Dina menatap Restu. Masih dengan posisi memegang lutut. "Tau darimana gua anak pramuka?""Yaelah. Siapa sih yang gak kenal lu? Meidina Diva Callysta, ketua Pramuka SMA Merah Putih." Restu menatap tajam wajah Dina. Perlahan ia melangkahkan kaki mendekati gadis di depannya itu.
Dina terbelalak mendapati wajah Restu yang sudah sangat dekat dengan wajahnya. Bahkan hidungnya hampir bersentuhan. Dina memejamkan matanya sejenak. Jantungnya berdegup sangat kencang. Rasa ini sama dengan rasa setiap ia berdekatan dengan Fajar. Rasa yang tak bisa ia kendalikan. Rasa yang mampu membuat dirinya melupakan segalanya.
Husshh
Terasa hembusan angin menerpa wajah Dina. "Emang dasarnya semua cewek gitu ya, dideketin doang langsung salting," ucap Restu. Rupanya ia meniup wajah Dina hingga membuatnya menutup bagian hidung sampai mulut dengan tangannya.
Restu mulai menjauhkan wajahnya dari wajah Dina. Ia sempat tertawa kecil melihat ekspresi gadis yang baru ia goda itu. "Yaudah, sekarang apa saran lu?"
"Jadi gini. Lu sama E.... Emm.. Mmmm siapa cewe incaran lu namanya siapa?" Dina pura-pura tidak tahu tentang Evi.
"Evi namanya. Lu kenal gak?" Tanya Restu. Dina menggeleng menanggapinya.
"Wahh. Parah. Lu dikenal semua orang di sekolah ini, tapi lu ga kenal mereka?" Restu menggeleng-gelengkan kepalanya meremehkan Dina.
"Sewot banget sih. Sok tau banget tentang gua. Kenal juga baru!" Omel Dina.
"Ya walaupun gua emang baru sebulan pindah ke sini. Tapi gua tau lu kali. Lebih tepatnya, setelah lu teriak-teriakin nama gua hari itu, gua jadi cari tau tentang lo." Restu menatap wajah Dina mantap.
Dina menggigit-gigit bibirnya. Ia tak tahu apa yang harus ia katakan. Ia benar-benar gugup menghadapi Restu. Walaupun di sisi lain sebenarnya ia senang karena Restu telah mencari tahu tentang dirinya.
"Yaudah, lanjut. Jadi menurut lu gua harus apa?" Restu membuyarkan rasa gugup Dina. Fokus Din. Fokus.
Dina menarik napas panjang. "Lu udah lama kenal sama Evi kan?"
"Yap. Sejak pertama dateng ke sekolah ini, cuma dia yang menarik perhatian gua." Jawab Restu sok cool.
Dina mendengus sebal. "Bodo amat, gua gak nanya tentang itu. Yaudah berarti intinya lu udah deket kan sama dia?"
"Yap."
"Yaudah langsung tembak aja." Dina memberanikan diri mengikuti saran dari Monic.
Restu cukup kaget mendengar ucapan Dina."Lu serius?"
Dina mengangguk mantap. "Kalo lu udah deket, terus lu merasa dia juga suka sama lu.... Yaudah sikat aja."
"Bener juga sih. Menurut lu nembaknya langsung atau lewat telfon aja?" Restu mengelus-elus dagunya.
"Langsunglah." Samber Dina.
"Yakin?"
"Y-ya... Sebagai cewe, gua lebih merasa dihargai kalo ditembak langsung." Dina menggaruk lehernya yang tidak gatal. Restu mengangguk tanda mengerti.
"Heh. Ngapain kalian? Sekolah bukan tempat pacaran!"
Terdengar suara Pak Sanin, satpam SMA Merah Putih. Belum sempat menoleh, tangan Dina langsung ditarik oleh Restu.
"Kabuuurrr!!!" Sahut Restu. Ia membawa Dina lari hingga mereka tiba kembali di kantin.
"Ihhh." Dina melepaskan tangan Restu yang masih memegangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Complicated
Teen FictionKetika dua lelaki mencintai satu wanita yang mencintai keduanya. Mana yang harus dipilih sang wanita? Dan siapa pria yang harus mengalah? Atau ketiga-tiganya harus pergi? Tentu saja cinta sejati tak akan pernah pergi. "Ask your heart" Gitu aja kok...