Lyla POV.
Hhh... papa dan mama telah pergi lebih dahulu sedari tadi pagi dan bodohnya motorku sedang kutaruh di bengkel untuk diservice dan jadilah aku seperti ini, menunggu mujizat datang disaat seperempat jam lagi pukul 07.00. Sudah sekitar 10 menit aku terus berdiri disini namun tak satupun yg lewat, malangnya diri ini.
Kemarin mama sempat berpesan bahwa keluarga tante Fadila sudah mulai tinggal di sebelah rumahku mulai hari ini. Entah angin apa aku sangat berharap anaknya belum pergi ke sekolah dan mau menawarkan sebuah tumpangan padaku saat ini.
"Ehh... lo anak Citra Bangsa ya? Lo tau ngga lokasi sekolahnya dimana?"
Seorang lelaki tiba-tiba menghampiri ku dengan motor ninjanya. Aku hanya menaikkan sebelah alisku, "Gue?" Ucapku sambil melirik sekitarku.
Dia hanya berdecak lalu memeluk dadanya, "Iya, lo. Cantik-cantik kok tolol." Gumam lelaki itu yg terdengar jelas ditelingaku.
"Gue ngga mau kasih tau." Ucapku dingin padanya.
Dia hanya diam dan terus menunggu, mungkin dia mau menungguku untuk memberitahukan lokasi sekolah padanya tapi sayangnya hati baikku telah disakiti oleh kata tolol yg Ia ucapkan padaku.
Dari kejauhan aku melihat sebuah motor yg sangat familiar di ingatanku, yah sangat-sangat familiar dan itu ternyata si Pieter bodoh.
"Ehh lo mau ke Citra Bangsa kan? Yokk barengan. "Ucapku sambil menaikki motornya.
Dia tersentak kaget saat aku sudah berada di atas motornya, "Buruan keles, udah mau terlambat nih. Cepetan!" Perintahku padanya sambil menepuk-nepuk pundaknya.
Dia hanya mendengus kesal padaku lalu kemudian melajukan motornya menujuh ke Citra Bangsa. Hhh... selamatlah diriku dari si bodoh itu.
Saat di perjalanan tak ada yg berani berbicara. Agak sedikit canggung sih, karena aku saja tak mengenal siapa lelaki ini.
"Anak baru ya?" Tanyaku, mencoba membuka percakapan. Dia hanya berdehem dan fokus dengan jalanan sekitar.
"Lo anak tante Cal ya?" Tanya padaku.
Tunggu, apa ini mujizat yg aku harapkan tadi? Apa dia anak tante Fadila ya? Mereka baru pindah hari ini dan dia tidak tahu Citra Bangsa, dia juga tau mama.
"Lo anaknya tante Fadila ya?" Tanyaku.
Dia hanya tersenyum lalu mengangguk pelan. Hhh apa ini yg direncanakan mama ya? Aku jadi curiga dengan kedua orang tuaku itu. Tak lama kemudian kami sampai di lokasi sekolah. Pagar memang sudah di tutup karena bel masuk telah berbunyi sedari tadi tapi satpam yg sudah kenal akrab denganku langsung membukakan pintu pagar dengan cepat.
"Makasih pak." Ucapku sambil tersenyum dan dibalas anggukan serta senyum dari satpam tersebut.
Lelaki itu pun memarkirkan motornya ke parkiran lalu membuka helmnya, "Kok lo bisa deket ama satpam disitu? Beruntung banget gue hari ini." Ucapnya sambil menatapku.
"Aelah semua orang juga kalo ketemu gue pasti beruntung dan ohya, makasih buat tumpangan lo. Gue duluan." Ucapku lalu berlalu dari hadapannya.
"Ehh... tunggu, nama lo siapa?" Teriaknya.
"Panggil aja Lyla." Ucapku dengan nada sedikit keras karena posisiku sudah jauh darinya.
|xxxxxxxxxxxxxx|
"Tumben lo telat tadi, emang lo ngga naik motor ya?" Tanya Vena.
Kedua gadis itu telah berada di kantin sambil menikmati pesanan masing-masing. Lyla tak mengubris pertanyaan Vena, dia hanya sibuk mengaduk-ngaduk baksonya.
