Bagian empat

757 61 7
                                    

LYLA POV

Hhh....

Dia memulai kembali ocehannya tentang sekolah ini. Sekolah yg ya... tak sedikit pun ada perubahan. Menurut kalangan orang banyak, sekolah ini adalah sekolah favorit, berakreditasi, top dikalangan banyak, tapi menurutku biasa saja.

Tidak ada yg berbeda sama sekali. Senioritas? Pembulian? Penguasa? Semua tetap ada dan bahkan akan terus ada.

Aku disini. Diam dan duduk dari kejauhan. Memandangi para siswa yg tengah berdiri di atas lapangan sambil mendengarkan nenek sihir itu berkomat-kamit. Aku lebih suka diam di tempat ini. Tempat dimana ibuku tak ingin mendatanginya lagi. Rooftop Citra Bangsa.

Apel pagi telah berlansung sejak dari tadi, namun tak kunjung selesai. Hal itu membuatku harus keluar dari barisan siswa yg ada di lapangan dan berjalan menujuh tempat ini.

Dan, ohya... mataku mendapatkan sebuah pemandangan yg sangat tak lain. Arissa dan Kenath. Mereka berdua berdiri dan asik berbincang di bagian belakang barisan para siswa. Teladan macam apa itu? Di depan semua orang saja berlagak so-soan, tapi dibelakang sama saja dengan semua orang biasa. Munafik.

Ku lihat Kenath menatapku. Memberikan isyarat bahwa aku harus turun dan gadis munafik disebelahnya juga ikut menatapku. Hei! Apa maksud semua itu, hah? Aku pun membuang pandanganku kearah lain, mengabaikan pandangan mereka.

Saat mataku kembali melihat kearah mereka berdua, kulihat Kenath sudah tak ada lagi dan Arissa tengah menatapku dengan heran.

"La, turun sekarang."

Suara yg sudah sangat familiar ditelingaku, tiba-tiba terdengar. Yang tak lain dan yg tak bukan adalah seorang Kenath Wilang. Dia ternyata menyusulku, hanya untuk menyuruhku agar turun.

"Ngapain sih lu? Ganggu aja." Ucapku

Dia tiba-tiba berjalan dan duduk disampingku. Aku pun berusaha tak memedulikannya, mataku terus memandang kearah depan.

Tak lama kemudian suara pengumuman pun selesai. Kulihat semua siswa telah berhamburan kesana kemari, mungkin si nenek lampir itu telah lelah berbicara dan juga sudah kehabisan ide untuk berpidato jadi Ia memutuskan untuk berhenti.

"Yukk masuk, bu Gisa udah selesai bicara. Nanti dihukum lagi." Ucapnya.

Wow? Bisakah seseorang mengulangi kata-katanya tadi? Pfftt. Apakah dunia telah berputar? Kenapa manusia gaib ini telah berubah? Hhh.

"Duluan aja."Ucapku dengan nada dingin.

Dia pun hanya diam. Sama sekali tak melakukan hal apapun, hanya terus berada disisiku.

Aku pun berdecak lalu berdiri sambil menatapnya, "Lu kenapa sih? Lu mau masuk, ya masuk aja tapi plis jangan ikut-ikutan kayak gue." Ucapku.

Lelaki itu hanya terkekeh, "Kalo lu bisa, kenapa gue engga?".

Apa?! Lelaki ini memang sudah benar-benar gila. Aku pun langsung pergi dari tempat itu, meninggalkan lelaki aneh itu.

|xxxxxxxxxxxx|

Sepi dan tenang, itulah situasi kelas saat ini. Semua tanang dan sibuk dengan tulis-menulis materi yg diberikan guru. Lain daripadaku, otakku tak bisa lagi berpikir. Semua perhatianku dan pemusatanku hanya tertujuh pada Kenath yg sedang duduk jauh disebelah sana.

Entah mengapa aku terus memerhatikkannya. Sifatnya saat ini menjadi aneh, tingkah dan caranya telah berbeda saat ini. Ada apa sebenarnya dengan lelaki itu? Apa dia sakit? Apa dia hilang ingatan? Atau mungkin dia memang benar sudah gila saat ini? Akhh.... kenapa aku terus memikirkan lelaki itu.

"Lyla, ingin keluar?" Tanya bu Endang.

Aku pun menggeleng lalu kembali melanjutkan kegiatan menulisku. Biasanya jika aku sedang tak ingin belajar atau mood ku lagi hancur, tanpa diminta oleh guru aku akan keluar dengan sendirinya.

LYLA POV END

---------

KENATH POV

Mungkin ini memang terasah aneh, tapi mau bagaimana lagi? Gadis itu memang terlihat sangat sulit untuk ditahklukkan, tapi asal tau saja. Sekuat-kuatnya orang pasti punya kelemahan, dan kelemahan gadis itu telahku temukan.

Biarkan saja burung berkicau-ria, ujung-ujungnya juga lelah. Aku sengaja membiarkannya, aku sengaja tak melarangnya, aku sengaja bertingkah aneh, aku sengaja mengikuti kemauannya, dan itu semua kulakukan agar gadis itu bisa sadar.

Sama seperti seorang anak yg labil, yg sedang mencari-cari jati dirinya, bertingkah seenaknya agar Ia bisa tau apa sebenarnya yg Ia butuhkan. Yah... Lyla mungkin butuh perhatian khusus dari seseorang, atau mungkin orang tuanya telah memberikan begitu banyak perhatian sehingga Ia menjadi seenaknya.

Tapi biarlah, toh ujung-ujungnya gadis itu akan berubah.

Ada satu hal yg membuatku selalu merasa aneh, Arissa. Ya, gadis itu.

Tingkahnya menjadi aneh. Saat aku ingin menyusul Lyla di rooftop tadi, dia seperti ingin menahanku agar tak usah pergi. Dan saat aku memanggilnya tadi, Ia seperti tak ingin menjawab panggilanku. Aku bingung dengannya, sebenarnya apa yg terjadi? Hhh sudalah.

KENATH POV END.


|xxxxxxxxxxxxx|

ARISSA POV

Lyla,Lyla,Lyla, dan selalu saja Chelyla. Kenapa gadis itu membuat semuanya kacau?! Semua perhatian dan kasih sayang selalu tertujuh pada gadis gaje itu. Kakek, nenek, mama, papa, semuanya! Semuanya selalu ke dia, dan bahkan Kenath juga.

Apa yg selama ini ku harapkan selalu hancur, rasa bersalah yg terus saja menghantuiku, itu semua karenanya. Aku sudah mencoba, agar gadis itu bisa memaafkanku dan melupakan segalanya tapi nyatanya tidak. Gadis yg keras kepala dan tinggi hati itu selalu berlagak seperti semuanya terus terjadi, seakan takkan pernah ada akhirnya.

Apa sebenarnya yg Ia mau?! Aku bahkan telah meminta maaf berkali-kali dan aku bahkan telah mengakui kesalahanku dimalam saat ulang tahun kakek di hadapan semuanya, tapi sampai saat ini dia takkan pernah mau mendengarkanku.

Okk!! Kau yg memulai semua ini Chelyla dan kau juga harus merasahkannya saat ini. Akan ku mulai segala permainanku lagi padamu.

ARISSA POV END

-------

An.

Hai! Hahaha aku balek lagee.
Part ini dibuat khusus pake POV yahh, supaya inti semua permasalahan bisa jelas.

Btw awas ada typo bet. Komen juga Vote ya.
Arissa kan baek(?) Hahahha.

Everything Is(not) RightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang