Yuna pov
Saat ditunggu, terasa beģitu lama. Saat diabaikan, terasa begitu cepat. Itulah waktu. Tak terasa, sudah lewat satu semester sejak Seira dan Regis pindah ke Korea.
Kak Rael juga masih di Seoul. Dia bilang, akan kembali ke Lukedonia jika urusannya sudah selesai.
Selama satu semester ini, aku dan yang lain merasakan hal yang sama. Yaitu bahagia. Tapi sayangnya, ada beberapa hal yang menyedihkan.
"Apa?! Rai mau pindah?!" Shinwoo memukul meja pelan.
"Tapi, kenapa? Kau tak suka di sini?"
"Hm, bukan begitu."
"Lalu apa?" Kami hanya termangun melihat Rai yang menampiĺkan ekspresi agak sedih.
"Sebenarnya, àyah ku meninggal. Jadi aku harus kembali ke Lukedonia dan melanjutkan pekerjaan ayah ku."
"Memangnya tak bisa orang lain? Kakak mu misalnya?"
"Kakak ku meninggal 4 tahun yang lalu."
"Eh? Jadi kau benar benar punya kakak?"
"Begitulah."
"Tapi bagaimana kakak dan ayah mu bisa meninggal? Apa sebabnya?"
"Ayah ku meninggal karena sakit. Dan kakak ku meninggal dalam tragedi berdarah di Lukedonia.
"Kami turut berduka Rai." Sui buka mulut. Kami menunduk sejenak. Hening. Sampai Shinwoo mengawali percakapan.
"Kalau begitu, hati-hati di jalan dan semoga kau sukses. Jangan lupakan ķami ya." Lengan Shinwoo menyentuh bahu Rai. Rai dan yang lain tersenyum.
"Terima kasih." Jawab Rai dengan singkat.
Kami tak bisa mengantar Rai sampai bandara. Selain karena kami harus sekolah, Rai juga buru-buru.
"Sayang sekali ya. Padahal aku ingin sekali mengantar Rai ke bandara." Aku dan Sui menatap meja dekat jendela. Dulu, meja itu selalu diduduki oleh Rai. Tapi sekarang, meja itu kosong. Dan selalu kosong.
"Iya. Aku juga."
"Kasihan Rai. Belum juga lulus SMA. Dia sudah diberi tanggung jawab yang besar."
"Iya. Dia memegang salah satu perusahaan terbesar di tempatnya."
"Benarkah?"
"Iya. Kak Rael yang memberi tahu ku."
"Oh,. Hei Ikhan. Search google, Cadis Etrama Di Raizel. Dia pasti sudah masuk google kan?" Ide gila diluncurkan lagi oleh Sui.
"Hm, baiklah." Ikhan benar benar melakukannya.
Kali ini, Shinwoo tidak tidur. Dia menatap tajam ke àrah papan tulis. Aku yakin. Shinwoo juga sedih akan kepergian Rai. Ku akui, aku juga merasa begitu.
Rai teman kami yang baik. Tapi dia harus pergi meninggalakan kami. Meski kami tetap bisa berkomunikasi jarak jauh, tapi kebersamaan itu tetap kami rindukan.
"Baiklah! Siapa yang mau iķut ke warnet hari ini?!" Shinwoo berteriak lagi.
"Shinwoo, besok ada ulangan. Sebaiknya kau belajar." Jelas ku.
"Benar. PR juga numpuk kan?" Sambung Ikhan.
"Huuh, kalian ini. Sebentar saja."
"OK, satu jam saja." Ikhan lebih bersemangat.
"Tidak! Kalian selalu saja! Malam ini, aku dan Yuna akan mengawasi dan memastikan kalau kalian benar benar belajar." Putus Sui. Tàpi, kenapa bawa bawa aku
KAMU SEDANG MEMBACA
A Friend For My Friend (Fanfic Noblesse)
FanfictionAku mencintai mu. Tapi dia, Cintanya lebih besar dari cinta ku pada mu. ~