episode 3

24 5 1
                                    

"Btw, Din. Gua nelfon sebenernya mau ngasih info sesuatu." Kali ini Fajar berkata dengan nada serius.

"Apa tuh?" Dina bertanya sambil mengangkat satu alisnya.

"Jadi gini, Din."

Suasana hening. Fajar belum mengatakan apapun. Dina tetap menutup mulutnya, menunggu pujaan hatinya bicara.

Tiba-tiba saja Fajar berteriak, "Jangan kaget yaa!!"

"Iyee!"

"Tapi pasti lu kaget."

"Etdah. Buruaan!!" Dina mulai jengkel.

"Hahahah! Deg-degan ya pasti?!"

"Berisik. Gua matiin ajalah kalo kaga jadi." Dina sok mengancam. Padahal jauh dalam hatinya, ia sama sekali tak mau telfon itu sampai terputus.

"Hahahah iyeiye nih gua kasih tau. Tapi sebelumnya...." Fajar menghentikan ucapannya.

"Sebelumnya apa?" Dina mulai takut. Ia takut berita yang dibawa Fajar akan membuatnya sedih.

"Sebelumnya gua minta lu......"

Omongan Fajar yang dibuat terputus-putus itu membuat Dina kesal.

"Minta apa sih?"

"Gua minta lu buat.... Buat.... Buat senyum dulu dong! Biar tambah cantik. Gua tau di seberang sana muka lu pasti lagi mengkerut karena kepo kaann?! Hahaha"

Untuk kedua kalinya, bukannya kesal justru Dina malah tersenyum senang. Bahkan ia sampai melompat-lompat kecil di kamarnya yang cukup luas itu.

Namun ia tak mau Fajar mengetahui bahwa dirinya sangat senang di ajak bercanda oleh Fajar.

"Hiii. Udah ni gua udah senyum. Sekarang lu mau ngasih tau apa?" Dina benar-benar tersenyum lebar.

"Bagus. Bagus. Iya jadi gini, Din. Gua tuh mau ngasih tau kalo tadi gua habis... Nembak cewe! Terus langsung diterima lagi. Gua seneng banget! Gua tuh udah lama banget naksir dia dan sekarang dia jadi milik gua! Makanya gua langsung nelfon lu soalnya lu tempat gua berbagi kebahagiaan dan kali ini gua lagi bahagia makanya gua berbagi ke lu supaya lu bahagia juga! Nanti kapan-kapan gua kenalin sama lu deh."

Dina terduduk lemas di kasurnya. Mulutnya membisu. Hal yang sempat ia takutkan pun terjadi. Berita kebahagiaan dari Fajar sama sekali tak membuatnya tersenyum sedikitpun. Suara Fajar yang biasanya selalu membuat jantung Dina berdegup kencang kali ini malah disambut air mata kesedihan yang mulai membasahi pipinya. Namun tangannya masih kuat menggenggam handphone di telinga kanannya.

"Din. Din? Woy? Lu kemana? Etdah. Gua ditinggal pipis nih kayanya." Fajar masih terus berbicara. Namun Dina tak menghiraukannya.

Tut.. Tut..

Fajar menutup telfonnya. Dina menatap layar handphone untuk memastikan telfonnya sudah benar-benar ditutup. Kemudian ia langsung mengeluarkan semuanya. Ia menangis sejadi-jadinya. Dina tak takut orang tuanya mendengar tangisannya, karena kamar Dina berada di lantai 2, sedangkan kamar orang tua nya di lantai 1. Ditambah lagi, waktu sudah menunjukkan pukul 22.00. Bunda dan Yandanya pasti sudah tertidur lelap.

ComplicatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang