Chapter 09. Knowing You, Knowing Your Heart

1.5K 155 12
                                    

17 Desember 1998

"Jadi mau kah kau ke pesta dansa denganku?"

Aku memikirkannya lagi, sudah dua kali pemuda ini mengajakku ke pesta dansa natal. Aku tidak mengharapkan kemungkinan dia akan mengajakku lagi apabila aku menolaknya kali ini. Viktor Krum cukup mengejutkan ketika untuk ketiga kalinya dia mengajakku ke pesta dansa natal dulu setelah dua kali kutolak. Tapi penolakan dulu itu karena aku mengharapkan Ron akan mengajakku, tapi kali ini apa? Tidak ada yang aku harapkan untuk mengajakku, kemungkinan besar dia akan pergi sendiri.

Ron jelas akan pergi bersama Lavender, walaupun hubungan mereka sempat merengang sebelum perang, saat mereka putus di penghujung tahun ke-enam. Tapi efek setelah perang, setelah Lavender di gigit manusia serigala, dia seperti memiliki indra ke-enam yang membuatnya sangat yakin bahwa Ron adalah Mate -nya dan Ron entah kenapa seperti terikat pada Lavender.

Harry jelas dia akan pergi dengan Ginny, tidak perlu di ragukan. Mereka bahkan sudah seperti Mr dan Mrs Potter. Semua orang tau.

"Baiklah," kata Hermione kemudian. Pemuda itu tersenyum.

"Aku harus menunggumu di Aula depan atau aku menjemputmu di depan pintu masuk asrama Gryffindor?" Tanyanya lagi.

"Kau tidak tau jalan masuknya, lebih baik kita bertemu di aula depan saja, bagaimana?" tanyaku.

"Baiklah. Dan ehm,, apa warna gaunmu? Aku akan mencocokkannya dengan dasiku," katanya.

Bloody Hell . Kami belum menjadi pasangan bukan.

"Hem, biru. Dark blue," jawabku.

Dia mengangguk. "Baiklah kalau begitu. Aku perlu menemui McGonagall sekarang, ada sedikit masalah dengan essai-ku," katanya berpamitan.

Aku hanya mengangguk. Setelah dia pergi aku menghela nafas dan kembali membaca novel-ku. Tapi belum satu paragraf aku selesaikan ada lagi yang menganggu. Pemuda bersurai perak.

"Jadi Goldstein mengajakmu ke pesta dansa?" tanyanya santai sambil mengambil tempat duduk di sebelahku. Aku mengangguk.

"Bukannya kemarin dia sudah mengajakmu?" Tanya Draco.

"Ya."

"Dia mengajakmu lagi setelah kemarin kau tolak?" tanyanya tak percaya.

"Ya."

"Aku tidak tau kalau kau sepopuler itu," katanya mengikik. Aku memutar bola mataku malas.

"Oh merlin... aku ini pahlawan dunia sihir, Malfoy. Jelas aku popular," jawabku sarkatis.

"Point taken ," ucapnya.

Aku merasa terhina, memang aku tidak secantik Ginny, tapi bukan berarti aku jelek sekali kan.

"Viktor Krum bahkan mengajakku sampai tiga kali, baru aku mau pergi ke pesta dansa dengannya," kataku menyombongkan diri. Kali ini kulihat dia sedikit terkejut.

"Benarkah?"

Aku mengangguk.

"Wow!"

"Wow?" aku mengerutkan kening bingung, menarik diri dari novel-ku lagi.

"Ya. Maksudku Krum benar-benar pencari –seeker - yang hebat. Dia punya mata yang jeli.

See , waktu kita di tahun ke-empat, kau tidak seperti sekarang. Rambutmu masih semak, kau sama sekali tidak berdandan, gigimu masih berang-berang dan dadamu rata. Sebagian dari kami mengetahui bahwa kau perempuan adalah ketika Krum mengajakmu ke Pesta dansa natal. Dengan gaun biru lilac dan periwinkle," katanya menganalisis, aku melongo menatapnya.

LOVE and PRIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang