7 [ Girly ]

9K 419 5
                                    

Berada didalam mobil bersamaa keparat satu ini, entah kemana Matty akan mengajaku pergi, tapi otakku masih setia mencari siapa yang mengirim pesan misterius itu selama 2 hari ini.

Aku tak pernah melihat lelaki tampan dan tertarik untuk berpacaran dengannya, aku hanya banyak mendengar dari Karin bahwa ada sekitar 10 lelaki yang menyukaiku, tapi mereka tak pernah mengatakan perasaan itu kepadaku karena sifatku yang dingin dan pemarah, jadi aku tak pernah mengenal lelaki kecuali keluarga dan teman sekelas sendiri. Mungkin bisa saja diantara 10 lelaki itu adalah salah satunya.

"Kamu punya masalah?" Tanya Matty yang masih Fokus pada jalan

"Tidak ada" Jawabku singkat.

"Aku memperhatikanmu sedari tadi, kau tampak suntuk. Mungkin kau butuh hiburan, jadi nanti malam aku akan mengajakmu ke club" Ia mencoba membujukku ikut padanya.

"Club?" Tanyaku heran

"Apakah duniamu begitu kejam? Apa tempat wisatamu hanya mall, taman, dan kamar?" Tanyanya tertawa kecil

"Ya, itu kan bukan sebuah masalah" Jawabku.

"Kau ikut aku nanti malam" Ia mengisyaratkan bahwa aku harus ikut.

"Itu sejenis tempat makan?" Tebakku secara asal.

"Ku yakon Indonesia tidak seketat Arab Saudi, disana tidak mungkin tidak ada satu club" Matty tertawa terbahak-bahak tanpa dosa.

"Terserah, aku tidak mau ikut" Jawabku berhasil membuat tertawanya itu menjadi sebuah kekecewaan.

"Kau harus ikut" Ia cemberut namun tetap pada pandangan ke jalan.

"Karena kau sudah membuatku sakit hati, ponselmu akan ku sita"  Aku sudah muak dengan lelucon Matty, di selalu saja membuatku menjadi bahannya. Jadi dia harus mendapatkan balasannya. Ia diam dan menggerakkan tangannya ke saku lalu memberikan ponsel bermerk Apple itu padaku.

"0000" Ia memberikan passwordnya tanpa ditanya lebih dahulu. Mataku langsung tertuju pada galeri. Disana banyak screenshot tentang masalah keartisannya itu, aku tidak bisa menemukan fotonya jadi ku scroll keatas sampai menemukan foto wanita cantik berselfie dengan Matty di sebuah pesta pernikahan.

"Siapa dia?" Tanyaku galak dan memperlihatkan screen pada Matty

"Dia adalah orang yang kusuka tapi Mommy tak merestui hubungan kami, aku menyukainya 1 tahun lalu" Jelas Matty masih fokus ke jalanan. Gadis batinku benar-benar marah.

"Kau masih menyukainya?" Tanyaku lagi, ia hanya menggelengkan kepalanya.

"Siapa namanya?" Tanyaku sarkastik.

"Kau cemburu?" Tanya Matty menyadari keanehanku sedari tadi.

"Bukan begitu aku han—" Uapku terputus oleh Matty

"Pstt. Aku juga mencintaimu. Semenjak kau ada, nama gadis itu tidak pernah terbayang kembali dalam fikiranku, sayang" Matty menempelkan telunjuknya ke bibirku dan tersenyum kearahku. How cringe is this.

"Kau benar mencintaiku atau ini hanya dusta belaka?" Tanyaku disetai putaran bola mata.

"Ya tuhan! Aku memberikan apa yang kau mau, memberikan perhatian, kasih sayang. Apakah ini bukan bukti cintaku? Aku memberikanmu pelukan, Apakah itu bukan juga?" Tanya Matty menaikkan sebelah alisanya, diiringin seringaian di akhir.

"Aku ingin pulang sebentar" Ucapku merubah topik pembicaraan, karena aku tidak suka sesi debat seperti ini.

"Kenapa? Untuk apa?" Tanya Matty masih fokus ke jalanan.

"Aku ingin mengambil uang" Jawabku menatapnya.

"Pakai saja uangku" Ucap Matty tersenyum kearahku. Nah ini, ini yang kutunggu.

Young Marriage Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang