Shinwoo pov
Pagi ini, aku bisa bangun lebih cepat. Tidak. Bukan bangun. Tapi tak tidur. Aku tak bisa tidur semalaman karena memikirkan pembicaraan Sui dan Ikhan kemarin. Lebih tepatnya, aku memikirkan Yuna.
"Pelajaran hari ini, kita mulai dengan sastra."
Wali kelas ku tak pernah memberikan pelajaran bermutu pada kami. Itulah sebabnya aku selalu tidur di kelas. Di samping lelah, aku juga menanggung rasa bosan yang luar biasa.
Pelan-pelan. Kelopak mata ku mulai tertutup. Bayang-bayang mimpi mulai terlihat.
"Ramyeon. Aku ingin ramyeon. Dari pagi belum makan. Perut ku sakit. Ramyeon." Ngelindur apa sih aku. Saking laparnya, bahkan sebelum pulas sudah terlihat jelas ramyeon yang menggoda.
"Hihi, Shinwoo ngelindur lagi." Sui menertawai ku pelan.
"Hm, dia selalu begitu." Tik, tik, tik... Jari-jari Ikhan yang menyentuh keyboard laptopnya terdengar jelas. Saat akan tidur, pendengaran semakin jelas. Sebaliknya, penglihatan semakin kabur.
"Semua perhatiaaaan!!!"
"Ugh," Sreeet, aku segera bangun. Mendengar suara pak Park saja sudah membuat ku merinding. Apa lagi saat dia teriak.
"Hari ini, kita kedatangan murid baru! Silakan perkenalkan diri mu!" Beliau tak pernah bisa berbicara dengan nada rendah. Selalu saja tinggi.
"Hm*seringai, nama ku Regis K. Landegre." Bocah kecil berambut perak dengan garis hitam memperkenalkan dirinya.
"Namanya Regis?" "Apa kita harus memanggilnya begitu?" "Sungguh?" "Siapa tadi namanya?" "Kau tak dengar?" "Rambutnya perak." "Rambut mereka berdua berwarna perak." Was, wes, wos...
"Nama ku," Semua diam saat seorang gadis yang berdiri di samping bocah itu berbicara.
"Seira J. Loyard." Tanpa ekspresi.
"Seira ya?" "Ku rasa begitu?" "Dia cantik." "Iya." "Cantik seperti boneka." "Mungkin dia memang begitu." Was wes wos...
"Berisik sekali." Dengus ku kesal. Murid baru itu, ku rasa murid pindahan. Rambut mereka perak. Mungkin orang luar.
Semua siswa menatap sambil berbisik tentang anak baru itu. Aku menatap setiap sela kelas dengan malas. Kecuali Yuna. Tapi, si Ikhan.
"Waaah," Matanya berbinar. Aku sempat terkejut melihatnya. Tapi aku tahu,
"Hfuuuh, Ikhan suka gadis itu rupanya." Ku alihkan pandangan ku ke arah Yuna. Meski diam dengan senyum tipis, dia tetap menawan.
"Pak." Kim mengangkat satu tangannya.
"Apa?!" Membentak lagi. Pandangan semua murid tertuju pada Kim yang berani mengacungkan tangannya.
"Mereka berdua orang asing ya? Murid pindahan?"
"Hm, ku rasa begitu." Mata pak Park terpejam sebentar.
"Baiklah, kalian berdua, duduk di kursi yang kosong." Titah wali kelas adalah titah seorang raja.
Mereka berdua duduk di kursi yang kosong. Si gadis boneka duduk di dekat Yuna dan Sui. Sedangkan si bocah berambut aneh duduk di dekat Ikhan. Sepertinya Ikhan duluan yang mempersilakannya.
~~
Yuna pov
Flashback on
Sore itu, setelah ku dapat telepon dari Kak Rael, aku segera bersiap. Jadi, kak Rael menyuruh ku untuk pergi ke rumahnya. Maksud ku ke apartemennya.
Di sana, tak ada siapa-siapa kecuali kak Rael.
"Kak Rael kenala memanggil ku untuk ke sini?"
"Sudah masuk saja dulu." Kak Rael mempersilakan ku untuk masuk ke apartemennya.
![](https://img.wattpad.com/cover/78387099-288-k51790.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
A Friend For My Friend (Fanfic Noblesse)
FanfictionAku mencintai mu. Tapi dia, Cintanya lebih besar dari cinta ku pada mu. ~