jiyeon kaget dan memutar badanya hingga dia benar- benar melihat siapa orang yang menutup pintu barusan.

Jiyeo :" kau? Sedang apa kau!"
Joy :" kita perlu bicara!"
Jiyeon:" tak ada lagi yang perlu kita bicarakan!"
Joy :"jiyeon! Kau sadar tidak sih! Semua orang sekarang sedang membicarakan mu!"
Jiyeon :"aku tidak peduli!"
Joy :" tapi aku peduli, karena aku tahu kau tidaklah salah!"
Jiyeon :" urus saja urusan mu sendiri dan aku akan mengurus urusanku."
Joy :" tapi sekarang urusanmu itu juga urusan ku karena aku juga ada di dalamnya."
Jiyeon :"mengenai kesalah pahaman ini, aku akan menjelaskan semuanya pada kai ! Jadi kau tak perlu repot-repot berurusan dengan baekhyun."

Jiyeon mulai khawatir, dia tidak ingin ada orang lain selain dirinya yang terlibat dengan baekhyun hanya karena masalah sepele ini.

Joy :" lalu bagamana denganmu! Apa kau akan terima sebagai bahan bullyan baekhyun dan teman-temanya? Aaaah ani mungkin juga semua orang yang ada di kelas itu."
Jiyeon :"sudah ku bilang aku akan mengurusnya sendiri !"

Jiyeon menyingkirkan joy yang sedari tadi berdiri di depan pintu, dan dia pun berhasil meloloskan diri dari joy. Dia melupakan lukanya, karena sekarang urusanya dia dengan kai jauh lebih penting ketimbang luka kecilnya itu. Dia berjalan menuju kantin yang kini hampir penuh dengan siswa , dia mengedarkan pandangan mencari kai. Namun orang yang di carinya tidak ada di sana.

jiyeon kebingungan saat hampir semua orang yang ada di kantin tersebut berlari menuju ke lapangan dimana para siswa melakukan aktifitasnya saat pelajaran olahraga. Tapi ini masih jam istirahat, dan tidak ada pertandingan apapun saat ini. Jiyeon penasaran lalu membuntuti mereka. Saat dia tiba di pinggir lapangan, dia menatap tak percaya saat kai dan baekhyun sedang beradu tinju. Keduanya sama-sama sudah memiliki luka. Itu menandakan mereka sama-sama kuat. Tak ada yang berani melerai mereka , Bahkan chanyeol dan dyo pun terluka tapi tidak separah kai dan baekhyun . Sampai salah seorang guru datang melerainya. Guru itu petugas kedisiplinan pak joon namanya.

Kai dan baekhyun pun di seret ke ruang kedisiplinan oleh pak joon. Sedangkan chanyeol dan dyo tetap tinggal, mungkin karena mereka tidak terlihat sedang berkelahi, jadi mereka di abaikan pak joon. Jiyeon membuntuti mereka dari belakang. Dia berhasil mengikuti mereka tanpa di ketahui yang lain. Jiyeon menguping pembicaraan mereka tapi tak terdengar jelas dari luar. Tapi dia tetap berusaha mendekatkan telinganya di pintu kedisiplinan itu.

-di dalam ruang kedisiplinan-

Guru: " baekhyun ! Kali ini apa lagi yang kau ributkan."
Baekhyun :(menyeringgai)"bapak tanyakan saja sama dia, dia yang memukulku duluan"
Guru :" kai, bisa jelaskan apa alasanmu!"
Kai :"tidak ada pak, aku hanya ingin memukulnya saja"
Guru :" pasti ada alasanya, karena bapak tahu betul kau bukanlah anak yang bermasalah.Apalagi kedua teman mu tadi terluka. Kenapa? dia mengancamu? (Menunjuk baekhyun) Kau tak perlu takut,bapak ada di pihakmu."
Baekhyun :" wuaaah! Kau dengar kai ?dia membelamu. Jadi katakan saja yang sebenarnya!. "

Namun kai tak angkat bicara.

"Aaahh apa mungkin kau marah aku berbuat kasar pada jiyeon?" Sambung baekhyun

Pak joon dan kai menatap tak percaya pada baekhyun. Dia benar-benar tidak waras. Bagaimana bisa dia mengakui perbuatanya Sendiri tanpa rasa takut sedikitpun.

Guru :" baekhyun! Aku akan melaporkanmu ke kepala sekolah nanti , kelakuan sungguh sudah tidak bisa di tolerir lagi".
Baekhyun :" laporkan saja pak ! Tapi aku sarankan bapak punya bukti yang kuat dulu sebelum bapak melapor."

Benar yang di katakan baekhyun benar pak joon harus punya bukti yang kuat. Tapi sayangnya pak joon tidak punya. Membawa jiyeon saja ke ruang kepala sekolah tak cukup untuk dapat menghukum baekhyun, yang ada jiyeon yang akan mendapat hukuman.

"Baiklah aku akan keluar sekarang, urusan ku disini sudah selesai bukan." baekhyun berdiri lalu membungkuk memberi hormat.

"Saya permisi " sambung baekhyun lantas dia pergi begitu saja.

Dari luar jiyeon mendengar suara kursi terseret, itu menandakan salah satu dari mereka akan segera keluar dan pembicaraan mereka telah usai. Dia cepat-cepat menyingkir sebelum dia ketahuan.

Baekhyun keluar dia tersenyum puas walaupun wajahnya babak belur.
Jiyeon benar-benar tak percaya, pak joon saja tak sanggup melawan anak itu. Dan yang tak habis pikir apa benar kai repot-repot memukul baekhyun hanya karena dirinya?. Sepertinya bukan,karena jiyeon melihat sendiri dyo dan chanyeol terluka juga.

Jiyeon tak menguping lagi saat pak joon dan kai masih di dalam sedang membicarakan sesuatu. Dia harus cepat kembali ke kelasnya karena jam istirahat akan segera usai sebentar lagi. Dia terus melangkah walaupun pikiranya terus memperdebatkan kejadian tadi.

"Jiyeon!" suara panggilan itu menghentikan langkah jiyeon. Soyeon dan boram teman sekelasnya menghampirinya. "Tarawa!" Pinta boram.
Mereka menarik paksa tangan jiyeon ke toilet wanita di mana tempat itu sudah sepi.

" Wae!" teriak jiyeon sambil melepaskan kedua tanganya.
Boram :"sebenarnya apa hubunganmu dengan kai! Hah?, sampai dia mau berurusan dengan baekhyun"
Jiyeon :"eobseo!"
Soyeon :" bohong!, aku mendengar namamu di sebut saat kai memukul baekhyun tadi"

"Jadi itu benar?" Kata jiyeon dalam hati

Boram:" lihat saja! Kalau samapai kai keluar dari sekolah ini! Kau juga akan ku buat keluar dari sini dengan paksa."

Boram dan soyeon pun keluar setelah mengancam jiyeon.

"Bagus sekarang tambah lagi orang yang mengancamku setelah baekhyun"jiyeon membatin.

Jiyeon masih tinggal di toilet dia mencerna apa yang barusan mereka katakan. Jika kai keluar dia juga akan di paksa keluar. "Tidak ini tidak akan terjadi, lebih baik aku saja yang pergi, tapi apa saat aku sudah pergi baekhyun akan berhenti mengganggu kai?" dia bicara pada dirinya sendiri

"Blam" jiyeon kaget dia memutar badanya ke sumber suara itu. Iu menatap jiyeon dan menghampirinya. "Apa lagi sekarang? Apa dia akan mengancamku juga seperti yang lainnya?" kata jiyeon dalam batinya lagi.

MY SECRET MY LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang