Chapter 13. This hole in our relationship

1.7K 169 21
                                    

27 Mei 1999

Draco Malfoy, aku tidak pernah membayangkan bahwa hubunganku dengannya akan lebih dari sekedar hubungan remaja pada umumnya, paling tidak itulah yang aku rasakan padanya. Pertama kali aku merasakan perasaan seperti ini, bukan perasaan berbunga-bunga seperti dengan viktor Krum, atau perasaan canggung dengan Ron –Thanks Merlin, kami putus dengan baik-baik. Tak bisa kubayangkan akan tiba waktu dimana aku merasa senang dengan keberadaan Lavender Brown- dengan Draco itu terasa hidup, aku tak bisa menjelaskannya, tapi dia bagai menghidupkan sisi diriku yang lain, dan setelah kusadari bahwa aku jatuh cinta padanya.

Bicara tentang Lavender, dia sangat baik dan pengertian, terutama lagi setelah dia mengetahui bahwa aku tidak bersama Ron. Yang pastinya, aku tidak akan pernah. Tapi kadang aku berpikir apa Lavender juga tau siapa pria yang sedang berkencan denganku, aku mendapati bahwa aku merasa resah ketika berada satu kelas dimana Draco juga berada didalamnya. Aku yakin, melihat senyum misterius Lavender, bahwa dia mengetahui bahwa pria yang berkencan denganku ada di kelas yang sama.

Draco! Aku tak bisa berhenti memikirkan pria itu. Bagaimana mungkin dia menjadi pria yang selalu berada di pikirkanku. Dia yang selalu mendatangiku di perpustakaan, di sudut gelap perpustakaan tentu saja. Waktu kami berbagi cerita, pandangan, ide dan apapun yang ada di kepala kami. aku menemukan seseorang yang bisa membuatku merasa hidup. Sikapnya yang lembut, pembawaannya yang sombong dan sok tau, tapi entah kenapa itu membuatku merasa nyaman.

Bagaimana kami berdebat tentang buku yang kami baca, tentang caranya memberi kejutan padaku, senyumnya yang ditujukkan padaku ketika sedang makan di aula ketika tak ada yang melihat, saat kami bercinta, semuanya terasa tampak sempurna, tapi entah kenapa aku merasa ada sesuatu yang salah. Namun aku tidak begitu mengerti apa itu, dan itu mengangguku.

"Hermione!" panggil Harry dan duduk di sebelahku.

"Harry!" balasku. Agak aneh mendapati Harry seorang diri belakangan ini, biasanya dia selalu bersama Ginny atau Ron, atau sibuk latihan Quidditch. Dia latihan sangat keras akhir-akhir ini karena final akan diselenggarakan satu hari setelah ujian NEWT. Bukan hanya Harry tapi juga Draco. Mereka berlatih keras untuk pertandingan final, dan karena tahun ini adalah tahun terakhir mereka di Hogwarts, aku tak bisa menyalahkan.

"I miss you," kata Harry tiba-tiba memelukku.

"Why?" tanyaku heran, Harry belum melepaskan pelukkannya.

"Kau tau, kita sudah lama tidak ngobrol. Aku sangat jarang bertemu denganmu. Sebenarnya selama ini kau sibuk apa?" Tanya Harry melepaskan pelukkannya.

Aku merasa jantungku berdetak lebih kecang. Sangat aneh rasanya untuk berbohong pada Harry. Itu bukan hal yang sering aku lakukan. Tapi tampaknya belakangan ini aku jadi sering melakukannya dan amat mahir malah. Lagipula bukan Cuma aku yang sibuk, bukan begitu?

"Kau yang sibuk, sang terpilih. Aku selalu di perpustakaan," jawabku.

Harry memberiku padangan tak percaya. Aku tau itu.

"Kau tidak bisa membohongiku. Ayo katakan, kau sudah berjanji," katanya.

"Membicarakan apa?" tanyaku pura-pura tidak mengerti.

"Mione! Your boyfriend!" jawabnya ketus.

Aku menggarukkan satu jariku di pelipis, pura-pura mengingat "Kapan?" tanyaku. Harry menyipitkan matanya. "Baiklah," kataku kemudian, setuju untuk membicarakanya.

"Jadi, siapa?" tanyanya langsung tanpa basa-basi. Aku merasa mataku berputar tanpa aku sadari.

"Siapa? Siapa, siapa?"

"Pacar barumu?" Tanyanya tak sabar.

"Pacar baruku?" tanyaku balik masih bersikeras. Harry mendekatkan wajahnya kepadaku, matanya menerobos membuatku memalingkan muka. "Harry- !" kataku protes.

LOVE and PRIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang