Chapter 03. Maybe, this was a beginning

3.1K 283 8
                                    

24 September 1998

Walaupun masih pukul 20.00 malam, perpustakaan sudah sepi. Mungkin banyak diantara mereka masih di Aula besar untuk menyelesaikan makan malam. Namun aku berpendapat bahwa ini di karenakan mereka masih memiliki ketakutan untuk berjalan-jalan sendirian di koridor sekolah. Hogwarts sudah mengalami perbaikkan, menurutku malah tidak ada perbedaan dari sebelumnya. Namun tetap saja masih ada yang trauma dan ketakutan yang menyertai untuk hanya berjalan sendiri di koridor.

Sudah hampir sebulan kami kembali masuk sekolah. Aku tidak perlu ditanya lagi sudah pasti mengulang tahun ke tujuh ini, saat kesempatan itu ditawarkan, Harry dan Ron pun kembali ke Hogwarts walaupun mereka merasa canggung, namun yang membuatku menjadi terkejut adalah hampir semua orang kembali ke Hogwarts, maksudnya teman-teman satu angkatanku yang masih dapat bertahan.

Sebelum ini aku tidak menyangka, tapi kembali aku berfikir bahwa mungkin mereka sama sepertiku, mencari ke-normalan hidup setelah perang. Hidupku terasa aneh setelah perang berakhir, sidang-sidang yang aku hadiri, pesta-pesta peringatan kemenangan yang diakhiri dengan tangisan mengingat mereka yang tidak bertahan. Dan segala bentuk ketidak normalan bagiku. Disini, Hogwarts ia merasa semua kembali normal. Ini hidupku.

Hermione mengerjakan PR yang di berikan hari ini, walaupun baru dua minggu lagi akan di kumpulkan. Ia mungkin satu-satunya yang masih bertahan di perpustakaan dan akan bertahan sampai batas waktu perpustakaan ini di tutup. Lima menit sebelum perpustakaan akan ditutup, aku menguap lebar kecapekan dan nampaknya Madam Pince akan segera memulai untuk berkeliling memperingatkan mereka untuk kembali ke asrama masing-masing.

Aku sedang berjalan ke arah sudut untuk mengambil jalan ke lorong ke dua dari arah pintu keluar dari seksi terlarang untuk menaruh buku yang tadi kubaca ketika aku mendengar suara erangan tertekan ketakutan. Berjalan ke samping dan mendapati seseorang sedang tertidur sana. Dia mimpi buruk.

Kepalanya terkulai di atas salah satu lengannya yang ada di meja. Matanya yang keperakan terpejam erat, namun aku bisa merasakan, aku bisa melihat ketakutan bila mata itu terbuka. Lingkaran hitam di sekelilingnya menambah bukti bagi hipotesaku. Aku mendengar suara langkah mendekati kami, sepertinya madam Pince, dan aku tidak ingin di omeli oleh penjaga perpustakaan itu.

Aku mengulurkan tanganku untuk mengguncangkan bahu pemuda itu untuk membangunkannya, sebelum berhenti mendengar erangannya. "Tidak,, tidak ! please jangan, tidak My Lord!"

Suara itu begitu menyedihkan dan putus asa. Menghela nafas, aku mengulurkan tanganku lagi agar bisa membangunkannya, ku guncangkan bahunya sedikit. Namun reaksinya sangat cepat. Tiba-tiba saja dia sudah menarik lenganku dan memintingnya sehingga dia berada di atasku, menimpaku. Matanya menyala ketakutan, juga hampir seperti menahan air mata kemarahan. Matanya melebar ketika dia menyadari siapa aku. Dan aku bisa melihat sedikit kelegaan di matanya yang biru dengan serai keperakkan itu. Namun kemudian dia menyadari apa yang terjadi sebelumnya.

Sebelum dia bisa bicara, aku menutup mulutnya dengan tanganku yang bebas dan memberinya isyarat untuk diam. Kami mendengar langkah kaki berhenti kemudian menjauh.

"Kau ingin kita di marahi Madam Pince?" tanyaku berbisik.

"What the Hell, Granger!" desisinya penuh emosi.

Aku mendorongnya menjauh dan dia melepaskan cengkaramannya. "Kalau kau lebih suka ketahuan oleh madam Pince, silahkan saja. Tapi jangan ajak aku. Dan harusnya kau berterima kasih padaku karena menyelamatkanmu dari mimpi burukmu," kataku pedas. Dan dapat dilihat reaksinya langsung enggan, aku menduga dia sering mendapatkan mimpi buruk itu.

Aku berdiri dan berjalan mengendap-endap untuk keluar dari perpustakaan, sesampainya aku di luar ternyata dia mengikutiku dari belakang. Kami berdiri canggung, bingung untuk mengakhiri pertemuan aneh kami. Aku menatapnya enggan, memberinya isyarat bahwa aku akan kembali ke asramaku saja.

LOVE and PRIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang