Chapter19. LOVE or PRIDE?

1.8K 162 4
                                    

Hy...ada yang masih menunggu mimin? (nunggu kelanjutan dramione kali min) ehehehe maaf ya buat readers, mimin banyak pekerjaan yg gak bs di tinggal, jadi pekerjaan dsni belum terpegang, meski blm bs sepenuhnya free tpi di usahakan akan mulai update, dan untuk yg request ff lain, msh menunggu balasan authornya, jadi belum bisa post dsni...

So...Happy Reading 😄😄😄

================================

20 Juni 1999

Hampir dua minggu setelah pembicaraan mereka dan hari ini adalah hari terakhir ujian NEWT. Draco tau tak ada gunanya untuk menekan Hermione. Gadis itu sungguh luar biasa keras kepala. Jadi menunggu nya adalah satu-satunya yang dipikir bisa dia lakukan. Hermione sudah berjanji akan memberitahunya untuk bicara setelah ujian, dia yakin bahwa Hermione tidak akan mengingkari janjinya, tapi Draco hanya berharap bahwa hal itu bisa secepatnya terjadi.
Menurut Draco situasi pun tidak tampak membaik. Walaupun Hermione masih sering absen sarapan ataupun makan malam di Aula besar, tapi ketika dia melakukannya dia masih duduk seorang diri di ujung meja. Draco tidak melihat indikasi bahwa Hermione sudah berbaikan dengan kedua sahabatnya, walaupun Draco bisa melihat wajah frustasi pada mereka, tapi Draco tidak yakin apakah hal itu disebabkan karena mereka ingin memperbaiki hubungan persahabatan mereka dengan Hermione atau hanya karena saat ini tidak ada Hermione yang membantu mereka belajar untuk ujian NEWT.

Draco tidak bisa membayangkan kalau saja mereka berada pada situasi biasa, mungkin Potter dan Weasley tidak akan pernah mendapatkan pekerjaan yang layak dengan nilai kualifikasi yang mereka dapatkan. namun tetap saja takdir selalu berpihak pada saint Potter , Dia dan Weasley tentu saja sudah mendapatkan tawaran untuk bergabung menjadi Auror apapun hasil ujian mereka nanti.

Hermione dilain sisi menurut Draco, akan berhasil dengan apapun yang dia pilih sebagai karirnya nanti. Tidak akan ada yang bisa mencegahnya untuk bersinar, kecuali takdir. Draco mendengus dengan pemikiran itu, Malfoy selalu percaya pada takdir, takdir bahwa mereka dilahirkan sebagai seorang Malfoy, orang yang lebih baik dari yang lain, takdir yang membuat mereka terlahir kaya dan terhormat.

Draco berjalan ke aula besar untuk makan malam bersama anak-anak Slytherin lainnya. Ketegangan antara asrama Gryffindor dan SLytherin masih berlanjut. Kepala asarama masing-masing sudah memberikan peringatan keras terhadap mereka, walaupun tidak lagi terjadi perkelahian antara kedua asrama tersebut, tapi ketegangan selalu terjadi ketika kedua asrama tersebut berada dalam satu ruangan dan yang tak bisa dihindari adalah bisik-bisik yang bermunculan.

Draco baru saja duduk, ketika salah satu burung hantu sekolah mendatanginya dan memberikan surat padanya. Draco bisa melihat tatapan Blaise padanya, tapi tanpa menunggu apapun yang akan dikatakan Blaise Draco kemudian berdiri lagi dan cepat-cepat keluar dari aula besar.

Mencari ruang kelas kosong terdekat, Draco langsung mengunci ruangan itu dan menyalakan obor, membuka cepat-cepat surat yang di kantunginya. Draco yakin itu dari Hermione. 100 % yakin.

Tepi danau, matahari terbit.

HG

Surat itu hanya singkat saja. tapi jantungnya seakan berdegup lebih cepat. langsung saja perasaan hatinya menjadi lebih ringan. Draco berpikir untuk kembali ke asrama, tapi kemudian dia merasa benar-benar lelah dan lapar. Rasa lapar yang hampir tidak pernah dia rasakan beberapa minggu belakangan ini.
Draco memutuskan untuk kembali ke aula besar. Bisa di duga Blaise langsung mendekati tempat duduknya.

"Simpan semua kata-katamu, Blaise," kata Draco.

"Aku belum mengatakan apapun," katanya mendesis. Draco bisa merasakan bahwa semakin lama mereka semakin menjauh, secara emosional. Mereka masih selalu bersama, tapi temannya yang satu ini benar-benar bajingan dan saat-saat seperti inilah Draco merindukan Theo. Dia yakin bahwa Theo bisa lebih mengerti dirinya dan akan memberikan saran lebih baik dari pada Blaise.

LOVE and PRIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang