Tik..tok..tik..tok..
Situasi pun mulai menegang untuk semua siswa kecuali untuk Lyla.Gadis itu hanya menenggelamkan kepalanya di kedua tangannya, tidur. Saat ini semua siswa sedang tegang karena Ibu Lesti selaku guru matematika yg galaknya minta ampun ingin membagi sebuah kelompok tugas.
Hampir semua siswa menginginkan dirinya sekelompok bersama sang juara, agar yahh... semua kendala terlaksana dengan baik.
"Kelompok satu Amanda, leo,....."
Seketika kelas pun gaduh, ada yg melompat kegirangan dan ada juga yg merengek karena sekelompok dengan orang yg tidak perna tuntas pelajaran itu.
"Kelompok terakhir adalah Kenath, Vena, dan...." omongan bu Lesti pun terhenti, matanya sedang meneliti setiap sudut ruangan dan, "Lyla, kemana anak itu?" Ujar bu Lesti sambil mencari-cari keberadaan gadis itu.
"Disini bu." Ucap Lyla sambil mengacungkan tangannya keatas. Bu Lesti pun mengangguk, "Ya, kamu sekelompok sama Kenath dan Vena." Ucap bu Lesti.
Lyla pun hanya ber'oh'ria lalu kembali tidur, sedangkan yg lain mulai berhamburan kesana kemari.
"Kelas selesai silahkan istirahat." Ucap bu Lesti lalu pergi dari kelas itu.
Setelah bu Lesti pergi Vena pun dengan cepat menghampiri Lyla yg masih tetap sama seperti tadi.
"Lyla!!" Teriak Vena dengan suara cemprengnya, membuat gadis yg sedang tidur itu terbangun seketika dari tidurnya. Lyla berdecak kesal, mukanya tampak kusut sekali, "APAAN SIH?!!! ganggu aja." Bentak Lyla.
Vena pun membatalkan aksinya untuk mengganggu Lyla saat ini, karena yg Ia tahu Lyla dalam fase badmood.
|xxxxxxxxxxx|
"Wahh... ini pertama kalinya lohh La, gue mampir kerumah lo."
Vena, Kenath, dan juga Lyla kini telah berada di rumah seorang ketua yayasan Citra Bangsa. Ibu Lyla memang adalah seorang ketua yayasan di Citra Bangsa karena Ia adalah anak kandung dari Andra Evans.
Raut wajah Lyla masih tetap sama, kusut dan lesuh. "Biasa aja, ngga usah alay gitu." Ujar gadis itu.
Kenath hanya mengikuti kedua gadis itu dari belakang. Matanya sedang menjelajahi pemandangan yg sejuk di tempat itu. Sesekali Ia tersenyum melihat situasi tempat itu, sejuk dan segar karena rumahnya banyak ditanami pepohonan dan juga berbagai macam bunga.
"Gue suka." Gumaman itu tak sengaja keluar dan dapat didengar oleh Lyla dan juga Vena.
Vena hanya tersenyum pada Lyla sedangkan gadis itu memasang wajah dingin."Mau belajar dimana? Didalam rumah atau ditaman belakang aja?" Tanya Lyla.
"Gue sukanya di luar aja supaya lebih sejuk gitu udaranya, trus enak pemandangannya." Ujar Vena, sedangkan Kenath hanya mengedikkan bahunya.
"Oh, yaudah kalian tunggu bentar ya, gue ganti baju dulu didalam." Lyla pun meninggalkan kedua temannya yg sedang menuju taman belakang rumahnya, Ia pun masuk lewat dari pintu belakang.
Saat gadis itu memasuki rumahnya, Ia melihat ibunya sedang tertawa sambil memegangi ponsel yg tertempel di telinganya.
"Hahaha iya jeng, kalau bisa secepatnya." Ucap Calista diselingi kekehan. Lyla hanya berjalan lalu melewati ibunya itu, "Ehhh, Lyla bentar." Calista sedikit menjauhkan ponsel dari telinganya, "Tante Fa mau pindah kesini terus anaknya mau pindah ke Citra Bangsa lohh."