"Motor gue pulkam, Na" ucapnya Lyla yg hanya sibuk dengan lamunannya.
"Hm, btw gue punya berita hot hari ini. Katanya si Kenath lagi deket ama Arissa dan bahkan mereka sempat dikabarkan jadian." Ucap Vena dengan ekspresi ter-wow yg Ia miliki.
Lamunan Lyla sama sekali tak pecah, gadis itu masih sibuk mengaduk-ngeduk baksonya sambil menatap kearah depan. Dia memang menyimak namun tidak dengan baik.
"Bodoh amat." Ucap Lyla.
Vena hanya mendengus kesal, biasanya mood Lyla langsung jelek saat Ia membahas tentang Arissa. "Ish lo gimana sih?" Ucap Vena kesal.
"Ngga gimana-gimana." Ucap gadis itu.
"Tau ah." Ucap Vena kesal.
Mereka kemudian terdiam. Vena masih kesal dengan Lyla karena gadis itu tak memerdulikan omongannya.
Lyla bergeming, " Siapa namanya?"
"Ha? Apa? Nama? Nama siapa?" Ucap Vena.
Lamunan gadis itu pun akhirnya buyar saat Vana menanyakan tentang nama.
"Ohya La, di kelas sebelah ada murid baru lohh orangnya ganteng. Di kelas sebelah, huhuy lumayan buat gebetan baru." Ucap Vena.
"Tau ahh gue ke kelas, bhay."
Vena pun kembali kesal melihat sikap sahabatnya. Lyla akhirnya tak terlihat lagi di pandangan Vena.
Saat menujuh ke kelas, entah mengapa di dalam pikiran gadis itu masih terbayang wajah lelaki yg bersamanya tadi pagi. Ia begitu penasaran dengan nama lelaki itu dan ingin sekali Ia mencari tahu siapa sebenarnya nama lelaki itu.
"Oyy, Lyla." Panggil seseorang dari belakangnya. Gadis itu pun memutar badannya ke belakang lalu melihat seseorang yg memanggilnya barusan, ternyata lelaki yg sama -lelaki yg tadi pagi- dan mereka bertemu lagi.
Lelaki itu dengan cepat menghampiri Lyla, "Beruntung banget gue ketemu lo karena saat ini gue lagi kebingungan. Anterin ke ruang perpus dong, ada yg pengen gue cari disana mengenai pelajaran tadi pagi. Anterin ya?" Ucap lelaki itu memohon.
"Mager." Ucap Lyla. Sejujurnya Ia ingin membantu tapi sifat kemageran kembali muncul.
"Plis.. anggap aja ini sebagai balas budi lo ke gue." Ucap lelaki itu dengan memohon.
"Balas budi? Seharusnya itu udah empas, karena gue udah nunjukin jalan sekolah ini ke elo dan gue bukan peta atau kompas yg tugasnya nunjukin jalan atau arah ke elo."
"Yailah... plis, sekali ini aja dan gue ngga bakal ngerepotin lo lagi. Mau ya?" Mohon lelaki itu.
Lyla pun menggeram kesal, "Yaudah ayo." Ucapnya pasrah. Lelaki itu pun bersorak kegirangan di hadapan Lyla, "Kenalin gue Dean Ananta." Ucapnya sambil menjulurkan tangan ke Lyla.
"Udah tau."
"Lahh kok lu udah tau sih? Gue kan ngga perna bilang nama gue ke elu." Lelaki itu-Dean- pun merasa heran dengan gadis ini. "Ngga penting kalo gue tau darimana, sekarang lu ikut gue." Gadis itu pun berjalan mendahului Dean yg masih diam dalam kebingungannya.
-----------------
An.
Olaa!! Maap ye baru update, lagi sibuk begadang ama mtk 😆. Boleh seperti itukah wajah sang Lyla? Maap ye klo gue nyolong gambar itu 😷 .
Komen + votenya w tunggu. Bhay
KAMU SEDANG MEMBACA
Everything Is(not) Right
Teen FictionTROUBLE MAKER SQUEL. Karena semua mempunyai jalannya masing-masing. Terkadang kita harus menutup diri, pura-pura tuli untuk tidak mendengar, dan pura-pura tidak tahu apa yang terjadi di lingkungan sekitar. Apa yang kita lihat belum tentu semuanya be...