"What the?! Ini? Arhkk.... siapa yg ngelakuin ini?!"
Suara tersebut menghentikan semua aktifitas yg ada di koridor Citra Bangsa. Diam dan tak ada yg melakukan apa-apa.
Gadis itu kaget saat lokernya telah diisi penuh dengan semua sampah kertas. Benda-benda yg Ia isi dalam loker itu semuanya telah digantikkan dengan sampah kertas.
Lyla pun menuju ke sebuah tong sampah untuk mengeluarkan semua sampah kertas itu dari lokernya. Dan saat Ia membuka tong sampah itu, ternyata semua bendanya telah berada di tempat sampah itu.
Sebuah senyuman miring keluar diwajahnya, " Yang nggak ngaku gue bakar lokernya!" Ucap gadis itu.
Semua orang pun terlihat takut. Beberapa adik kelas hanya menundukkan kepalanya.
"Jangan bersikapa kayak bitches ya!! Sampai gue tau orangnya, liat aja nanti." Ucap gadis itu.
Ia akhirnya meninggalkan koridor itu. Membiarkan lokernya yg dipenuhi sampah terbuka begitu saja. Setelah gadis itu menghilang, semua aktifitas kembali seperti semula namun beberapa orang kelihatannya sedikit takut.
|xxxxxxxxxxx|
"La, lo nggak makan?" Tanya Vena.
"Gak." Jawab gadis itu, datar.
Lyla masih kesal saat beberapa buku yg masih baru dan segelnya belum terbuka, yg Ia simpan rapi dalam lokernya itu sudah berada dalam tong sampah kosong. Siapapun pastinya akan marah, apalagi jika itu barang kesayangannya.
"Hm, yaudah deh. Tapi La! Gue punya sesuatu buat lo." Ujar Vena tiba-tiba, mengagetkan gadis itu.
Lyla hanya berdecak melihat temannya itu. "Jangan aneh-aneh dehh." Ucapnya kesal.
Vena hanya tersenyum cengengesan sambil mengancungkan jari duanya, "Peace. Jangan gitulah, gue kan cuma mau kasih tantangan buat lo." Ucap Vena.
Lyla hanya menaikan sebelah alisnya, membuat temannya itu tersenyum bangga, "Gue tantang lo, bahwa selama sebulan ini lo harus berubah. Berubah dari sikap lo yg ini." Ujar Vena kegirangan.
"Hah? Gak."
"Heh... orang macam apa lo? Belum perang udah ngalah? Payah tau nggak. Istilah sekarang itu c.e.m.e.n." Ucap gadis itu sambil menahan kata cemen.
"Denger ya! Gue nggak cemen, gue nggak terima tantangan lo bukan karena gue nggak sanggup, tapi karena gue nggak mau." Tegas Lyla.
"Lah? Sama aja La. Kita itu nggak bakal mau ngelakuin hal yang nggak bisa kita lakukan dan itu wajar kalo lo nyerah gitu aja." Ucap Vena.
Lyla pun mulai semakin geram dengan tingkah menyebalkan dari Vena, yg sok menasehatinya. "Okk, cuma itu kan? Gue trima." Ucap Lyla lantang.
"Eits, itu baru tantangannya. Aturannya, lo harus bertingkah sama kayak semua siswa, No penguasa, No marah-marah, kalau misalnya ada hal yg ngebuat lo marah lo kacangin aja, harus sopan, juga baik, dan yg paling utama lo harus ngehargain sesama lo. Ok? Gue harap lo ngerti maksud gue karena gue tau lo nggak bodoh. Cuma sebulan doang." Ucap Vena dengan senyum kegirangannya.
"Itu doang? Gampang." Ucap Lyla, enteng.
Senyum kurang percaya pun muncul di wajah Vena, "Ah masa? Buktiin deh kalau lo mampu, gue ke kelas dulu ya. Bhay."
Gadis itu pun pergi meninggalkan Lyla sendirian di kantin. Kini Lyla harus membuktikan kalau dirinya mampu menghadapi sebuah tantangan kecil dari sahabatnya itu.
|xxxxxxxxx|
Lyla POV
Vena, Vena. Ternyata segila-gilanya kita, ada juga yg lebih gila. Hhh... aku tak habis percaya dengan gadis itu, bisa-bisanya dia membuat tantangan bodohnya itu. Dan hal yg kurasa paling bodoh adalah saat aku menerima tantangan konyolnya itu.
Tapi biarlah tak masalah juga, toh cukup gampang rules yg Ia buat. Omong-omong si Sio oon itu telah pulang saat ini diantar papa, katanya ada ujian mendadak disana jadi Ia harus segera pulang.
Dan tibalah aku disini, dikamar yg jarang sekali kutiduri dan saat ini pulah aku akan tetap berada disini. Omong-omong sadari pulang sekolah aku sama sekali belum keluar dan menghadapi peradaban di rumah ini. Mama juga tidak kelihatan tadi, mungkin keluar.
Yah... lumayan lah, hitung-hitung aku tidak perlu membuang uang jajan ku untuk membelu keperluanku tiap bulan. Suara mobil pun akhirnya terdengar dari arah bawah rumahku, mungkin mereka sudah pulang.
Aku pun memutuskan untuk keluar dari kamarku, menujuh ke arah dapur untuk mencari apa yg harus dimakan saat ini. Perutku mulai lapar karena situasi sepi selama berjam-jam dikamar.
Terlihat mama yg masuk sambil memegang-megang tas yg berisi kotak pizza. Hh... dia memang benar-benar menggodaku saat ini.
Aku akhirnya berjalan mendekatinya. "Ma, minta." Ucapku dengan nada sedikit membujuk.Mukanya tampak heran saat melihatku, "Loh? Kamu nggak balik lagi? Sio kan udah pulang dan biasanya kamu langsung balik." Ujarnya heran.
Aku berdecak malas, "Apartemen Lyla dijual ama Sio sebleng dan duitnya udah abis dipame beli snack." Kataku malas.
Raut wajah seorang ibu ini pun langsung berubah, "Hahahahaha... Kesian kamu hahahha." Dan dia akhirnya tertawa terbahak-bahak padaku.
Oh God help!! Ibu macam apa ini? Anaknya sedang kesusahan malah ditertawakan. Inilah hal yg juga kubenci saat ada dirumah ini, yaitu dibully oleh orang tuaku. Kuputuskan untuk tak mendengarkan tawa gilanya itu, aku berjalan lalu dengan cepat merampas tas jinjingannya yg berisi kotak pizza yg Ia beli.
"Ehh!! Kembaliin itu Lyla, jangan berani sentuh punya mama. Lyla!!" Teriaknya.
Aku pun tak menghiraukannnya. Dia pun akhirnya memulai acara mengoceh dan mengomel yg tak jelas di ruang bawah. Dasar ibu-ibu.
--------------
An.
Hai, gimana yo? Komen ya and give me one star. Btw typoku banyak, karena tanpa sebuah typo author pun takkan ada 😅😅.
KAMU SEDANG MEMBACA
Everything Is(not) Right
Teen FictionTROUBLE MAKER SQUEL. Karena semua mempunyai jalannya masing-masing. Terkadang kita harus menutup diri, pura-pura tuli untuk tidak mendengar, dan pura-pura tidak tahu apa yang terjadi di lingkungan sekitar. Apa yang kita lihat belum tentu semuanya be...