Sebelah alis gadis itu terangkat, "Terus?" Ujarnya masih dengan wajah datarnya.
"Kamu ini gimana sih, jadiin teman lah."
"Oh."
Lyla pun meninggalkan ibunya itu. Responnya itu membuat ibunya hanya melongoh seperti orang bodoh. Calista sempat berpikir sejenak, seperti itukah dirinya saat dulu? Apakah sifat asli sang Alan begitu? Kenapa anaknya bisa jadi aneh? Pemikiran itu selalu keluar saat Lyla selalu berkomunikasi dengannya.
"Mama engga keberatan kan, kalo teman Lyla belajar disini? Kalau mama keberatan Lyla bakal ngusir mereka dari belakang." Ujar gadis itu dari lantai atas. Calista hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya, "Iya boleh kok." Sambungnya.
|xxxxxxxxxxx|
"Huftt... akhirnya kelar juga, bisa karatan kalo gue sendiri yg ngerjain." Vena merentangkan tangannya kesamping, akhirnya tugas mereka selesai juga dan tak memakan waktu yg lama.
Waktu sudah menunjukan pukul 15.00, sudah tiga jam mereka berada di rumah Lyla dan selama tiga jam pulah mereka menghadapi tugas kelompok mereka.
"Ehh btw, lu bukannya tinggal di apartemen ya? Setau gue lu kan selelalu tinggal di apartemen lo itu." Tanya Vena.
"Dijual." Jawab Lyla singkat.
"Lah kenapa? Ohh atau lo udah betah tinggal dirumah ya? Bagus deh." Ucap Vena blak-blakkan.
Lyla pun mengendus kesal, Vena kali ini membuatnya kesal. Dia pun melirik kearah Kenath yg hanya sibuk dengan ponselnya, "Nath, lo ngga makan kuenya?" Tanya Lyla.
Kenath pun mendongak kearahnya, "Udah gue makan kok La, buatan tante Cal ya?" Seketika itu meledaklah tawa dari Lyla, "Hahahahaha, sumpah lo itu ngakak banget Nath. Hahahhaha, mama? Buat kue? Impossible." Ucap Lyla.
Kenath kemudian melirik Vena yg ikut tertawa juga, mencoba meminta penjelasan. "Gue salah ngomong ya? Emang bener kok, kuenya enak." Ucap lelaki itu dengan tampang polos.
Lyla masih tertawa terbahak-bahak ketika mendengar ucapannya itu. Vena pun hanya menggeleng-gelengkan kepala sambil tersenyum, " Tanta Cal ngga bisa bikin kue, ini kue buatannya Lyla." Ucap Vena.
Kenath pun hanya ber 'oh' ria mendengar penjelasan Vena. "Terus, kenapa dia ketawa ngakak kayak gitu? Emang lucu ya?" Tanya-nya lagi.
"Yaiyalah, orang dia perna manggang kue terus gosong dan arang-arangnya belepotan sampe mukanya. Hahahha." Jelas Lyla lalu kembali tertawa lepas.
Vena hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, mulai dari topik itu mereka mulai membicarakan banyak hal tanpa ada kecanggungan antara satu dengan yg lain. Dan akhirnya mereka berlarut-larut dalam obrolan mereka masing-masing
-------------
An.
Maapken yg baru aktif, btw si Lyla udh akrab sama Kenath 😊 uww senengnya, eits! Ada tapinya, dari sini akan mulai permasalahan yg sebenernya. Bhay 😃.
Aws typonya banyak 😆 jangan lupa komen dan vote.
KAMU SEDANG MEMBACA
Everything Is(not) Right
Teen FictionTROUBLE MAKER SQUEL. Karena semua mempunyai jalannya masing-masing. Terkadang kita harus menutup diri, pura-pura tuli untuk tidak mendengar, dan pura-pura tidak tahu apa yang terjadi di lingkungan sekitar. Apa yang kita lihat belum tentu semuanya be...