Ariana hanya tertergun lesu disisi ranjang. Membayangkan bahwa ia akan menikah untuk 2 bulan kedepan, ia menghela nafas beratnya. Menangis? Itu hal membuang waktu saja.
Sebenarnya Ariana dengan senang hati ingin menangis sekencangnya, tapi ia menyadari saat ini ia sedang berada di rumah CALON SUAMI nya. Toh itu akan merusak image sendiri."Apakah kau tidak tidur semalaman?" Tanya Sarah membuyarkan lamunannya
"Tidak" Jawabnya singkat
"Benarkah? Sebaiknya kau tidur karen kantung matamu semakin menghitam" Saran Sarah tersenyum dan menutup novelnya.
"Ini sudah pagi" Balas Ariana
"Kau harus tidur, perjalanan kemarin sangat panjang. Aku akan menemanimu"
Ternyata ia mengeluarkan gumpalan uap itu dari mulutnya, dan itu tandanya Ariana mulai mengantuk.
"Baiklah kufikir aku mulai mengantuk" Ari mulai setuju dengan saran gadis itu dan mulai tenggelam ke dunia mimpi.
Belum lama Ariana tertidur tiba-tiba ia terbangun karena sesuatu yang mengganggu mimpi indahnya.
' Huh '
Ia mengibaskan rambutnya kebelakang dan merasa gerah.
"Apakah disini tidak ada yang menggunakan AC? Kenapa harus kipas?" Oceh Ari pada dirinya. Ia menyadari bahwa Sarah sudah tidak berada di ruangan lagi, huh dasar ingkar janji.
Ariana Pov
Aku melangkah ke luar kamar lalu turun kebawah untuk mencari udara segar pagi ini, dengan rasa sedikit penasaran aku mengintip ke arah kolam renang.
Aku melihat Mama bersama Tante Tawny merendam kakinya dikolam renang, Apabila aku mengatakan
Apakah tidak ada AC disini?
Mungkin aku akan ditampar untuk yang kesekian kalinya."Ah sebaiknya tidak" Gumamku lalu berbalik untuk balik ke kamar Sarah.
"Kenapa tidak?" Matty mengejutkanku, tangan dilipat di dada dan kaos putih polos yang sedikit berkeringan memberikan kesan, Tampan.
"Matthew?" Aku mulai salah tingkah.
"Kau bisa tidur di kamarku apa bila kau mau?" Lagi-lagi ia melontarkan ukiran indah di pipinya dan gigi putih ke arahku.
"Ap--apa maksudmu?" Ucapku terbata-bata
"Kau kepanasan di kamar Sarah kan? nah kau bisa tidur di kamarku" Tawarnya tersenyum
"Mengapa kau tahu itu?" Ujarku sebal sambil meletakan kedua tanganku di sisi perut.
"Karena aku memata mataimu" Senyuman itu berubah menjadi tatapab acuh.
"Kau? Ke--" Ucapku terputus
"Dingin, keras kepala, pemarah" Matt menggenggam tanganku dengan tangan besarnya. Ia membawaku ke arah kamarnya
"Kau ingin ajak aku kemana?" Pekik ku melepaskan genggamannya, ya jelas aku takut.
"Hey! anak Bibi Shofie, sudah lah tidur saja di kamarku, aku memiliki pendingin ruangan alias Ac yang kau inginka" Ia mengajak ku masuk kedalam kamarnya
Sudah duduk disisi ranjangnya dan melipat kedua tangan di dadaku, dengan wajah sebal aku tak ingin wajah menyebalkan itu. Selalu kulemparkan wajah tak peduli padanya, dan sekarang lelaki itu tengah berdiri diam di hadapanku, Oh Tuhan! Bisakag kau hentikan ini?
"Hey Matthew! aku lelah dan ingin tidur, biarkan aku kembali kekamar Sarah" Ku angkat bokongku keatas dan menggerakkan kakik ku kedepan.
"Kau ingin panas-panasan? Kau menolak kamar dingin ini?" Ia berhasil menghentikan langkahku. Memang rugi bila aku meninggalkan kamar ini, karena faktanya di sini dingin dan di luar sangat panas, mungkin suhunya sekitar 42 derajat celcius.
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Marriage
Teen Fiction"Mereka bukan menjatuhkanmu, tetapi mereka mempertahankanmu" #20 In Fanfiction (08/11/ 2016)