episode 8

31 4 0
                                    

Setelah mendapatkan apa yang ia inginkan, Dina berbalik dan....................

"Haaahhhhh???!!!!???"

Dina kaget sekaget-kagetnya melihat pria yang kini berdiri tegap di depannya. Gelas ditangan kanannya hampir saja jatuh ke lantai jika ia tak menggenggamnya dengan erat.

"L-lu...? Ngapain disini?" Tanya Dina pada pria itu. Matanya melotot berusaha melihat dengan baik wajah lelaki di depannya.

Lelaki itu menyodorkan tangannya ke hadapan Dina, mengajak bersalaman.

"Kenalin, Fajar."

Dengan sergap Dina menepis tangan itu. "Bacot. Udah tau."

"Ohiya? Tapi gua gak tau siapa lu." Fajar memiringkan kepalanya.

"Ha. Ha. Ha." Dina memutar bola matanya sambil tertawa datar.

"Lu mirip temen rasa pacar gua." Sahut Fajar.

Dina menaikan satu alisnya. Teman rasa pacar? Batinnya. Ia mulai bingung dengan sikap lelaki di depannya. Ia memandang pria itu dari ujung kepala hingga ujung kaki. Ini beneran Fajar jodoh gua atau bukan sih? Atau jangan-jangan dia punya kembaran? Atau! Ini bukti dari mitos kalo di dunia ini ada tujuh orang dengan rupa yang sama? Suara hati Dina bertanya-tanya.

"Woy. Malah bengong." Fajar melambai-lambaikan tangan di depan mata gadis di hadapannya. Namun Dina masih tak sadar juga dari lamunannya.

"WOY!" Fajar berteriak tepat di depan wajah Dina. Sontak ia terkejut, kaki kanannya mundur satu langkah ke belakang. "Lu mati suri ya?" Tanya Fajar.

Dina dengan sergap menjauhkan wajah Fajar dari hadapannya. "Kalo ngomong tuh disaring dong!"

"Yeeee. Di kata gua teh kali disaring segala." Balas Fajar dengan gaya sok iyeh-nya.

Dina tersenyum tipis mendengar candaan itu. Fix ini Fajar.. "Heh lu beneran gak inget gua apa bercanda si?"

Fajar terkekeh. "Ingetlahh, Diiinn. Tapi jujur nih, gua agak ragu." Ia memandangi penampilan Dina dari ujung kepala sampai ujung kaki. "Soalnya Dina yang gua kenal tuh rada-rada blangsak gitu deh. Dia gak pernah pake pake dress yang bikin cakep begini." Dina memanyunkan bibirnya mendengar ucapan Fajar.

Lelaki itu kemudian menatap Dina tajam. "Soalnya dia udah cakep dari sananya." Tambah Fajar diakhiri dengan senyum menggoda.

Tak ada yang bisa dilakukan oleh Dina selain tersenyum. Wajahnya pun mulai memerah mendengar pujian dari pujaan hatinya. Ia memegangi pipinya malu. Rasa groginya bertambah ketika kedua tangan Fajar memegang pundak Dina. "Biar lu gak nge-fly." Ujarnya.

Dina memandangi tangan Fajar yang sedang memegang lembut pundaknya. Ia semakin tak bisa menahan senyum di bibirnya. Justru gue malah makin nge-fly kalo dipegangin gini. Batinnya.

"Yeee. Malah senyum-senyum. Udah gak waras ya, Mbak?" Ledek Fajar sembari melepaskan tangannya dari pundak Dina.

"Lu tuh yang udah gila." Balas Dina, kemudian ia menjulurkan lidahnya di hadapan Fajar.

ComplicatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang