Bagian satu

1.1K 77 12
                                    

"Cek.. cek.. tes. Pengumuman untuk para siswa Mos Citra Bangsa, agar saat ini berkumpul di lapangan dan membuat barisan di kelompok masing-masing."

Suara pengumuman bergema disepanjang penjuru Citra Bangsa. Kenath Wilang selaku ketua osis sedang mengumpulkan siswa-siswa baru yg akan mengikuti orientasi ke lapangan sekolah. Semua pengurus osis pun ikut berkumpul, termasuk Chelyla Alessia.

Dengan malasnya gadis itu bangkit dan berjalan menuju lapangan, "hhh...." desahnya. Matanya menangkap seorang gadis yg sengaja untuk mencari-cari alasan agar salah satu siswa itu dihukum.

Lyla menyepitkan matanya. Siswa itu memang sering Ia lihat tapi Ia lupa dimana.

"Kenapa lo telat! Semua udah pada ngumpul dan lo telat. Siapa mentor lo, hah?" Bentak gadis itu.

Lyla pun berjalan mendekati kedua orang itu. "Gue mentornya. Kenapa?" Ucapnya dingin pada gadis yg sedang membentak seorang adik kelas.

Gadis itu terdiam sejenak mendapati Lyla yg sudah dibelakangnya sambil melipat kedua tangannya.

"Ya... lo.. harusnya lo.." belum sempat gadis itu berbicara, Lyla sudah memotong pembicaraannya. "Gue kenapa hah? Lo mau bilang kalau gue kenapa? Emang lo siapa disini hah?" Potong Lyla sambil menatap gadis itu dengan tatapan dingin.

Gadis itu hanya terpaku diam. Lyla berdecak melihat tingkah gadis ini yg seperti orang bodoh di hadapannya, "Lo balik ke barisan, si songong ini biar gue urus." Ucap Lyla sambil menatap adik kelas itu yg hanya diam dan menunduk.

"Makasih kak." Ucap siswa itu lalu pergi dengan cepat kebarisannya.

Saat ini tinggal Lyla serta gadis yg masih diam mamatung dihadapannya. Lia menatap gadis itu dengan tatapan intens, "Harusnya gue apa hah? Jabatan lo di osis apasih? Lo mau nantang gue? Jawab Arissa Henia!! Gue minta lo jawab. Apa perlu gue teriakin disini hah?" Bentak Lyla. Senyum miring dari gadis itu pun keluar, "LO ITU CUMA BEKAS OSIS YG GUE KELUARIN!!" Ujar Lyla sambil tersenyum devil pada gadis itu.

Semua kegiatan osis yg ada dilapangan seketika terhenti karena ulah Lyla. Kenath yg berada di atas podium berkacak pinggang melihat tingkah Lyla yg bisa disebut 'Mem-bully' gadis itu.

"LYLA!!" Teriak Kenath yg ikut turun dari atas podium menghampiri Lyla.

Gadis itu pun hanya berdecak malas di tempatnya. Lelaki itu punenghampirinya dengan muka yg sudah dipenuhi amarah. "Lu apapaan sih? Mau lo apa?" Ujar Kenath.

"Mau gue lu minggir dari hadapan gue karena gue males liat ketos songong kayak lo!" Ujar Lyla sambil menunjuk dada bidang Kenath lalu pergi.

"Ris, lo nggakpapa kan?" Tanya Kenath pada Arissa. Gadis itu hanya mengangguk, "Nggakpapa kok. Yaudah lanjutin aja kegiatannya." Ucap Arissa lalu berlalu dari hadapan Kenath.

|××××××××××××|

"Napa lo, La? Muka ditekuk mulu..."

Kantin Citra Bangsa saat ini sedang dipenuhi banyak siswa. Lyla duduk di salah satu meja yg ada dikantin itu sambil menopang wajahnya dengan sebelah tangan.

"Gakpapa." Ujar gadis itu sambil menyeruput jus miliknya.

Vena Agnesa a.k.a sahabat dekat Lyla itu, menarik kursi yg ada didepannya lalu duduk bertatap muka dengan Lyla. "Brantem lagi sama Kenath? Ck, hati-hati. Kadangkala cinta akan tumbuh disaat lo benci sama seseorang, dan hati-hati juga karena setelah itu akan ada rasa sayang yg berlebihan hingga bisa membuat suatu hubungan hancur." Ujar Vena sambil menepuk pelan pundak Lyla.

Lyla tetap tidak menghiraukan Vena. Gadis itu tak mau menatap muka teman yg ada didepannya.

"Terus, gimana hubungan lo sama Piter?" Tanya Vena lagi.

Kali ini Lyla menatat gadis itu lalu kembali membuang pandangannya. "Hhh si bangsat udah ketauan selingkuh, tapi gue lagi nunggu waktu yg tepat buat mutusin dia." Ujar Lyla dengan senyum devil-nya.

"Yah... baguslah kalau lo udah mau putus sama dia, dan gue rasa hubungan lo berdua nggak ada spesial-spesialnya. Keliatan cuma saling say-hello doang kok." Ucap Vena.

Lyla kemudia mengeluarkan ponselnya yg ada disakunya. Dia membuka semua chatting-nya bersama Piter (sang kekasih) lalu ditunjukkan pada Vena. "Nihh... dan ini bukan cuma keliatan doang, tapi kenyataan."

Vena pun dengan cepat mengambil ponsel milik Lyla, dan dilihatnya obrolan-obrolan gadis itu. Saat Ia membaca, betapa terkejutnya Ia melihat isi semua pesan itu.

Pit : Malam sayang
Me : Malam
Pit : Kok balesnya singkat doang?
Me: Lah? Trus lo mau gue bales apa dong? Lo kan nyapa, ya gue nyapa baliklah.
Pit : Hm, yaudah dehh...

Pit : Sayang kita nonton ya
Me : Maaf gue nggak bisa
Pit : Kok gitu sih?
Me : Ya, mau gimana lagi? Orang lagi sibuk diajakin nonton

Me : Pit gue bosen.
Pit : Bosen kenapa yang?
Me : Bosen pacaran ama lu. Gue mau kita putus
Pit : Kalau lo nggak mau pacaran, seharusnya bilang dari awal!!
Me : Ehh bego, gue udah bilang tapi lo yg maksa!
Pit : Gue nggak bakalan putusin lo, gue mau setia sama lo sampai kapanpun.
Me : Setia ama monyet sana.

Itulah isi semua obrolannya selama 5 bulan pacaran bersama Piter. Hubungan Lyla dan Piter hanyalah sebuah keterpaksaan yg dibuat oleh Piter sendiri. Lelaki itu memaksa Lyla agar menjadi pacarnya namun Lyla selalu menolak hingga akhirnya Lyla menerima lelaki itu secara terpaksa dengan sebuah syarat. Piter harus menerima semua kenyataan yg akan terjadi jika dia berpacaran dengan Lyla tanpa ada kata perselingkuhan.

"Anjir!! Ini mah bukan Chatting, nyet. Kasian bener nasib si Piter." Ujar Vena sambil tertawa.

"Hm, udah jadi konsekuensinya. Lagian si bebek mau nyoba-nyoba ke gue, akhirnya masuk perangkapkan. Dan dia lagi berusaha nutupin sesuatu yg udah gue tau saat ini." Ucap Lyla sambil menyunggingkan senyum miringnya.

-------------

An.

Bagaimana dengan part ini? Jelekkan? Ya emang jelek.
Maaf kalau ada typo. Minta komentar kalian tentang cerita ini.

Everything Is(not) RightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang