"Tunjukin gua jalannya, ya." Pinta Restu.
Deg.
Ini pertama kalinya Restu berbicara pada Dina. Gadis itu masih tak habis pikir dengan semua kejadian ini. Semalam Restu bilang bahwa dia sudah memiliki kekasih. Tadi pagi ia memberikan nomernya secara tiba-tiba. Dan sekarang, Restu mengantarnya pulang ke rumah.
"Apa ini rencana Monic?" Batinnya.
"Gua gaperlu manggil lu pake 'kak', kan?" Restu memulai pembicaraan lagi ketika motornya berhenti di lampu merah.
Deg.
Jantung Dina berdegup lebih kencang. Tak satupun kata keluar dari mulutnya. Ia malah terdiam memikirkan apa yang sebenarnya terjadi.
Plakk..
Restu memukul helm yang dikenakan perempuan yang ia bonceng itu. Ia sepertinya mulai kesal karena sedari tadi Dina sama sekali tidak menanggapi ucapannya.
"Apa sih?" Dina yang dibuat kaget pun jadi ikut kesal.
Restu mendengus sebal. "Lu dengerin gua ngomong gak sih?"
"Hhfft. Iya nanti gua tunjukin jalannya, ini masih lurus aja dulu sampe lampu merah berikutnya, belok kiri." Dina menarik napas kemudian membuka mulut lagi, "Iya panggil gua Dina aja, gak usah pake 'kak', biar gua gak keliatan tu....AAAAAAA.." Dina berteriak sambil memegang helmnya. Kemudian ia menengok ke belakang untuk melihat pemilik mobil yang entah sengaja atau tidak sudah membunyikan klakson hingga membuat Dina terkejut.
"Yanda?" Batinnya. Dina terkejut melihat mobil yang biasa mengantarnya ke sekolah itu ada di belakangnya. Sekali lagi, di belakangnya. Di belakang motor yang sedang memboncengnya.
Restu mengegas motornya, rupanya lampu telah berubah warna menjadi hijau. Sedangkan Dina masih terus melihat ke belakang.
"Liatin apa sih?" Restu yang heran dengan sikap Dina akhirnya angkat bicara.
"Hah... I-itu yang tadi nglakson bokap gua ternyata." Kini Dina kembali mengarahkan kepalanya ke depan. Ya walaupun sesekali ia menengok ke belakang untuk memastikan apa mobil sang ayah masih di belakangnya atau tidak.
Dina turun dari motor sambil berpegangan pada pundak Restu begitu mereka sampai di rumah Dina. Ketika akan melepas helm, mobil Arifin datang.
"Temennya Dina ya?" Arifin membuka kaca mobilnya. Restu membuka helm-nya, lalu tersenyum sambil mengangguk sopan.
"Siapa namanya?" Arifin sudah berada di luar mobil ketika menanyakan hal itu.
"Restu, Om."
"Makasih ya Restu sudah antar Dina pulang. Om masuk duluan." Lelaki yang usianya tak lagi muda itu mengangkat tangannya dengan telapak terbuka.
Lagi-lagi Restu hanya tersenyum sambil mengangguk sopan."Yaudah, gua juga masuk dulu, ya. Makasih, ya, tumpangannya." Dina tersenyum lalu membalikan badannya hendak melangkah masuk ke rumah. Namun Restu dengan cepat menarik lengannya. Refleks, Dina langsung menoleh ke Restu dengan wajah bertanya-tanya.
"Gua mau ngomong sesuatu dulu, boleh?"
Dina mengangguk pelan. Detak jantungnya berdegup kencang menunggu apa yang ingin dikatakan lelaki di depannya.
"Gua minta maaf udah bohong sama lu." Aku Restu, perlahan ia melepas tangan Dina.
Dina memiringkan kepalanya. "Bohong?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Complicated
Teen FictionKetika dua lelaki mencintai satu wanita yang mencintai keduanya. Mana yang harus dipilih sang wanita? Dan siapa pria yang harus mengalah? Atau ketiga-tiganya harus pergi? Tentu saja cinta sejati tak akan pernah pergi. "Ask your heart" Gitu aja kok...