episode 12

23 2 3
                                    

Melihat Fajar yang hanya terdiam, Dina pun kembali melanjutkan langkahnya menuju ke kamar untuk bergegas mandi. Tapi berbeda dengan sebelumnya, larinya kini disertai dengan nyanyian kecil dan ekspresi wajah yang menggambarkan bahwa ia sangat senang.

Diam-diam Bundanya tersenyun melihat tingkah aneh putrinya. Ia merasa semakin yakin perjodohan ini akan berjalan lancar. Tak hanya Sang Bunda, Fajar pun ikut tersenyum sambil menatap langit-langit rumah Dina. Ia sudah mengenal Dina cukup lama, jadi ia tau apa maksud dari setiap gerak-gerik gadis itu. Dilihat dari sikapnya barusan, Fajar semakin yakin untuk benar-benar mulai membuka hati untuk Dina. Ia yakin perjodohan yang direncanakan ayahnya adalah petunjuk Tuhan bahwa pertemuannya dengan Dina bukan  hanya sekedar untuk menjalin pertemanan.

Ada sedikit rasa menyesal dari dalam diri Fajar karena merasa telah mengabaikan gadis yang selama ini dirasa paling mewarnai hidupnya. Setelah menjalin kasih dengan Nazella--gadis yang baru seminggu ia pacari, Fajar baru sadar bahwa Dina adalah satu-satunya perempuan yang mampu membuat ia menjadi dirinya sendiri. Hanya Dina yang menerima lelaki itu apapun keadaannya.

***

"Lama banget, dah! Mandi apa tidur, sih? Nyokap lu keluar. Ke rumah Bu Fitri katanya." Ucap Fajar begitu melihat Dina berjalan mendekat dan berakhir duduk disampingnya.

Tak sampai satu menit, gadis itu mengangkat kembali pantatnya dari sofa dan berlari menuju kamarnya.

"Gua ke kamar dulu bentar, yak!" Sahutnya. Fajar hanya mmemandangi kepergiannya dengan wajah bingung.

Begitu sampai di kamar, Dina langsung meraih handphone-nya di atas meja. Ia memainkan jari jemarinya di atas ponsel, mencari kontak seseorang.

"Kenapa lagi, Dinn?" Sahut Monic, sahabat yang selalu menjadi sasaran Dina untuk dimintai pendapat.

"Gimana, nih, Mon? Gua makin gabisa kontrol kebahagiaan gua tiap deket sama Fajar! Apalagi kadang tiba-tiba gua keinget tentang perjodohan-perjodohan itu. Rasanya gua pengen teriak tau, gak, sih?!!" Keluh Dina. Kini dirinya sudah berdiri di balkon kamarnya, menunggu jawaban dari sahabat yang ia hubungi.

Sebenarnya ketika ia pamit mandi tadi, ia mengambil kesempatan menghubungi Monic dan menceritakan semua yang baru saja terjadi. Mulai dari ayahnya Fajar yang ternyata sahabat sekolah bundanya, sampai Fajar yang tiba-tiba main ke rumahnya dan mengabarkan bahwa dirinya kini jomblo. Ia menceritakan sedetail mungkin tanpa ada satupun berita yang tertinggal.

"Kan tadi udah gua bilang, lu harus jual mahal! Anggap sekarang posisinya adalah Fajar yang cinta sepihak sama lu! Jadi lu gaboleh gampangan! Lu harus tarik ulur!" Monic terdengar sangat bersemangat memberi saran untuk Dina. Ia sangat senang karena kesetiaan sahabatnya untuk mencintai Fajar pada akhirnya berbuah indah.

Di ruang tamu, Fajar bermain game di ponselnya sambil beberapa kali mengumpat.

"Tuh anak ngapain, sih??! Ada tamu kok malah ditinggal-tinggal."

Tok..  Tok..  Tok..

"Permisi." Sahut seseorang yang baru saja mengetuk pintu rumah Dina.

Fajar beranjak dari duduknya dan berjalan malas menuju pintu rumah Dina.

"Bahkan sekarang gue jadi tamu yang menerima tamu." Umpatnya lagi.

"Lah? Kok lu disini, Jar?"

Fajar yang baru saja membuka pintu sangat terkejut melihat lelaki yang kini sedang berdiri tegak di depannya. Ia tak bisa berucap apa-apa. Walaupun mereka sudah lama tidak berjumpa dan ada sedikit rasa rindu memang, tapi dirinya benar-benar tak percaya akan bertemu lelaki itu di rumah Dina. Rumah gadis yang sedang menjadi target cintanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 24, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ComplicatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang