Chapter11. The heart was blowing

1.7K 147 1
                                    

02 Januari 1999

Udara musim dingin yang dingin membeku, benar dugaanku bahwa salju akan segera turun. Aku bisa mencium wangi dari salju. Apa kau percaya itu? Mungkin tidak. Kebanyakan orang tidak mencium aromanya, mereka juga tak bisa mencium hujan turun. Aku tertawa sendiri menyadari betapa konyolnya diriku.

Aku bisa merasakan bahwa Harry sejak tadi melihat ke arahku dengan pandangan curiga. Aku hanya membalas nyengir padanya dan mengelengkan kepala, aku tidak akan mengatakan apapun padanya.

Malam itu Draco menciumku. Itu bukan yang pertama kali ada seorang pemuda menciumku, tapi jelas itu pertama kalinya aku merasakan ciuman yang intim. Perasaan yang meluap dan tak bisa dikatakan. Selama ini aku bertanya-tanya bagaimana rasanya benar-benar mencium seseorang. Dan sekarang aku mengerti bagaimana rasanya.

"Kau akan terus tersenyum seperti orang bodoh?" Tanya Harry padaku. Semua orang di kompartemen itu ikut memandangku. Ginny yang bersandar di bahu Harry menengedahkan kepalanya juga, begitu juga Ron dan Lavender yang sedang bermesraan di ujung.

"Kau sedang jatuh cinta, Hermione?" Tanya Ginny penasaran. Matanya berkilat-kilat ingin tau. Ginny sangat menginginkan aku memiliki kekasih, mungkin karena dia kasihan padaku yang selalu terjebak bersama dua pasangan yang sedang di mabuk cinta itu.

Aku mengangkat bahu.

"Sudahlah, itu urusannya," kata Ron acuh. Sejak Ron kembali dengan Lavender dia seakan tidak pernah bisa lepas lagi dari gadis itu. Walaupun mereka tidak bermesraan seperti saat mereka di tahun ke-enam, tetap saja kadang risih melihat mereka di depan umum, bedanya adalah karena saat ini Ron juga menikmati hal itu.

"Untuk kali ini kau sangat pintar, Ron, Ini bukan urusanmu," kataku sarkas.

Lavender member tatapan meminta maaf padanya. Kalau ada yang lebih baik dari seorang Lavender seusai perang adalah bahwa dia entah kenapa menjadi lebih bijak dan sabar, kecuali kalau menyangkut Ron.

Tidak lama lonceng berbunyi menandakan bahwa Hogwarst Express sudah sampai di stasiun Hogmaede. Kami bersiap untuk turun dari kereta sebelum Harry mengambil salah satu tanganku, menghentikanku.

"Aku ingin bicara sebentar denganmu," katanya.

Mereka melihat pada kami dan Harry member anggukan sedikit agar yang lain jalan duluan.

"Ada apa Harry?"

"Siapa dia?" tanyanya baik hati.

"Siapa?"

"Orang yang sedang merebut hati sahabatku ini," jawabnya penuh pengertian. Kalau ada orang yang lebih baik mengenalku, dia adalah Harry. Kami seperti saudara sendiri, aku pun begitu terhadapnya, bisa mengerti Harry lebih dari pada orang lain, mungkin lebih dari pada Ginny.

"Harry," kataku memohon, tapi dia hanya memberi pandangan menuntut.

"Hermione," katanya menunggu jawabanku.

"Aku akan menceritakannya kalau aku siap," kataku lagi.

"Baiklah," katanya menghela nafas. "Aku hanya khawatir padamu. Kau sudah terlalu lama sendiri. Dan mungkin ini untuk pertama kalinya aku melihatmu jatuh cinta. Aku mencium ini amat serius. Aku hanya tidak ingin kau terluka," katanya.

Jantungku langsung berdetak sangat kencang. Bagaimana aku harus menceritakan padanya bahwa sahabatnya, yang sudah dia anggap seperti saudarinya sendiri berciuman dengan musuh bebuyutannya? Harry dan Draco tidak pernah sampai pada kata berbaikan. Mereka hanya sampai pada tingkat saling menghormati dan tidak ikut campur atau saling menyinggung. Tapi bagaimana kalau aku mengatakan padanya kalau aku menaruh hati pada musuhnya itu? Apakah Harry akan menerimanya?

LOVE and PRIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang